Di mana mereka? Shutterstock |
Pengetahuan
kita di bidang astronomi semakin meningkat, namun kita tetap belum memiliki bukti nyata tentang kehidupan di luar Bumi. Meskipun alam semesta
adalah tempat yang begitu luas, dipenuhi oleh planet yang tak terhitung jumlahnya, masih juga belum ditemukan tanda-tanda kehidupan ekstraterestrial. Rasa frustrasi atas ketidakmampuan kita untuk mendeteksi kehidupan asing secara sempurna dirangkum dalam paradoks Fermi: Jika kondisi yang dapat
mendukung kehidupan begitu umum di seluruh kosmos, lalu di manakah mereka?
Meski
sejauh ini belum membuahkan hasil, upaya pencarian kehidupan ekstraterestrial mungkin telah
berada di sebuah titik balik. Dengan begitu banyaknya penemuan planet terestrial (berbatu) yang layak huni, peluncuran teleskop khusus
baru tak lama lagi dan misi-misi antariksa lainnya yang menjanjikan, kita
mungkin akan segera menemukan bukti pasti kehidupan di luar Bumi.
Berikut
ini adalah beberapa area sains untuk menemukan kehidupan di luar Bumi!
Sinyal Radio
Pencarian
kehidupan asing telah digagas oleh ilmuwan, penemu, dan masyarakat umum
setidaknya sejak akhir abad ke-19, namun sebagian besar hanya terbatas pada mendengarkan sinyal radio yang dipancarkan oleh peradaban asing dan upaya pencarian kehidupan mikroba di tata surya kita.
Search for Extraterrestrial
Intelligence Institute (SETI) mungkin adalah organisasi paling terkenal yang didedikasikan untuk
memantau radiasi elektromagnetik sebagai tanda transmisi peradaban asing. Sebagian
besar upaya SETI difokuskan untuk menganalisis gelombang radio dengan harapan
menemukan sinyal yang merupakan produk dari kecerdasan. Mereka melakukannya dengan mengamati ribuan bintang di galaksi kita, namun sejauh ini tidak ditemukan apa-apa.
Sinyal Wow! yang ditemukan oleh Big Ear Radio Observatory and North American AstroPhysical Observatory (NAAPO). |
Sejauh
ini, prestasi terbaik hanyalah deteksi satu sinyal pada tahun
1977, itu pun bukan dideteksi oleh SETI Institute, meskipun tidak secara definitif dijelaskan
sebagai fenomena alam (asal sinyal masih belum jelas). Sinyal misterius yang disebut “Wow!signal” adalah deteksi sinyal radio narrow-band selama 72 detik. Sinyal berasal dari wilayah langit tanpa bintang dan
planet dan tidak pernah terdeteksi lagi, meskipun telah dilakukan lebih dari
50 observasi di wilayah yang sama dalam kurun waktu beberapa dekade.
Organisme Biologis Sederhana
di Tata Surya
Penelitian kehidupan di tata surya tidak selalu berada di garis terdepan program antariksa, namun hadir sebagai salah satu tujuan badan-badan antariksa
di seluruh dunia. Program Viking pada tahun 1970-an, misalnya, adalah pesawat antariksa pertama yang mencari kehidupan di Mars sebagai salah satu tujuan
ilmiah utamanya. Meskipun gagal, penemuan saat itu mengindikasikan kemungkinan kehidupan telah berkembang biak di masa
lalu.
Penemuan air asin yang mengalir secara musiman di Planet Merah dan konfirmasi lautan dinamis di bawah permukaan Europa dan Enceladus, mendorong misi badan-badan antariksa beralih ke eksplorasi yang
berfokus terhadap kehidupan. ExoMars, program kerjasama Eropa dan Rusia yang diluncurkan pada tahun 2018, mengemban misi khusus untuk mendeteksi jejak
biologis di tanah dan atmosfer Mars. Sementara misi lain seperti di lautan
Europa, kita harus sabar menunggu, walaupun NASA berencana untuk mempelajari salah
satu bulan Jupiter ini secara lebih rinci menggunakan pesawat antariksa terbaru. Teknologi untuk melakukan pengeboran secara otonom yang mampu menembus kerak es di
Europa atau Enceladus, masih di luar kemampuan kita saat ini.
Warna realistis mosaik Europa yang diambil oleh pesawat antariksa Galileo. NASA/JPL/Institut SETI. |
Jejak Biologis di Atmosfer Eksoplanet
20 tahun telah berlalu sejak kita menemukan eksoplanet pertama yang mengorbit bintang deret
utama dan sekarang kita telah mengetahui hampir 2.000 planet di luar tata surya. Dengan planet-planet baru yang terdeteksi hampir setiap hari,
semakin banyak ilmuwan yang meyakini bahwa tanda pertama kehidupan asing akan datang dari deteksi unsur kimiawi biologis atau buatan di atmosfer
dunia-dunia jauh.
Sebuah
teknik yang berpotensi mendeteksi keberadaan tanaman melalui fotosintesis di sebuah eksoplanet, dikembangkan oleh tim ilmuwan Amerika pada tahun 2014. Mereka menggunakan dimer oksigen (dua molekul O2 yang terikat bersama oleh gaya antarmolekul) sebagai rambu kehidupan, karena hanya dapat terbentuk pada tekanan
normal di atmosfer kaya oksigen.
