Langsung ke konten utama

Zaman Kegelapan Alam Semesta

zaman-kegelapan-alam-semesta-informasi-astronomi
Teleskop Antariksa Herschel ESA mengungkap galaksi-galaksi jauh yang sebelumnya tak terlihat, bertanggung jawab atas kabut kosmik radiasi inframerah. Mereka adalah beberapa objek terjauh paling redup yang dilihat oleh Herschel, sekaligus membuka jendela baru yang menjelaskan kelahiran bintang-bintang di alam semesta awal. Inilah gambar paling sensitif dari lingkungan alam semesta jauh yang pernah diambil menggunakan Herschel.
Kredit: ESA/PEP Consortium

Zaman kegelapan alam semesta, era kegelapan sebelum bintang dan galaksi generasi pertama, adalah salah satu misteri kosmos yang ingin diungkap oleh para astronom karena menyimpan rahasia bagaimana alam semesta terbentuk.

“Zaman kegelapan seolah mewakili asal usul kita, saat bintang-bintang generasi pertama terbentuk dan menempa unsur-unsur yang kita produksi hari ini,” ungkap astrofisikawan teoritis Abraham Loeb dan Kepala Departemen Astronomi Universitas Harvard.

Sekarang, para ilmuwan sedang mengembangkan peralatan untuk melihat ke dalam periode waktu yang dipenuhi teka-teki. Sebagai perspektif, para astronom memperkirakan alam semesta berusia sekitar 13,7 miliar tahun.

“Eksistensi kita berasal dari bintang-bintang generasi pertama, jadi saat menyelidiki zaman kegelapan, kita sedang menjelajahi asal usul kita,” kata Loeb, penulis buku ilmiah berjudul “How Did The First Stars and Galaxies Form?” (Princeton University Press, 2010), kepada space.com.

Pertama adalah cahaya, kemudian kegelapan, kemudian cahaya lagi

Sebelum zaman kegelapan, kosmos begitu panas sehingga seluruh atom terpecah menjadi nukleus bermuatan positif dan elektron bermuatan negatif. Ion-ion bermuatan listrik memblokir semua cahaya untuk melaju secara bebas.

Sekitar 400.000 tahun setelah Big Bang, alam semesta mulai mendingin sehingga memungkinkan ion untuk menjalin ikatan dan kembali membentuk atom. Kemudian cahaya pertama kosmos mulai melalu bebas. Namun, zaman kegelapan justru menyelimuti seluruh alam semesta, tidak ada sumber cahaya lain karena bintang-bintang belum dilahirkan.

Model alam semesta menunjukkan galaksi generasi pertama mulai terbentuk sekitar 100 juta tahun setelah Big Bang, sekaligus menandai akhir zaman kegelapan. Proses pembentukan bintang dan galaksi yang terus berlanjut mengionisasi hampir seluruh hidrogen dan helium, kali ini oleh cahaya bintang, sekitar 500 juta tahun setelah Big Bang.

Misteri yang menunggu untuk dipecahkan

Ada banyak pertanyaan yang dapat terjawab jika kita bisa memecahkan misteri zaman kegelapan alam semesta. Misalnya, dari mana lubang hitam supermasif yang ditemukan bersemayam di jantung hampir seluruh galaksi raksasa berasal?

“Bima Sakti menampung sebuah lubang hitam supermasif dengan massa sekitar 4 juta kali lipat massa Matahari, bahkan beberapa galaksi memiliki lubang hitam hingga satu miliar kali lipat massa Matahari,” tambah Loeb. Fenomena serupa tampaknya juga dialami oleh sebuah galaksi purba yang disebut ULAS J1120+0641, yang memiliki lubang hitam supermasif pusat dengan massa dua miliar kali lipat massa Matahari, hanya 770 juta tahun setelah Big Bang.

“Waktu yang relatif singkat bagi kosmos untuk membangun lubang hitam semacam itu,” ujar Loeb. “Bagaimana terbentuk dan apa benih yang menumbuhkan lubang hitam supermasif?”

Selain itu, satu teka-teki besar zaman kegelapan adalah bagaimana materi gelap, materi tak kasat mata misterius yang menyusun sekitar 85% dari seluruh materi di alam semesta, mungkin memengaruhi pembentukan galaksi-galaksi pertama. Teka-teki ini diperparah oleh fakta “bahwa kita tidak tahu sifat materi gelap itu,” Loeb menambahkan.

Saat ini, penjelasan utama untuk materi gelap adalah partikel-partikel yang hanya berinteraksi lemah, baik dengan materi reguler maupun antara satu sama lain. Namun, Loeb ingin mengetahui apakah partikel-partikel materi gelap lebih cenderung berinteraksi satu sama lain daripada yang diduga oleh para ilmuwan, mengingat perilaku galaksi-galaksi katai yang berada di dekatnya.

