Ilustrasi Teleskop Antariksa Kepler NASA pemburu planet. NASA Ames/W Stenzel |
Berapa jumlah planet di galaksi
kita? Pertanyaan ini adalah spekulasi murni 30 tahun yang lalu, karena saat
itu kita belum pernah menemukan planet di luar tata surya kita sendiri (eksoplanet). Hari ini kita kita telah menemukan ribuan dari mereka yang mayoritas ditemukan oleh misi Teleskop Antariksa Kepler NASA. Tapi, terlepas dari keberhasilan
Kepler dengan semua penemuan terbaru eksoplanet, yang lebih luar biasa adalah pertanyaan apakah ada
yang terlewat dan berapa jumlahnya? Rudy Siegel (bukan kerabat Ethan Siegel, sang penulis artikel) ingin mengetahuinya.
Pertanyaannya adalah karena Kepler menerapkan metode transit
untuk mendeteksi eksoplanet, berapa banyak yang kita lewatkan karena persejajaran non-ekliptika?
Jawabannya terdiri dari dua bagian: Kepler meluputkan
lebih dari 99% dari jumlah mereka, dan bahkan mungkin ada lebih banyak yang terlewat, tapi sama sekali tidak terkait dengan persejajaran non-ekliptika.
Ilustrasi planet yang ditemukan oleh
Kepler. Perhatikan bias terhadap dunia yang lebih besar dan lebih dekat. NASA/W. Stenzel |
Kepler beroperasi dengan melihat wilayah kecil langit di galaksi kita setiap hari selama kurang
lebih tiga tahun, sampai misi utamanya berakhir. Dengan melihat ke bagian bawah salah satu lengan spiral Bima Sakti, bahkan hanya dengan bidang pandangnya yang sempit, Kepler dapat memantau sekitar 150.000 bintang, sembari mengamati perubahan lemah skala kecerahan cahaya bintang secara periodik. Jika cahaya bintang meredup lemah untuk waktu yang singkat dan kembali ke tingkat kecerahannya semula, kemudian penurunan skala kecerahannya selalu sama, maka fenomena ini ditandai sebagai kandidat planet.
Transit utama (L) dan deteksi eksoplanet saat berada di belakang bintang induk (R) dari eksoplanet KOI-64 yang ditemukan Kepler. |
Pendekatan ini disebut metode transit. Sistem planet lain bisa berada dalam segala orientasi sudut pandang yang
relatif terhadap kita, tapi sesekali kita menemukan saat planet melintas di depan bintang induk sejajar dengan garis pandang kita. Ada fenomena selain planet yang juga mengakibatkan meredupnya cahaya bintang, termasuk:
- Asteroid di Sabuk Kuiper tata surya kita sendiri,
- Planet pengembara tanpa bintang induk,
- Sistem bintang biner yang saling mengorbit,
- atau variabilitas internal bintang itu sendiri, seperti bintik surya yang besar.
Tetapi jika penurunan skala kecerahan terjadi secara periodik, maka akan menjadi kandidat ideal untuk observasi tindak lanjut menggunakan metode lain. Sekitar 50% kandidat planet yang ditemukan Kepler memang adalah planet, jumlahnya mencapai ribuan. Dari 150.000 bintang di bidang
pandang Kepler, jumlah tersebut tidak terlalu banyak. Sebagaimana yang intuisi Rudy (sang penanya), persejajaran memang banyak terkait dengan
hal itu.
Bintang merupakan entitas yang
cukup besar, bahkan yang paling kecil diameternya mencapai lebih dari 100.000 km, namun
jarak bintang dengan planet lebih luar biasa lagi, apabila diukur jaraknya bisa jutaan hingga miliaran kilometer mengacu pada sumbu semimayor mereka. Di tata surya, Merkurius adalah planet terdekat dari Matahari dan
sering transit di depan Matahari. Tapi hanya karena semua planet anggota tata surya berada di bidang yang sama! Jika kita berada di luar tata surya,
kemungkinan besar kita akan menempati orientasi acak relatif terhadap bidang
ekliptika kita sendiri, dan prosentase transit Merkurius yang dapat diamati sangat kecil.
