Langsung ke konten utama

Apa Itu Astrofisika?

nebula-kepala-monyet-apa-itu-astrofisika-informasi-astronomi
Mosaik Hubble menyingkap koleksi simpul ukiran gas dan debu di sebagian kecil wilayah Nebula Kepala Monyet (juga dikenal sebagai NGC 2174 dan Sharpless Sh2-252). Nebula adalah wilayah pembentuk bintang terdiri dari awan debu gelap yang siluet terhadap gas bercahaya.
Kredit: NASA, ESA, dan Hubble Heritage Team (STScI/AURA)

Astrofisika adalah cabang ilmu antariksa yang menerapkan hukum fisika dan kimia untuk menjelaskan kelahiran, kehidupan dan kematian bintang, planet, galaksi, nebula dan objek-objek lain di alam semesta. Astrofisika memiliki dua sepupu dalam sains, astronomi dan kosmologi, juga termasuk garis kabur di antara keduanya.

Dalam pengertian yang paling sederhana:
  1. Astronomi mengukur posisi, luminositas, pergerakan dan karakteristik lainnya, (luminositas adalah jumlah energi yang dipancarkan sebuah objek ke segala arah per satuan waktu).
  2. Astrofisika menggagas teori fisika mulai dari struktur berukuran kecil hingga berukuran sedang di alam semesta.
  3. Kosmologi menggagas teori fisika untuk struktur terbesar dan alam semesta secara keseluruhan.
Dalam prakteknya, ketiga cabang ilmu antariksa ini membentuk ikatan yang sangat erat. Apabila Anda bertanya tentang lokasi dari sebuah nebula (seperti dalam gambar), maka para astronom mungkin akan menjawabnya terlebih dahulu. Apabila Anda bertanya tentang komposisi dan proses terbentuknya nebula, maka para astrofisikawan akan menjawabnya. Dan apabila Anda bertanya tentang apakah data yang ada sesuai dengan pembentukan alam semesta, maka para kosmolog yang akan menjawabnya.

Tujuan Astrofisika

Para astrofisikawan berusaha untuk memahami alam semesta dan tempat kita di dalamnya. Tujuan astrofisika adalah “untuk menemukan bagaimana alam semesta bekerja, mengeksplorasi tentang asal usul dan evolusi alam semesta, dan untuk mencari kehidupan di planet-planet yang mengorbit bintang selain Matahari,” menurut situs web NASA.

Tujuan yang ingin dicapai oleh astrofisika menghasilkan tiga pertanyaan utama: 
  1. Bagaimana cara kerja alam semesta?
  2. Bagaimana kita bisa menjadi seperti sekarang ini di alam semesta?
  3. Apakah kita sendirian di alam semesta?
Semuanya Berawal dari Newton

Sementara astronomi adalah salah satu sains tertua, astrofisika teoritis dimulai oleh Isaac Newton. Sebelum Newton, para astronom hanya menggambarkan pergerakan objek langit menggunakan model matematis yang kompleks tanpa dasar fisika. Kemudian Newton menunjukkan bagaimana sebuah teori tunggal secara simultan dapat menjelaskan orbit Bulan dan planet di luar angkasa dan lintasan peluru meriam di Bumi. Teori tunggal ini menambah bukti bagi kesimpulan mengejutkan bahwa langit dan Bumi ternyata tunduk oleh hukum fisika yang sama.

Mungkin yang membedakan keunikan model Newton dari model-model sebelumnya adalah karena model Newton prediktif dan deskriptif. Berdasarkan penyimpangan orbit Uranus, para astronom meramalkan eksistensi sebuah planet baru yang kemudian berhasil diamati secara langsung dan diberi nama Neptunus. Prediktif dan deskriptif adalah tanda bagi sains yang telah matang dan astrofisika ada dalam kategori ini.