Banyak ilmuwan yang merasa penasaran dengan apa yang akan kita temukan saat mempelajari
planet terestrial. “Atmosfer eksoplanet mungkin memiliki sejumlah ciri khas
yang mengindikasikan kehidupan, atau kondisi yang sesuai untuk
menopang kehidupan, jika memang kehidupan muncul,” kata astrobiologis Dr. Louisa Preston kepada IFLScience. “Jika misalnya kita mengamati
air sebagai H2O, maka satu dari tiga unsur utama kehidupan hadir di
dunia tersebut. Jika kita melihat oksigen maka kita menyebutnya jejak biologis.
Oksigen di Bumi dihasilkan oleh kehidupan dan hanya terlihat di atmosfer kita
karena memang dihasilkan melalui fotosintesis tanaman.”
Tak lama lagi mungkin kita bisa melihat atmosfer planet-planet di luar Tata Surya berkat cahaya bintang induk mereka. NASA Goddard |
“Metana
juga merupakan kemungkinan yang menarik. Meskipun diproduksi di Bumi melalui
dua proses, biologis dan abiotik, namun menyediakan banyak informasi tentang kondisi kehidupan di dunia tersebut. Oleh karena itu, menemukan
metana dan oksigen, termasuk ozon, di atmosfer planet-planet lain akan sangat
seru.”
Limbah Produk Teknologi
Teknik alternatif SETI adalah observasi terhadap aktivitas peradaban asing maju. Tingkat kemajuan teknologi (juga dikenal sebagai skala Kardashev)
dianggap sebanding dengan kebutuhan energi suatu peradaban. Tak peduli seberapa
hati-hati mereka, penggunaan energi selalu menghasilkan panas. Teleskop
yang sedang dikembangkan, seperti Colossus, didesain melihat jejak energi ini. Kita mungkin dapat mendeteksi cahaya buatan di planet lain dari lampu perkotaan mereka di malam hari, mirip dengan bagaimana Bumi
diterangi oleh lampu buatan.
Analisis
spektrografi atmosfer planet juga bisa digunakan untuk menemukan limbah dari aktivitas industri. Tingkat
karbon dioksida atau produk samping yang
lebih kompleks dari industrialisasi, pasti akan menimbulkan beberapa jejak
energi sekaligus menunjukkan eksistensi peradaban asing maju.
“Ada juga yang menggagas bahwa suatu hari nanti kita dapat mendeteksi aktivitas
peradaban asing di atmosfer eksoplanet, seperti kelimpahan CFC (klorofluorokarbon,
aerosol yang bertanggung jawab atas penipisan ozon),” tambah Dr. Preston.
"Hal ini tidak terjadi secara alami, mereka adalah senyawa buatan produk kecerdasan,
jadi menemukannya akan menjawab paradoks Fermi.”
Teknologi Maju
Interpretasi artistik detektor gelombang gravitasi LISA milik ESA. NASA/JPL, melalui Wikimedia Commons. |
Peradaban ekstraterestrial bisa saja secara signifikan lebih maju daripada kita dan dengan demikian
mungkin menggunakan teknologi yang belum dapat kita deteksi. Barangkali teknologi komunikasi yang mereka gunakan adalah sinar gamma, neutrino, dan gelombang gravitasi.
Sinar
gamma memungkinkan transmisi kumpulan data dalam jumlah besar yang lebih cepat daripada
metode konvensional dan teknologi tersebut masih dalam
tahap pengembangan saat ini. Emisi neutrino buatan dan anomali gravitasi mungkin dapat dideteksi
dalam waktu 10 tahun ke depan, namun mengidentifikasi seluk beluk sinyal tetap berada di luar kemampuan kita. Kita mungkin tidak mengenali emisi
neutrino buatan dan anomali gravitasi ini sebagai bukti pasti peradaban maju asing.
Dan tentu saja, semua itu hanya sekadar spekulasi. Jika alien memang ada, siapa
yang tahu bagaimana cara mereka berkomunikasi.
Alien dan Kapitalisme
Saat menyelidiki sebuah sinyal yang kemungkinan berasal dari
peradaban ekstraterestrial, penting untuk diingat bahwa mungkin tidak banyak pancaran
sinyal komunikasi mereka. Menggunakan komunikasi satelit dan
kabel, kita juga telah banyak mengurangi sinyal radio yang dikirim ke
luar angkasa, karena hal ini adalah pemborosan energi dan uang. Peradaban asing mungkin
juga telah melakukan hal serupa. Kita selalu menganggap spesies ekstraterestrial sangat berbeda dari kita, tapi mungkin sebenarnya mereka lebih mirip dengan kita daripada
yang kita duga sebelumnya.
Di
seberang galaksi, kita tetap masih menunggu dan mendengarkan, tapi hingga saat
ini belum ada yang berbicara.
Ditulis
oleh: Alfredo Carpineti, www.iflscience.com
#terimakasihgoogle
Komentar
Posting Komentar