Sebenarnya, kita dapat menghitung transit untuk setiap
planet di tata surya, mengingat kita berada dekat dengan Matahari, meskipun probabilitas transit Merkurius kurang dari 1% untuk bidang orbit
sejajar dengan pengamat. Namun jika seorang pengamat berada di Jupiter, peluangnya hanya 1:2.000. Jelas, sebagian besar planet terluput oleh Kepler dan
orientasi transit merupakan faktor yang paling berpengaruh.
Tapi ada faktor lain yang bahkan
lebih penting lagi.
Ukuran juga turut memainkan peran besar. Jika sebuah planet
menghalangi 1% kecerahan cahaya bintang induk selama transit, maka Kepler dapat mengamatinya dengan mudah. Jika hanya menghalangi 0,1%, dibutuhkan 10 orbit untuk
menghasilkan sinyal setara dengan angka 1%. Planet seukuran Merkurius terlalu kecil untuk diamati di dekat bintang mirip Matahari. Jadi, semua planet seukuran Mars lebih sulit ditemukan, planet terbesar yang menginduk bintang terkecil paling mudah ditemukan, sebagaimana yang telah dilakukan Kepler selama
ini.
Terluputnya planet dari observasi Kepler adalah karena faktor waktu. Misi Kepler hanya berlangsung selama tiga
tahun, sehingga hanya bisa mendeteksi beberapa transit. Semua planet raksasa
gas seperti di tata surya kita, meskipun ukurannya sangat besar, justru sama
sekali tidak terlihat oleh Kepler! Jika kita menggabungkan semuanya ini, kita menemukan ada beberapa faktor utama yang dibutuhkan Kepler untuk mendeteksi transit planet:
- Orientasi transit planet harus cukup baik dari sudut pandang kita.
- Ukuran planet harus cukup besar relatif terhadap ukuran bintang, sehingga cahaya yang diblokir dapat dideteksi sebagai sinyal transit.
- Planet harus berada cukup dekat dari bintang induk selama transit setidaknya dua kali selama periode observasi.
Sangat menarik untuk menganalisis jumlah planet
yang telah kita temukan sejauh ini dan memperkirakan berapa jumlah planet yang seharusnya eksis untuk semua bintang di galaksi, namun kita tidak memiliki
cukup data. Kita telah mengukur keseluruhan Bima Sakti berdasarkan hubungan
jarak/orbit, dan aman jika memprediksi setidaknya ada 1.000 kali lebih
banyak planet daripada yang telah kita temukan sejauh ini. Tapi untuk wilayah terluar tata surya, kita belum memiliki cukup data untuk mengetahuinya.
Dengan menerapkan metode saat ini, kita harus menyelidiki selama ratusan tahun
untuk mengetahuinya secara pasti. Tapi masih ada harapan lain.
Teleskop 30 meter berbasis darat seperti Teleskop
Magellan Raksasa dan European Extremely
Large Telescope berpotensi menggambarkan dunia-dunia asing dari pantulan cahaya mereka. Sementara instrumen pamungkas LUVOIR, sebuah teleskop berbasis antariksa berukuran 10-15 meter, akan memberikan gambaran tentang planet yang belum
pernah dibayangkan oleh teknologi terkini. Sampai kita dapat memastikan apa yang ada di
luar sana, yang bisa kita lakukan adalah menetapkan batasan dan membuat perkiraan. Saat ini kita menduga ada triliunan planet yang mengorbit bintang masing-masing di Bima Sakti, tapi kita tak ingin sekadar memprediksi, kita ingin mengetahuinya. Dengan sedikit keberuntungan, anggaran yang memadai dan kerja keras, mungkin pertanyaan yang ingin kita ketahui, jawabannya akan diungkap oleh sains hanya dalam waktu beberapa dekade.
Ditulis oleh: Ethan Siegel, kontributor www.forbes.com
Ditulis oleh: Ethan Siegel, kontributor www.forbes.com
Astrofisika dan penulis Ethan Siegel adalah
pendiri dan penulis utama Starts With A Bang! Buku-bukunya, Treknology dan
Beyond The Galaxy, tersedia dimanapun buku-buku dijual.
#terimakasihgoogle
Komentar
Posting Komentar