Foto ikonik “blue marble” yang diambil oleh astronot Apollo 17 pada tahun 1972. NASA |
Hanya
dari satu lokasi di permukaan Bumi, mustahil untuk menentukan seperti apa bentuk planet kita. Hanya dari satu sudut pandang, meskipun dibantu
oleh cakrawala yang cerah tanpa awan agar kita dapat melihat beberapa
kilometer ke segala arah, cakrawala tetap menjadi batas sudut pandang kita. Dan kita tidak akan pernah mengetahui bentuk tulen Bumi, apakah datar, atau bulat, atau dalam keseimbangan hidrostatik, atau menyerupai telur, atau bahkan tidak beraturan. Hanya dari satu lokasi di permukaan, bentuk Bumi terlihat datar. Jika berbentuk bulat, pasti ukuran Bumi cukup besar dan seharusnya memiliki diameter beberapa ratus kilometer.
Bentuk sejati Bumi adalah bulat pepat, bulat yang hampir
sempurna dengan presisi melampaui 99%. Jika terbang meninggalkan
permukaan Bumi, maka kita dapat melihat bentuk sejati Bumi, yang tidak bisa dipungkiri lagi karena memang seperti itulah Bumi terlihat sejak pertama kali saat kita terbang cukup tinggi dan mengamati kelengkungan planet
kita.
Dari
ketinggian atau bahkan dari luar angkasa, bentuk Bumi yang sebenarnya dapat
dilihat dengan lebih mudah. Dimensinya bisa diukur, jari-jari kelengkungannya ke
segala arah bisa dihitung; bentuk bulat yang nyaris sempurna dapat diamati oleh instrumen antariksa kita. Jika bisa cukup jauh meninggalkan Bumi, maka kita akan melihat satu belahan Bumi sekaligus, bahkan melihat bagaimana Bumi berotasi. Dengan diameter sekitar 12.700 kilometer, tak diragukan lagi, dunia yang kita tinggali adalah sebuah bola.
Tapi, bagaimana jika kita belum pernah ke luar angkasa atau terbang cukup tinggi
untuk melihat kelengkungan Bumi? Bagaimana jika kita tidak pernah mengelilingi
dunia, melakukan eksperimen Eratosthenes, atau mendengar tentang eksperimen
Shaquille O'Neal yang dapat dilakukan setiap orang? Percaya atau tidak, masih
ada sejumlah observasi sederhana yang bisa kita lakukan, yang akan mustahil terjadi jika Bumi datar. Berikut lima observasi sederhana untuk membuktikan bahwa Bumi adalah sebuah bola, tidak datar sebagaimana diklaim oleh segelintir orang.
1). Gerhana Bulan tidak hanya terjadi saat malam hari. Lihatlah bentuk bayangan
Bumi selama gerhana bulan, terutama selama fase parsial. Apakah kamu memperhatikan bagaimana bayangan Bumi selalu tampak berbentuk lingkaran yang
hampir sempurna? Jika bentuk Bumi adalah piringan datar, berarti
hanya ada satu orientasi kesejajaran antara Matahari-Bumi untuk menciptakan bayangan melingkar (bukan elips), dengan
“piringan” Bumi tegak lurus terhadap bidang orbit Matahari-Bulan. Berarti
Matahari harus berada di posisi “tengah malam” relatif terhadap sisi malam
Bumi. Namun, faktanya gerhana bulan dapat terjadi pada semua waktu yang berbeda
(bukan hanya saat malam hari) tergantung di mana posisi kita di Bumi. Bumi datar tidak akan bisa menjelaskan pengamatan sederhana ini.
2). Wilayah yang berbeda mengalami musim pada waktu yang
berbeda pula. Pernahkah kamu mendengar saat Amerika Serikat mengalami musim panas, Australia justu mengalami musim dingin? Atau Italia mengalami musim dingin, sedangkan di Argentina masih musim panas? Perbedaan ini terjadi karena Matahari menyinari
Bumi hampir pararel sempurna, menyinari berbagai wilayah di permukaan Bumi
pada sudut yang berbeda dalam satu tahun. Jika Bumi datar, maka sinar Matahari
akan selalu berada pada sudut yang sama, yang berarti Amerika Serikat,
Australia, Italia, dan Argentina, semuanya akan mengalami musim yang sama
persis. Konsep Bumi datar tidak bisa menjelaskan hal ini.
