Bagaimanakah cara astronot bertahan dari suhu
dingin di luar angkasa saat misi Apollo 13 yang gagal? Pertanyaan ini awalnya
muncul di situs Quora: sebuah tempat untuk memperoleh dan berbagi pengetahuan,
memberdayakan kita untuk belajar dari orang lain dan untuk lebih lebih memahami tentang dunia di sekitar kita.
Dijawab oleh C Stuart Hardwick, seorang penulis yang pernah mendapatkan penghargaan karya fiksi ilmiah, di Quora:
Saya tidak begitu yakin tentang asal usul konsep populer bahwa di luar angkasa itu dingin, tetapi pemikiran ini salah.
Semua benda langit yang mengorbit Matahari
akan mencapai kesetimbangan termal, yang ditentukan oleh keseimbangan antara
energi yang diterima dari cahaya dan energi inframerah (panas) dari Matahari.
Semakin panas suhu sebuah benda, maka semakin
banyak energi yang terpancar darinya. Semakin dekat dengan Matahari, semakin
banyak energi yang diserap olehnya.
Oleh karena itu, di dekat Matahari ruang angkasa
sangat panas. Sebaliknya, semakin jauh dari Matahari, suhu ruang angkasa akan semakin dingin. Wilayah ruang angkasa di sekitar orbit Bumi suhunya hangat dan ideal, para ilmuwan menyebutnya “zona Goldilocks” atau zona layak huni.
Jika kita meletakkan sebuah bola yang terbuat dari logam di wilayah orbit Bumi, maka ia memiliki suhu rata-rata di lingkungan titik beku air (tergantung warna bola logam), yaitu 250 derajat Fahrenheit di sisi yang menghadap Matahari dan minus 250 derajat Fahrenheit di sisi yang membelakangi Matahari.
Bagi pesawat antariksa, suhu yang ekstrem ini sangat berbahaya. Pesawat antariksa dan para awak yang berada di dalamnya juga menghasilkan banyak suhu panas. Alasan inilah yang melatarbelakangi mengapa pesawat antariksa Apollo dilapisi permukaan yang ringan dan
reflektif, ditambah beberapa lapisan penyekat yang dirancang untuk
memperlambat sirkulasi aliran panas. Desain ini membuat Apollo bertahan
dari panas Matahari, panas dari panel radiator di modul servis dan panas dari sublimator air es di Lunar Excursion Modul (LEM) yang berfungsi sebagai pengontrol panas.
Saat modul komando dan modul servis tidak aktif, LEM dinyalakan untuk mengontrol suhu pada kisaran 25-37
amps, yang setara dengan panas dari mesin elektronik pembuat kopi. Jadi suhu di dalam pesawat antariksa tetap nyaman dan hangat.
Setelah LEM dimatikan, kontrol suhu
berada pada kisaran 10-12 amps, ditambah panas tubuh dari para awak, suhu di dalam pesawat antariksa tetap
hangat. Karena sebagian besar cahaya Matahari dipantulkan oleh lapisan reflektif, suhu di dalam pesawat antariksa mulai mendingin.
Bahkan saat itu mereka masih menjalankan
sublimator untuk mencegah radio dan peralatan elektronik lainnya agar tidak terpapar panas yang berlebihan. Tidak ada udara di luar angkasa untuk mendinginkan perangkat elektronik, sehingga panas diminimalisir menggunakan cairan pendingin dan sublimator. Awalnya mereka menggunakan 4,8 pon air untuk mendinginkan
sistem LEM. Setelah cadangan air menipis, mereka menemukan cara untuk
mentransfer air dari modul komando menggunakan peralatan penopang kehidupan, bahkan termasuk mempertimbangkan air kencing sebagai pendingin. Tapi
setelah LEM dapat dimatikan, cara-cara tersebut tidak dibutuhkan lagi.
Jadi, meskipun para awak kedinginan, perangkat elektronik tetap panas, sehingga mereka tidak pernah mengalami bahaya hipotermia. Di otobiografinya, Lovell menulis bagaimana mereka mempertimbangkan untuk
mengenakan baju pelindung astronot, namun tubuh yang basah oleh keringat akan membawa mereka ke masalah yang lebih besar lagi. Jadi mereka menjaga agar tubuh tetap kering dan akhirnya mampu
melewati semuanya itu.
Semua bukti dokumenter menunjukan bagaimana adegan film terlalu didramatisir agar jalan cerita lebih menegangkan. Suhu modul komando tetap menunjukan angka 38 F, sedangkan LEM di antara
suhu 49-55 F selama dimatikan. Rentang suhu ini tidak mungkin menyebabkan es di jendela dan tidak membekukan suplai daging, meskipun benar terlalu dingin jika para awak mencoba untuk tidur.
Lovell menjelaskan bagaimana mereka bisa saja tertidur
di kursi modul komando masing-masing, karena gravitasi tanpa bobot dapat menghasilkan lapisan udara hangat di sekitar tubuh. Tapi lapisan udara hangat tidak stabil dan akan membangunkan para awak.
Dia memang tidak menjelaskannya secara mendetail, tapi saya menduga penyebab lapisan
udara hangat tidak stabil adalah reaksi refleksif tubuh terhadap penumpukan CO2 di sekitar
wajah.
Lovell juga menulis bahwa dia benar-benar
memeluk Fred Haise untuk menghangatkannya, seperti adegan yang dimunculkan dalam film.
Semua adegan dramatis film Apollo 13 mudah ditampilkan hanya menggunakan jendela-jendela dingin.
Ditulis oleh: Quora, kontributor www.forbes.com
#terimakasihgoogle
Komentar
Posting Komentar