Tonggak Sejarah Astrofisika

Karena satu-satunya cara agar kita dapat berinteraksi dengan objek yang berada sangat jauh adalah dengan mengamati radiasi yang mereka pancarkan, sebagian besar studi astrofisika terkait dengan deduksi teori untuk menjelaskan mekanisme yang menghasilkan radiasi, sekaligus mencari cara untuk mengekstrak sebagian besar informasi dari objek yang diamati. Gagasan pertama tentang sifat bintang muncul pada pertengahan abad ke-19 dari metode yang paling populer saat itu, analisis spektral atau observasi frekuensi cahaya tertentu yang diserap dan dipancarkan oleh zat-zat tertentu ketika dipanaskan. Analisis spektral dianggap penting bagi tiga serangkai sains antariksa, baik untuk memandu maupun menguji teori-teori baru.

Spektroskopi memberikan bukti pertama bahwa bintang juga mengandung zat yang ditemukan di Bumi. Spektroskopi mengungkap beberapa nebula yang hanya murni mengandung molekul gas, sementara beberapa nebula lain menyembunyikan bintang di dalamnya. Penemuan ini selanjutnya membantu melahirkan gagasan bahwa beberapa nebula sama sekali bukan nebula, melainkan sebuah galaksi!

Pada awal tahun 1920-an, astronom Cecilia Payne menggunakan spektroskopi untuk menemukan komposisi bintang yang didominasi hidrogen. Spektrum bintang juga memungkinkan para astrofisikawan untuk menentukan laju pergerakan bintang, apakah bergerak ke arah atau menjauhi Bumi. Sama seperti suara dari sebuah kendaraan bermotor yang bergerak ke arah atau menjauhi kita disebabkan oleh pergeseran Doppler, spektrum bintang juga berubah dengan cara serupa. Pada tahun 1930-an, dengan menggabungkan pergeseran Doppler dan teori relativitas umum Einstein, astronom Edwin Hubble membuktikan ekspansi alam semesta. Penemuan yang telah diprediksi oleh teori Einstein ini kemudian menjadi dasar bagi Teori Big Bang.

Pada pertengahan abad ke-19, fisikawan Lord Kelvin (William Thomson) dan Gustav Von Helmholtz menggagas prediksi keruntuhan gaya gravitasi yang dapat menjadi sumber energi bagi Matahari, meskipun mereka akhirnya menyadari bahwa energi yang dihasilkan dengan cara ini hanya bertahan selama 100.000 tahun. Lima puluh tahun kemudian, persamaan terkenal Einstein, E=mc2, memberikan para astrofisikawan petunjuk pertama tentang sumber energi tulen Matahari (walaupun keruntuhan gaya gravitasi tetap memainkan peran penting). Seiring kemajuan sains fisika nuklir, mekanika kuantum dan fisika partikel pada paruh pertama abad ke-20, para astrofisikawan dapat merumuskan teori tentang fusi nuklir yang menjadi sumber energi bintang, termasuk menggambarkan bagaimana bintang dilahirkan, hidup dan mati, serta distribusi tipe bintang meliputi spektrum, luminositas, usia dan fitur-fitur lainnya.

Astrofisika adalah fisika bintang yang mempelajari objek-objek kosmik di dekat Bumi dan yang sangat jauh. Menurut teori Big Bang, hampir seluruh komposisi bintang-bintang generasi pertama terdiri dari hidrogen. Proses fusi nuklir di inti bintang melebur atom hidrogen menjadi helium. Pada tahun 1957, satu tim ilmuwan yang terdiri dari pasangan suami istri astronom bernama Geoffrey dan Margaret Burbidge, bersama fisikawan William Alfred Fowler dan Fred Hoyle, menemukan bahwa seiring pertambahan usia, bintang menghasilkan unsur logam yang lebih berat daripada hidrogen dan helium, kemudian mewariskannya kepada bintang-bintang generasi berikutnya. Hanya pada tahap akhir kehidupan bintang generasi saat ini, unsur yang membentuk Bumi, seperti besi (32,1%), oksigen (30,1%) dan silikon (15,1 persen), diproduksi. Unsur krusial lainnya adalah karbon, yang bersama dengan oksigen membentuk sebagian besar massa organisme biologis, termasuk manusia. Jadi astrofisika seolah memberi tahu bahwa kita sebenarnya berasal dari debu bintang.

Astrofisika Sebagai Karier

Butuh waktu bertahun-tahun belajar, bekerja dan melakukan observasi untuk menjadi seorang astrofisikawan. Tapi Anda bisa mulai melibatkan diri dengan cara-cara yang sederhana, seperti bergabung dengan klub astronomi di sekolah dasar atau sekolah menengah, menghadiri acara astronomi setempat, mengikuti kursus online gratis di bidang astronomi dan astrofisika, dan mengikuti berita tentang astronomi baik di media massa maupun internet.

Di perguruan tinggi, seorang mahasiswa harus menyelesaikan studi untuk meraih gelar doktor dalam bidang ilmu astrofisika, untuk  kemudian mengambil posisi paska doktoral dalam astrofisika. Astrofisikawan dapat bekerja untuk pemerintah, laboratorium universitas, dan terkadang di organisasi swasta. (Paska doktoral adalah seseorang pemegang gelar doktor yang terlibat dalam proyek riset).

Secara lebih lanjut, situs study.com merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk menempatkan Anda pada jalur menjadi seorang astrofisikawan di Amerika Serikat:

Ambil kelas matematika dan sains di SMA. Pastikan untuk mengambil berbagai macam kelas sains. Astronomi dan astrofisika sering memadukan unsur dari biologi, kimia dan disiplin ilmu lainnya untuk lebih memahami fenomena di alam semesta. Ikuti juga ekstra kurikuler musim panas atau magang di bidang matematika atau sains, bahkan menjadi sukarelawan pun dapat membantu meningkatkan resume Anda.

Selesaikan gelar sarjana di bidang matematika atau sains. Sementara gelar sarjana di bidang astrofisika dianggap sangat ideal, namun ada banyak jalur untuk menuju ke sana. Anda bisa melakukan studi pasca sarjana di bidang komputasi, misalnya, yang sangat penting untuk membantu Anda dalam menganalisis data. Sebaiknya Anda berkonsultasi dengan bimbingan konseling di SMA atau universitas setempat untuk mengetahui program gelar apa yang akan membantu Anda.

Ambil peluang untuk terlibat dalam penelitian. Banyak universitas memiliki laboratorium yang melibatkan mahasiswa untuk berpartisipasi dalam berbagai penemuan baru. Instansi seperti NASA juga menawarkan magang dari waktu ke waktu.

Selesaikan gelar doktor dalam astrofisika. Gelar Ph.D. membutuhkan jalan yang panjang, namun Biro Statistik Tenaga Kerja di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sebagian besar astrofisikawan memiliki gelar doktor. Pastikan untuk menyertakan juga kursus astronomi, komputasi, matematika, fisika dan statistik untuk memiliki basis pengetahuan yang luas.

Astrofisikawan Natalie Hinkel saat berada di Universitas Negeri Arizona diwawancarai oleh situs Lifehacker pada tahun 2015. Ia memberikan gambaran sekilas tentang penghargaan dan tantangan yang harus dihadapi oleh seorang astrofisikawan junior. Hinkel menjelaskan tentang berapa lama dia harus melakukan penelitian, seringnya beralih shift jam kerja dan bagaimana rasanya menjadi seorang wanita di bidang yang kompetitif. Hinkel juga memberikan wawasan menarik tentang apa yang sebenarnya dia lakukan dari hari ke hari, dan hanya sangat sedikit waktu yang dihabiskannya untuk melakukan pengamatan menggunakan teleskop.

“Saya menghabiskan sebagian besar waktu untuk pemrograman. Kebanyakan orang menganggap para astronom menghabiskan seluruh waktunya di teleskop, tapi itu hanya sebagian kecil dari pekerjaan, jika tidak sama sekali. Benar saya melakukan beberapa pengamatan menggunakan teleskop, namun dalam beberapa tahun terakhir saya hanya melakukan dua kali pengamatan dalam waktu sekitar dua minggu,” ungkap Hinkel kepada Lifehacker.

"Setelah mendapatkan data, Anda harus menguranginya (misalnya mengambil bagian-bagian yang buruk dan memprosesnya untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya), biasanya menggabungkannya dengan data lain untuk melihat gambaran secara utuh. Lalu menulis makalah studi tentang apa yang Anda temukan. Karena setiap pengamatan kerap menghasilkan data dari banyak bintang, maka Anda tidak perlu menghabiskan seluruh waktu di teleskop untuk menyelesaikan pekerjaan.”