3). Bintang yang berbeda terlihat dari garis lintang yang berbeda. Lihatlah langit
malam dari lokasi lintang utara tinggi, dan kita akan menemukan rasi bintang
bajak, bintang biduk, bintang raksasa oranye terang Arcturus dan Gugus Kartika, di
antara pemandangan-pemandangan langit lainnya. Namun jika berada di kutub
selatan, pemandangan langit utara tersebut tidak akan terlihat, tetapi para pengamat di sana justru dapat mengamati Alpha Centauri, kedua Awan Magellan dan Salib Selatan, yang tidak akan pernah terlihat oleh para pengamat dari belahan langit
utara. Jika memang Bumi berbentuk datar, maka semua orang akan melihat langit yang sama. Inilah salah satu pengamatan sederhana lain
yang tidak akan dapat dijelaskan apabila Bumi datar.
4). Kita tidak akan pernah bisa melihat puncak gunung Kawaikini dari puncak gunung
Mauna Kea. Mauna Kea, puncak tertinggi di Hawaii menawarkan pemandangan yang menakjubkan. Hanya pemandangan lautan yang terlihat
beserta beberapa pulau terdekat lainnya. Dari puncak gunung ini kita seharusnya bisa
melihat dengan sangat jauh. Pulau Kauai memiliki tujuh puncak tertinggi di
kepulauan Hawaii, puncak tertinggi disebut Kawaikini. Jika kita menggambar
garis lurus dari Mauna Kea (ketinggian: 13.796 kaki) ke Kawaikini (ketinggian:
5.226 kaki), mereka terpisah 303 mil.
Namun, kita tidak pernah bisa melihat Kawaikini dari Mauna Kea, yang seharusnya bisa dilakukan
jika Bumi datar. Karena kelengkungan Bumi, batas garis pandang untuk kedua
puncak gunung tersebut hanya 233 mil. Kelengkungan Bumi membuat satu sama lain tak terlihat dan fenomena serupa juga berlaku untuk dua
puncak gunung dengan garis pandang yang jelas satu sama lain.
5). Waktu terbit dan terbenamnya Matahari terjadi pada waktu yang berbeda tergantung
lokasi kita di garis bujur Bumi. Jika Bumi datar, maka seseorang di New York
dan seseorang di Los Angeles akan melihat terbit dan terbenamnya Matahari pada
waktu yang bersamaan. Tapi, faktanya selisih waktu terbit dan terbenamnya Matahari sekitar tiga jam. Tidak hanya itu, tapi di setiap titik di
antaranya, terbit dan terbenamnya Matahari terjadi pada waktu yang berbeda,
sesuatu yang mustahil terjadi jika Bumi datar. Fakta perbedaan waktu di New
York saat malam hari dan sore hari di Los Angeles, atau bisa juga pagi hari di
New York saat masih menjelang fajar di Los Angeles, adalah fenomena yang mustahil terjadi jika Bumi berbentuk datar.
Jika
Bumi datar, kelima fenomena yang disebutkan di atas pasti akan terjadi sangat berbeda, namun pengamatan sederhana ini mudah
untuk diverifikasi kebenarannya. Setiap orang yang meyakini bahwa Bumi datar seharusnya tidak meragukan kebenarannya. Entah pola pikir siapa yang akan berubah, tapi tanpa harus ke luar angkasa atau navigasi mengelilingi Bumi atau eksperimen ilmiah lebih lanjut, kita seharusnya mengetahui kelima fenomena tersebut tidak akan bisa terjadi jika bentuk Bumi datar. Jika memang Bumi datar, maka kita hanya mengalami gerhana Bulan saat tengah malam, di mana-mana memiliki musim yang sama, di setiap lokasi akan melihat bintang yang sama,
semua puncak gunung yang tinggi akan terlihat satu sama lain, dan setiap tempat akan melihat terbit dan
terbenamnya Matahari pada waktu yang bersamaan. Karena semua hal ini salah,
begitu pula dengan gagasan Bumi datar.
Jika
artikel ini dapat membantu, bahkan hanya bagi satu orang untuk menantang
keyakinan para penganut Bumi datar, maka akan menjadi kemenangan luar biasa bagi sains. Tapi jangan terlalu banyak berharap. Seperti pepatah lama, kita tidak bisa mengubah seseorang yang tidak memiliki niat untuk berubah.
Ditulis oleh: Ethan Siegel, kontributor
www.forbes.com
#terimakasihgoogle
Komentar
Posting Komentar