Untuk pertama kalinya, molekul
organik kompleks telah ditemukan dari bawah lapisan es
beku Enceladus, bulan Saturnus, menurut sebuah penelitian terbaru.
Misi
pesawat antariksa yang dijadwalkan untuk segera diluncurkan, dapat
mengeksplorasi penemuan yang dihasilkan dari studi ini untuk mendeteksi kehidupan di
bulan-bulan beku seperti Enceladus, kata para ilmuwan yang terlibat studi.
Enceladus adalah bulan keenam terbesar Saturnus dengan diameter hanya sekitar 505 kilometer,
ukuran yang cukup kecil sehingga dapat dimasukkan ke dalam wilayah negara bagian Arizona, Amerika Serikat.
Pada
tahun 2005, pesawat antariksa Cassini besutan NASA mendeteksi kepulan uap
air dan partikel es yang meletus dari Enceladus, mengungkap eksistensi lautan global yang bersembunyi di bawah lapisan beku Enceladus. Karena sebagian besar kehidupan di
Bumi muncul di manapun air berada, barangkali kehidupan juga muncul di Enceladus.
Sebelumnya,
para ilmuwan hanya mendeteksi senyawa organik sederhana
berbasis karbon, masing-masing berukuran kurang dari sekitar lima atom karbon
di kepulan Enceladus. Kali ini, para peneliti mendeteksi molekul organik kompleks, termasuk setidaknya yang berukuran 15 atom karbon.
“Inilah deteksi pertama terhadap organik kompleks dari dunia air di
luar Bumi,” ungkap penulis utama makalah ilmiah Frank Postberg dari Universitas Heidelberg di Jerman, kepada Space.com.
Tim menganalisis data yang dikumpulkan Cassini saat terbang melalui
sebuah kepulan dari Enceladus dan saat melewati cincin E Saturnus yang
terdiri dari semburan partikel es Enceladus. Tim mendeteksi butiran-butiran
es yang sarat dengan material organik kompleks, baik di kepulan maupun cincin
E.
Para
peneliti menduga material organik ini “dimasak” di dalam inti
Enceladus yang panas, berbatu dan terfragmentasi, sementara penelitian sebelumnya
menduga air merembes melalui celah-celah lapisan es beku.
Enceladus (kanan tengah) mengeluarkan material ke cincin E planet Saturnus. Kredit: NASA/JPL/ Institut Sains Antariksa |
“Senyawa organik mengepul bersama air panas ke lautan dingin di
atasnya oleh ventilasi hidrotermal,” jelas Postberg. “Mereka lalu naik ke
permukaan lautan dan disemburkan oleh gelembung-gelembung gas.”
Postberg
mencatat, sebagian besar butiran es yang mengandung senyawa organik berada di cincin E Saturnus. Fenomena ini barangkali mengindikasikan molekul organik kompleks tidak diproduksi di
dalam Enceladus, tetapi justru dihasilkan dari reaksi kimia yang dipicu oleh
sinar Matahari di ruang angkasa.
"Namun,
kami mengamati proporsi tertinggi organik kompleks di bagian terdalam
cincin E muda yang dekat dengan Enceladus, dibandingkan dengan cincin E terluar yang jauh dari Enceladus,” tambah Postberg. “Selanjutnya kami juga
menemukan organik kompleks dari kepulan.”
Tim memperingatkan penemuan baru ini bukan bukti kuat untuk kehidupan,
karena reaksi biologis bukanlah satu-satunya sumber potensial yang menghasilkan molekul organik kompleks. Langkah logis selanjutnya adalah misi untuk kembali ke
Enceladus secepat mungkin “dan melihat apakah ada kehidupan di luar Bumi,” pungkas Postberg. “Tidak ada tempat lain yang berpotensi memiliki habitabilitas lautan
luar angkasa yang dapat dengan mudah diteliti oleh misi antariksa seperti dalam
kasus Enceladus.”
NASA dan ESA (Badan Antariksa Eropa) sedang mempersiapkan misi
Europa Clipper dan JUICE, yang masing-masing dijadwalkan meluncur pada
tahun 2022 untuk mengunjungi Europa dan Ganymede, bulan-bulan beku Jupiter yang
memiliki lautan di bawah permukaan, demi mengungkap potensi habitabilitas
di sana.
Ditulis
oleh: Charles Q. Choi, kontributor www.space.com
Artikel
terkait: Instrumen Baru NASA untuk Mencari Kehidupan di Enceladus
Komentar
Posting Komentar