Divisi Astrofisika NASA

Kredit: NASA

Berada di bawah naungan Direktorat Misi Sains (SMD) NASA, tujuan sains yang ingin digapai oleh Divisi Astrofisika sungguh menakjubkan, karena berusaha mempelajari tentang alam semesta dan tempat kita di dalamnya. Mulai dari penelitian asal usul alam semesta, sejarah evolusi bintang dan galaksi, bagaimana sebuah sistem planet terbentuk, hingga seperti apa lingkungan kosmik ideal yang ramah terhadap kehidupan. Divisi Astrofisika NASA akan terus mencari jejak biologis di luar Bumi, untuk mengetahui bahwa kita tidak sendirian.

Tujuan NASA di bidang astrofisika adalah untuk “menemukan cara kerja alam semesta, mengeksplorasi bagaimana alam semesta dimulai dan berevolusi, dan untuk mencari kehidupan di planet-planet yang mengorbit bintang selain Matahari”.

Tiga pertanyaan utama astrofisika bersumber dari tujuan yang ingin dicapai oleh NASA ini.

1. Bagaimana cara kerja alam semesta?

Menyelidiki asal usul dan takdir pamungkas alam semesta kita, termasuk sifat lubang hitam, energi gelap, materi gelap, dan gravitasi.

2. Bagaimana kita bisa sampai disini?

Menjelajahi asal usul dan evolusi galaksi, bintang, dan planet yang membentuk alam semesta kita.

3. Apakah kita sendirian?

Menemukan dan mempelajari planet yang mengorbit bintang selain Matahari dan menjelajahi apakah mereka bisa menjadi tempat perlindungan bagi kehidupan.

Program Astrofisika NASA Saat Ini

Divisi Astrofisika NASA terdiri dari tiga program terfokus dan dua program lintas sektoral. Ketiga program terfokus menyediakan kerangka kerja intelektual untuk memajukan sains dan melakukan perencanaan strategis, di antaranya adalah fisika kosmos, asal usul alam semesta dan eksplorasi eksoplanet.

1. Fisika Kosmos

Upaya pencarian untuk memahami cara kerja alam semesta. Dimulai dengan studi tentang building block fundamental eksistensi kita, yakni materi, energi, ruang dan waktu, dan bagaimana bagaimana mereka berperilaku di bawah kondisi fisik ekstrem yang menjadi ciri alam semesta awal.

Program Fisika Kosmos (PCOS) menggabungkan kosmologi, astrofisika berenergi tinggi, dan proyek fisika fundamental untuk secara langsung menjawab pertanyaan sentral tentang sifat fenomena astrofisika kompleks seperti lubang hitam, bintang neutron, energi gelap dan gelombang gravitasi. Menggunakan armada misi berbasis antariksa yang beroperasi di seluruh spektrum elektromagnetik, tujuan utama PCOS adalah untuk mempelajari asal usul dan takdir pamungkas kosmos.

2. Asal Usul Kosmik

Untuk memahami tahap evolusi alam semesta, dari keadaan awalnya yang sangat sederhana setelah Big Bang ke alam semesta menakjubkan yang kita lihat saat ini, kita harus memahami bagaimana bintang, galaksi dan planet terbentuk dari waktu ke waktu.

Komposisi alam semesta didominasi oleh hidrogen dan helium. Kedua unsur ini menyusun 98% dari materi kasat mata di alam semesta, meskipun komposisi dunia kita dan segala yang dikandungnya --bahkan kehidupan itu sendiri-- tercipta oleh unsur yang lebih berat dari hidrogen dan helium, seperti karbon, nitrogen, oksigen, silikon, besi, dll.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh bintang-bintang generasi pertama untuk menabur benih di alam semesta kita dengan unsur-unsur berat yang kita temukan di Bumi saat ini? Kapan alam semesta menyediakan unsur-unsur berat yang memungkinkan pembentukan molekul prebiotik dan planet teresterial (berbatu) yang menjadi tempat bagi molekul untuk bergabung dan menciptakan kehidupan?

Pertanyaan besar Divisi Astrofisika NASA adalah “Bagaimana alam semesta tercipta dan berevolusi sehingga menghasilkan galaksi, bintang dan planet seperti yang kita lihat hari ini?”

3. Eksplorasi Eksoplanet

Program eksplorasi eksoplanet NASA memimpin umat manusia menempuh perjalanan untuk menuntaskan dua pertanyaan klasik yang belum terjawab. Dari mana kita berasal dan apakah kita sendirian?

Tujuan utama program adalah untuk menemukan dan mengkarakterisasi sistem planet dan planet mirip Bumi di sekitar bintang terdekat. Misi dirancang untuk menemukan planet layak huni dan bukti kehidupan di luar Bumi.

Tahap pertama eksplorasi harus mempersiapkan pemahaman tentang seberapa banyak dan apa tipe sistem planet yang disediakan oleh alam. Tahap pertama telah banyak dilakukan oleh jajaran teleskop berbasis darat di seluruh dunia yang mendorong batas kemampuan mereka untuk menembus turbulensi lapisan atmosfer Bumi guna mendeteksi planet-planet seukuran Bumi.

Sedangan teleskop berbasis antariksa, seperti Kepler, terus menatap ruang angkasa untuk menemukan planet-planet berukuran kecil mirip Bumi yang mengorbit bintang induk masing-masing. Misi antariksa masa depan oleh NASA maupun badan antariksa internasional lainnya dan observatorium darat yang lebih besar dan lebih sensitif akan memperluas sensus eksoplanet.

Pada saat yang sama, investigasi penting akan memberi tahu kita tentang lingkungan kosmik di sekitar bintang beserta eksoplanet yang mengorbitnya, seperti debu dan puing-puing debu cakram protoplanet yang menyulitkan observasi.

Tujuan utama program eksplorasi eksoplanet adalah untuk melihat apakah ada planet di luar tata surya yang menunjukkan jejak biologis (seperti yang kita kenal ataukah harus ditafsirkan terlebih dahulu). Bukti akan diperoleh terutama dalam bentuk studi spektroskopi lapisan atmosfer eksoplanet. Agar berpotensi menampung kehidupan, maka sebuah planet seharusnya memiliki air cair di permukaan.

Kita tidak berani berasumsi planet akan mirip dengan Bumi, tapi setidaknya terletak di lintasan orbit yang tidak terlalu dekat atau terlalu jauh dari bintang induk, sehingga memungkinkan keberadaan air cair dalam rentang waktu geologis, ditambah lapisan atmosfer yang mengandung keseimbangan gas ideal untuk menopang kehidupan.

Selain itu, atmosfer planet bisa saja diubah oleh organisme biologis yang dapat menjelaskan tingkat molekul gas yang luar biasa tinggi di atmosfernya. (Bukannya para ilmuwan menolak segala kemungkinan bentuk kehidupan selain dari yang kita kenal di Bumi, tetapi kita belum tahu seperti apa bentuk kehidupan lain yang mampu eksis atau bagaimana mencarinya).

Volume ruang angkasa yang akan dieksplorasi hanya terbatas di wilayah bintang-bintang tetangga terdekat. Dalam konteks ini, “jarak dekat” dalam skala astronomi dipahami sebagai bintang yang berjarak sekitar 20 parsec (60 tahun cahaya) dari Matahari kita. Jarak ini bisa kita jelajahi menggunakan teknologi dalam satu dekade berikutnya.

Misi Astrofisika Saat Ini

Kredit: Youtube

Misi astrofisika saat ini yang terus digencarkan oleh NASA termasuk misi yang dilakukan oleh tiga Observatorium Besar. Rangkaian Observatorium Besar NASA yang masih beroperasi saat ini adalah Teleskop Antariksa Hubble, Observatorium Sinar-X Chandra dan Teleskop Antariksa Spitzer.

Selain itu, Teleskop Antariksa Sinar Gamma Fermi terus menjelajah kosmos pada ujung spektrum berenergi tinggi. Misi lain yang dianggap inovatif dan terus menghasilkan penemuan baru seperti Neil Gehrels Swift Observatory, NuSTAR, TESS, dan Mission of Opportunity NICER, turut melengkapi misi strategis astrofisika.