“Jika kita menganggap materi gelap tidak berinteraksi, ketika seseorang melakukan simulasi evolusi galaksi seperti Bima Sakti, maka harus ada banyak galaksi satelit di sekitarnya,” ujar Loeb. “Namun populasi galaksi satelit Bima Sakti lebih sedikit daripada yang dibutuhkan dalam simulasi, dan distribusi materi gelap yang disimpulkan di dalam galaksi-galaksi katai sangat berbeda dari simulasi. Barangkali materi gelap berperilaku berbeda dari yang diharapkan.”

Teka-teki lain adalah seperti apa wujud tulen bintang-bintang generasi pertama. Dalam panas dan tekanan luar biasa di inti bintang, unsur-unsur yang relatif sederhana seperti hidrogen dan helium ditempa menjadi unsur-unsur yang lebih berat seperti karbon, building blocks kehidupan, dan oksigen yang kita hirup.

“Saat ini, kita menduga bintang-bintang generasi pertama lebih masif daripada Matahari, 10 kali, bahkan mungkin 100 kali lipat lebih masif, dan sangat berumur pendek, mungkin hanya eksis selama beberapa juta tahun,” kata Loeb.

Namun, ada perhitungan yang menunjukkan bahwa dalam keadaan tertentu, bintang-bintang yang berukuran lebih kecil dapat terbentuk saat itu. “Bintang berukuran kecil sangat buruk dalam menempa unsur-unsur berat, dan kita mungkin dapat melihatnya hari ini jika mereka eksis, bersembunyi di lingkaran halo Bima Sakti,” jelas Loeb. “Apakah bintang-bintang generasi pertama berbeda dari bintang-bintang generasi saat ini? Jika bisa, kita ingin melihat mereka dan mengungkapnya.”

Rahasia zaman kegelapan

Untuk menyelidiki zaman kegelapan, jalan yang harus ditempuh oleh para ilmuwan adalah melalui bintang dan galaksi yang terbentuk paling awal. Karena cahaya membutuhkan waktu untuk mencapai kita, cahaya yang datang dari jauh tentunya berasal dari masa lalu. Dengan demikian, para astronom dapat menatap ke ruang angkasa jauh untuk mengintip ke masa lalu.

“Mirip arkeologi, semakin dalam kita menggali, semakin banyak lapisan-lapisan kuno yang kita temukan,” Loeb menjelaskan. “Demikian pula dengan para astronom, pada dasarnya mereka menggali di ruang angkasa.”

Salah satu instrumen kunci untuk melihat jauh ke masa lalu adalah Teleskop Antariksa James Webb NASA yang akan segera diluncurkan. Webb dapat mengungkap sejarah awal kosmos dengan menangkap cahaya yang sangat redup dari galaksi-galaksi generasi pertama.

"Webb adalah harapan terbaik kita miliki untuk mempelajari galaksi generasi pertama,” kata Loeb.

Strategi lain untuk mempelajari zaman kegelapan adalah dengan mengamati “goresan-goresan” hidrogen di sekitar bintang dan galaksi awal. Bahkan hidrogen dingin menghasilkan cahaya dalam bentuk gelombang radio dengan panjang gelombang spesifik 21 cm. Dengan panjang gelombang ini, para ilmuwan dapat mengamati bagaimana hidrogen dingin berubah seiring waktu sebagai respons terhadap radiasi bintang.

Jajaran teleskop radio yang sedang dikembangkan akan mendeteksi gelombang radio 21 cm, termasuk Murchison Widefield Array di Australia Barat, Low-Frequency Array (tersebar di Eropa), Primeval Structure Telescope di China, Precision Array for Probing the Epoch of Reionization di Afrika Selatan, Giant Metrewave Radio Telescope di India, dan Square Kilometer Array, yang akan dibangun di Australia atau Afrika Selatan.

Para ilmuwan juga dapat mengintip ke galaksi generasi pertama dengan mencari sinar-X dari lubang hitam di pusat galaksi menggunakan teleskop seperti Observatorium Sinar-X Chandra NASA. Observasi masa depan juga dapat mendeteksi riak-riak di jalinan ruang dan waktu yang disebut gelombang gravitasi, yang dihasilkan oleh fenomena penggabungan antar lubang hitam dari galaksi-galaksi awal.

Proyek Advanced LIGO memiliki kepekaan yang cukup untuk mendeteksi gelombang gravitasi dari penggabungan lubang hitam bermassa bintang di galaksi-galaksi terdekat dalam beberapa tahun dari sekarang. Sebuah proyek lebih ambisius yang diberi nama LISA, diharapkan mampu mendeteksi penggabungan antar lubang hitam supermasif di galaksi-galaksi jauh, meskipun permasalahan anggaran membuat proyek dibatalkan untuk saat ini.

“Tentunya ada harga yang harus dibayar untuk melihat sebanyak mungkin fenomena langit,” pungkas Loeb. “Tapi kita tidak akan pernah tahu apa yang mungkin kita temukan.”

Ditulis oleh: Charles Q. Choi, kontributor www.space.com


#terimkasihgoogle

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang