Ilustrasi penemuan lubang hitam supermasif terjauh yang menggerakkan quasar saat alam semesta hanya berusia 690 juta tahun setelah Big Bang. Kredit: Robin Dienel/Institusi Sains Carnegie |
Para
ilmuwan telah menemukan peninggalan bersejarah langka dari alam semesta awal, yaitu lubang hitam supermasif terjauh yang pernah ditemukan. Objek kosmik “buas
pemakan” segalanya ini memiliki massa 800 juta kali lipat massa Matahari
kita, yang tergolong sangat besar bagi alam semesta belia. Para periset telah melaporkan penemuan ini di jurnal Nature.
“Lubang
hitam tersebut tumbuh sangat cepat hanya dalam waktu 690 juta tahun setelah Big Bang dan menantang teori kita tentang
bagaimana lubang hitam terbentuk,” ungkap rekan penulis makalah studi Daniel Stern dari
Laboratorium Propulsi Jet (JPL) NASA di Pasadena, California.
Para
astronom menggabungkan data dari Wide-field
Infrared Survey Explorer (WISE) NASA dan berbagai survei berbasis
darat untuk mengidentifikasi benda langit yang terletak begitu jauh untuk dipelajari. Setelah menentukan target, para astronom kemudian menindaklanjutinya dengan Teleskop Magellan di Observatorium
Carnegie, Chili. Astronom Eduardo Bañados dari Observatorium Carniege memimpin penelitian untuk mengidentifikasi kandidat ratusan juta objek yang telah ditemukan
WISE dan layak ditindaklanjuti oleh Teleskop Magellan.
Agar
lubang hitam dapat tumbuh sedemikian besarnya di alam semesta awal, para astronom berspekulasi ada kondisi tertentu yang memicu pertumbuhannya, namun penyebab utamanya tetap misterius.
Lubang
hitam terjauh yang baru ditemukan ini melahap dengan rakus material di pusat galaksi, sebuah
fenomena yang disebut quasar, objek paling terang di alam semesta. Quasar tersebut dianggap sebagai objek yang sangat unik karena berasal dari
masa ketika alam semesta baru saja melewati zaman kegelapan. Penemuan ini
akan memberikan informasi fundamental tentang lingkungan alam semesta saat berusia 5% dari usianya saat ini.
“Quasar
tersebut adalah salah satu benda langit paling terang dan paling jauh yang pernah ditemukan dan dianggap sangat penting untuk memahami sejarah awal alam semesta,” jelas rekan
penulis makalah studi Bram Venemans dari Max Planck Institute for Astronomy di Jerman.
Kosmos bermula sebagai sebuah sup panas partikel yang menyebar
dengan cepat dalam periode yang disebut inflasi. Sekitar 400.000 tahun setelah
Big Bang, partikel mendingin dan membentuk gas hidrogen netral.
Tapi alam semesta masih gelap, tanpa sumber yang bercahaya, hingga gaya gravitasi mengakumulasi material yang menggumpal untuk membentuk bintang dan galaksi generasi pertama. Energi yang dilepaskan oleh galaksi-galaksi purba menyebabkan hidrogen netral
menjadi lebih aktif dan terurai menjadi ion atau kehilangan elektron. Molekul gas tetap bertahan dalam keadaan tersebut sejak saat itu. Begitu alam semesta terionisasi,
foton mulai dapat bergerak dengan bebas ke seluruh kosmos. Inilah titik saat alam semesta menjadi transparan terhadap cahaya.
Sebagian
besar hidrogen yang mengelilingi quasar yang baru ditemukan adalah hidrogen
netral. Berarti tak sekadar menjadi yang terjauh, quasar ini juga menjadi satu-satunya sampel yang dapat dilihat sebelum alam semesta terionisasi.
“Masa itu adalah transisi besar terakhir alam semesta yang menjadi salah satu batas terkini
astrofisika,” kata Bañados.
Jarak
quasar ditentukan oleh pergeseran merahnya, ukuran berapa panjang gelombang cahaya yang
direntangkan oleh ekspansi alam semesta sebelum mencapai Bumi. Semakin besar pergeseran merah, semakin jauh jarak dan semakin jauh para astronom melihat ke
masa lalu saat mengamati objek. Quasar terjauh yang baru ditemukan ini
memiliki nilai pergeseran merah 7,54 berdasarkan deteksi emisi karbon
terionisasi dari galaksi yang menjadi induk lubang hitam masif. Berarti cahaya quasar membutuhkan waktu lebih dari 13 miliar tahun untuk mencapai kita.
Para
ilmuwan memprediksi kosmos mengandung antara 20-100 quasar yang setara dan
sepadan dengan quasar terjauh ini. Para astronom menantikan misi Euclid ESA yang aktif terlibat dalam misi Wide-field Infrared Survey Telescope (WFIRST) NASA untuk
menemukan lebih banyak objek jauh semacam itu.
“Dengan
fasilitas yang lebih sensitif beberapa generasi berikutnya, kita dapat berharap atas penemuan-penemuan menarik di alam semesta awal,” pungkas Stern.
Ditulis
oleh: Staf www.nasa.gov, editor: Tony Greicius
Sumber:
Found: Most Distant Black Hole
#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa
Komentar
Posting Komentar