SOFIA, observatorium terbang astronomi inframerah juga sedang dalam tahap operasional. Keseluruhan misi bertanggung jawab atas peningkatan akumulasi sains tentang kosmos. Semua misi dimaksud telah mencapai tujuan sains utama yang ditentukan, namun tidak pernah berhenti memberikan hasil spektakuler dalam operasional misi yang diperluas.

Para peneliti yang dibiayai oleh NASA juga turut berpartisipasi dalam pengamatan, analisis data dan pengembangan instrumen untuk misi astrofisika bersama mitra internasional, termasuk ESMM XMM-Newton.

Misi Astrofisika dalam Waktu Dekat

Masih dalam tahap pengembangan, Teleskop Antariksa James Webb besutan NASA memiliki cakupan spektrum elektromagnetik yang lebih luas. Selain itu, ada juga detektor untuk misi Euclid ESA dan perangkat keras untuk XRISM X-Ray JAXA (X-Ray Imaging and Spectroscopy) yang menyediakan terobosan dalam studi pembentukan struktur alam semesta, aliran yang keluar dari inti galaksi dan materi gelap.

Menyelesaikan misi yang masih dalam tahap pengembangan tentunya mendukung misi yang telah beroperasi, sementara pendanaan program penelitian dan analisis mengkonsumsi sebagian besar sumber daya Divisi Astrofisika NASA.

Pada bulan Februari 2016, NASA secara resmi memulai rekomendasi decadal Astro2010, yakni Wide Field Infrared Survey Telescope (WFIRST) yang akan membantu para peneliti dalam mengungkap rahasia energi gelap dan materi gelap, serta menjelajahi evolusi kosmos. WFIRST juga akan menemukan dunia-dunia baru di luar tata surya kita dan memajukan upaya pencarian planet-planet layak huni yang ramah terhadap kehidupan.

Pada bulan Januari 2017, NASA memilih misi baru Small Explorer (SMEX) IXPE (Imaging X-ray Polarimetry Explorer) yang akan menggunakan polarisasi cahaya dari sumber astrofisika untuk memberikan wawasan tentang produksi sinar-X dari objek kosmik seperti bintang neutron, nebula angin pulsar dan lubang hitam supermasif.

Pada bulan Maret 2017, NASA memilih Explorer Mission of Opportunity GUSTO (Galactic/Extragalactic ULDB Spectroscopic Terahertz Observatory) untuk mengukur emisi dari medium antarbintang. GUSTO akan membantu para ilmuwan menentukan siklus hidup molekul gas antarbintang di galaksi Bima Sakti kita, menyaksikan pembentukan dan penghancuran awan kosmik pembentuk bintang, serta memahami dinamika dan aliran gas di sekitar pusat galaksi kita.

Misi Astrofisika Masa Depan

Sejak survei decadal 2001, cara pandang terhadap alam semesta telah berubah secara dramatis. Lebih dari 3.800 planet telah ditemukan mengorbit bintang-bintang jauh. Lubang hitam kini diketahui bersemayam di pusat sebagian besar galaksi, termasuk galaksi Bima Sakti.

Usia, ukuran dan bentuk alam semesta telah dipetakan berdasarkan radiasi purba (latar belakang mikro kosmik) yang ditinggalkan oleh Big Bang. Turut diungkap sebagian besar penyusun komposisi alam semesta (materi gelap dan energi gelap), termasuk akselerasi laju ekspansi alam semesta.

Pada masa yang akan datang, tujuan astrofisika ditentukan berdasarkan hasil survei New Worlds, New Horizons in Astronomy and Astrophysics Decadal 2010. Prioritas tujuan sains yang dipilih oleh komite survei meliputi: pencarian bintang, galaksi dan lubang hitam generasi pertama; pencarian planet layak huni terdekat; dan meningkatkan pemahaman tentang fisika fundamental alam semesta.

Saat ini, upaya survei Decadal 2020 telah dimulai.

Ditulis oleh: Ariel Balter, kontributor www.space.com dan staf www.nasa.gov

Laporan tambahan oleh Elizabeth Howell, kontributor www.space.com


#terimakasihgoogle

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang