Langsung ke konten utama

10 Fakta Titan, Anggota Tata Surya Selain Bumi dengan Lautan Cair

titan-anggota-tata-surya-selain-bumi-dengan-lautan-cair-informasi-astronomi
Titan, bulan terbesar Saturnus dan bulan terbesar kedua di seluruh Tata Surya, setelah Ganymede, bulan Jupiter.
Kredit: NASA

Titan adalah bulan terbesar Saturnus, sebuah dunia es dengan lapisan atmosfer berkabut keemasan. Sebagai satelit alami terbesar kedua di tata surya, hanya kalah oleh Ganymede, bulan Jupiter, ukuran Titan lebih besar daripada Bulan, satelit alami Bumi, bahkan lebih besar daripada Merkurius, meskipun massanya lebih rendah.

Bulan raksasa ini adalah satu-satunya satelit alami di tata surya dengan lapisan atmosfer padat, dan satu-satunya anggota tata surya selain Bumi yang memiliki air cair di permukaan, termasuk sungai, danau, dan lautan. Seperti Bumi, komposisi lapisan atmosfer Titan didominasi oleh unsur nitrogen, sejumlah kecil metana dan senyawa kaya karbon lainnya.

Selain itu, Titan adalah satu-satunya tempat di Tata Surya yang diketahui memiliki siklus air mirip di Bumi, seperti hujan yang turun dari awan, membasahi dan mengaliri permukaan, mengisi danau dan lautan, dan menguap kembali ke langit. Titan juga diprediksi menampung lautan bawah tanah.

1. Ukuran dan Jarak

skala-perbandingan-bumi-bulan-titan-informasi-astronomi
Skala perbandingan Bumi, Bulan dan Titan.
Kredit: Wikipedia

Radius Titan sekitar 2.575 kilometer, berarti hampir 50% lebih besar daripada Bulan, satelit alami Bumi. Titan mengorbit planet Saturunus dari jarak sekitar 1,2 juta kilometer, sedangkan jarak Saturnus dari Matahari adalah sekitar 1,4 miliar kilometer, atau sekitar 9,5 AU. (1 AU adalah jarak Bumi-Matahari).

Dibutuhkan waktu sekitar 80 menit agar cahaya Matahari mencapai Titan. Karena relatif jauh, cahaya Matahari di Titan sekitar 100 kali lebih redup daripada di Bumi.

2. Orbit dan Rotasi

orbit-dan-rotasi-titan-informasi-astronomi
Orbit dan rotasi Titan.
Kredit: NASA

Titan menyelesaikan satu kali orbit mengitari Saturunus setiap 15 hari dan 22 jam. Sama seperti orbit Bulan mengelilingi Bumi, Titan juga mengalami pengucian pasang surut, berarti hanya satu sisi Titan yang selalu menghadap Saturnus, sedangkan sisi yang lain membelakangi. Saturnus membutuhkan waktu sekitar 29 tahun Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari dan kemiringan poros rotasi Saturnus menghasilkan musim sebagaimana di Bumi.

Tetapi karena durasi tahun Saturnus lebih panjang, pergantian musim membutuhkan waktu lebih dari tujuh tahun di Bumi. Karena Titan mengorbit di sepanjang bidang ekuatorial Saturnus dan kemiringan relatif poros rotasi Titan terhadap Matahari hampir sama dengan Saturnus, durasi pergantian musim di Titan kurang lebih sama dengan Saturnus. Satu tahun di Titan setara dengan 29 tahun di Bumi.

3. Asal usul

nebula-protosolar-informasi-astronomi
Nebula protosolar yang membentuk Matahari.
Kredit: NASA/FUSE/Lynette Cook 

Para ilmuwan belum memiliki teori pasti tentang proses pembentukan Titan, namun lapisan atmosfernya yang padat menyediakan petunjuk berharga. Probe Cassini-Huygens besutan NASA dan ESA telah mengukur isotop nitrogen-14 dan nitrogen-15 di atmosfer Titan. Rasio isotop nitrogen Titan paling mirip dengan komet yang berasal dari Awan Oort.

Rasio nitrogen di atmosfer mengungkap bagaimana Titan terbentuk pada awal sejarah tata surya di dalam cakram gas dan debu dingin yang disebut nebula protosolar yang juga membentuk Matahari. Dan tidak terbentuk dari material cakram gas dan debu hangat yang membentuk Saturnus, atau kerap disebut sub-nebula Saturnus.

4. Struktur

struktur-internal-titan-informasi-astronomi
Struktur internal Titan.
Kredit: NASA

Struktur internal Titan belum sepenuhnya dipahami, tetapi sebuah model yang dibuat oleh para ilmuwan berdasarkan data misi Cassini-Huygens, memprediksi Titan setidaknya memiliki lima lapisan primer.

Lapisan terdalam adalah sebuah inti padat dari batu (khususnya, batu silikat yang mengandung air) dengan radius sekitar 2.000 kilometer. Yang mengelilingi inti adalah kerak es air bertekanan tinggi, yang selanjutnya dikelilingi oleh lempeng cair air asin di atasnya. Lempeng cair air ini tertutup oleh molekul organik yang telah mengendap dalam bentuk pasir dan cairan. Struktur terakhir adalah permukaan Titan yang ditekan oleh lapisan atmosfer padat.

5. Permukaan

permukaan-titan-informasi-astronomi
Ilustrasi permukaan Titan.
Kredit: NASA

Permukaan Titan adalah salah satu tempat yang paling mirip dengan Bumi di tata surya, meskipun kandungan kimianya berbeda dan suhunya jauh lebih dingin, minus 179 derajat Celsius. Titan mungkin juga memiliki aktivitas vulkanik, tetapi dengan aliran lava air cair, bukannya lava panas. Permukaan Titan diukir oleh aliran metana dan etana yang menghasilkan saluran-saluran sungai dan mengisi danau-danau berukuran besar dengan gas alam cair.

Titan adalah satu-satunya anggota tata surya selain Bumi yang memiliki aktivitas cair semacam itu di permukaan.

Wilayah bukit pasir gelap yang luas membentang melintasi permukaan Titan, terutama di sekitar khatulistiwa. Bukit pasir tersusun dari butiran hidrokarbon gelap yang mirip bubuk kopi. Bukit pasir yang mendominasi khatulistiwa Titan tak terlihat mirip gurun Namibia di Afrika. Titan juga memiliki beberapa kawah dampak tumbukan meteroid, artinya permukaannya relatif muda dan beberapa di antaranya telah terhapus karena aktivitas alami dari waktu ke waktu.

6. Atmosfer

Lapisan tebal atmosfer Titan yang didominasi oleh nitrogen.
Kredit: NASA

Tata surya kita adalah sistem dengan lebih dari 150 bulan (satelit alami planet), tetapi Titan sangat unik karena satu-satunya bulan dengan lapisan atmosfer tebal. Di permukaan Titan, tekanan atmosfer sekitar 60% lebih besar daripada di Bumi, setara dengan tekanan yang dirasakan oleh seseorang ketika menyelam di laut sedalam 15 meter.

Mengingat massa Titan lebih kecil daripada Bumi, gaya gravitasinya tidak terlalu kuat untuk mempertahankan lapisan atmofer setebal itu, sehingga lapisan atmosfer Titan meluas 10 kali lebih tinggi daripada atmosfer Bumi, hampir 600 kilometer ke luar angkasa. Sebagian besar komposisi atmosfer Titan didominasi oleh nitrogen (sekitar 95%) dan metana (sekitar 5%), ditambah sejumlah kecil senyawa kaya karbon lainnya.

Di puncak lapisan atmosfer Titan, molekul metana dan nitrogen diurai oleh sinar ultraviolet Matahari dan partikel berenergi tinggi yang terakselerasi di medan magnet Saturnus. Molekul yang telah terurai kemudian membentuk ikatan berbagai senyawa kimia organik (zat yang mengandung karbon dan hidrogen), termasuk nitrogen, oksigen, dan unsur-unsur krusial lain yang menopang kehidupan di Bumi.

Beberapa senyawa yang dihasilkan oleh penguraian dan daur ulang metana dan nitrogen menciptakan semacam kabut tebal berwarna oranye yang membuat permukaan Titan sulit diamati dari luar angkasa. (Namun pesawat antariksa dan teleskop dapat menembus kabut pada panjang gelombang tertentu di luar panjang gelombang cahaya kasat mata.) Beberapa senyawa berat kaya karbon mengendap di permukaan Titan. Hidrokarbon ini bertanggung jawab atas fitur bukit pasir yang luas di khatulistiwa. Dan metana mengembun menjadi awan yang terkadang membasahi permukaan dalam badai metana.

Metana di atmosfer Titan adalah kunci dari senyawa kimiawi atmosfer yang kompleks. Dari mana semua metana itu berasal masih merupakan misteri. Karena sinar Matahari terus memecah metana di atmosfer Titan, berarti ada sumber lain yang membentuk metana, kalau tidak maka metana akan habis seiring waktu. Para peneliti mencurigai salah satu sumber metana di atmosfer Titan adalah aktivitas cryovolcanism, gunung berapi yang mengeluarkan air dingin, bukannya batuan lava panas.

7. Potensi bagi Kehidupan

potensi-kehidupan-titan-informasi-astronomi
Ilustrasi tentang kondisi permukaan lautan metana di Titan.
Kredit: NBC

Pengukuran medan gravitasi Titan oleh pesawat antariksa Cassini NASA dan pengukuran sinyal radio oleh probe Huygens ESA, mengungkap fakta lautan air cair di bawah permukaan Titan yang mungkin bercampur dengan garam dan amonia. Diperkirakan berada di kedalaman antara 55-80 kilometer, lautan air cair ini memasukkan Titan ke daftar anggota tata surya yang berpotensi layak huni.

Selain itu, sungai, danau, dan lautan yang terdiri dari metana dan etana cair berpotensi menciptakan lingkungan layak huni di permukaan Titan, meskipun makhluk hidup di sana, apabila ada, akan sangat berbeda dari kehidupan di Bumi. Oleh karena itu, Titan berpotensi memiliki lingkungan yang memungkinkan kehidupan berkembang biak, baik kehidupan yang kita kenal (di lautan bawah tanah) dan kehidupan yang tidak kita kenal (dalam cairan hidrokarbon di permukaan).

Meskipun sejauh ini tidak ditemukan bukti kehidupan, senyawa kimiawi kompleks dan lingkungannya yang unik, menegaskan Titan sebagai tujuan eksplorasi masa depan.


badai-metana-titan-informasi-astronomi
Pola kipas aluvial akibat badai hujan metana di Titan.
Kredit: Gizmodo

Titan memiliki banyak kemiripan fitur dengan Bumi, termasuk atmosfer, gunung berapi, pegunungan, bukit pasir dan cairan yang mengalir bebas di permukaan, bermanifestasi sebagai sungai, danau, dan lautan. Demikian pula dengan pola cuaca regional dan badai hujan musiman yang parah.

Cuaca buruk berlangsung setiap satu tahun sekali (satu tahun Titan setara dengan 29,5 tahun di Bumi), langit mencurahkan hujan deras dalam bentuk metana cair yang membanjiri dan mengukir permukaan es Titan. Ketika badai menerjang, curah hujan yang intens membanjiri permukaan es Titan serupa dengan badai hujan ekstrem membentuk permukaan bebatuan di Bumi.

Curah hujan metana yang deras mengalir di sekitar pegunungan, perbukitan, dan dinding curam ngarai, mengikis pasir sedikit demi sedikit dan mengakibatkan sedimen. Proses erosi ini menghasilkan struktur yang menyerupai kipas aluvial dalam pola segitiga, yang juga ditemukan di Bumi dan Mars.


ketinggian-air-laut-di-titan-informasi-astronomi
Danau metana terbesar di Titan.
Kredit: NASA

Berdasarkan data yang dikumpulkan Cassini, sebagaimana permukaan lautan di Bumi memiliki ketinggian rata-rata yang disebut “permukaan laut,” Titan juga memilikinya. Inilah temuan terakhir yang menunjukkan kemiripan luar biasa antara Bumi dan Titan. Tetapi, perbedaannya terletak pada danau dan lautan di Titan yang dipenuhi hidrokarbon, bukannya air, sementara air es terletak di atas lapisan material organik padat yang berfungsi sebagai lapisan tanah keras di sekitar danau dan lautan ini.

Ketinggian rata-rata air laut di Titan secara konstan dipengaruhi oleh gaya gravitasi Titan, sama seperti lautan di Bumi. Kumpulan cairan di Titan tampak terhubung dengan dasar permukaan yang mirip dengan sistem akuifer di Bumi. Akuifer adalah lapisan bawah tanah yang mengandung air dan dapat mengalirkan air. Hidrokarbon tampak mengalir dari dasar permukaan Titan serupa dengan cara air mengalir melalui batu berpori bawah tanah atau kerikil di Bumi, sehingga danau di dekatnya terhubung satu sama lain dan berbagi tingkat cairan yang sama.


koloni-manusia-di-titan-informasi-astronomi
Kredit: scoopnest.com

Titan memiliki beberapa sumber energi yang mungkin suatu hari dapat menopang koloni manusia seluas negara Amerika Serikat. Lapisan atmosfernya yang tebal mampu melindungi koloni dari radiasi ganas kosmik dan sinar ultraviolet Matahari. Jika manusia suatu hari mampu mendirikan koloni di Titan, mereka tentu membutuhkan sumber daya penopang kehidupan.

Sumber energi dapat diperoleh secara mudah, karena Titan melimpah dengan metana yang mudah diakses, bahkan berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan bakar pesawat antariksa. Pembangkit listrik dapat memanfaatkan aliran air sungai dan gelombang pasang surut di lautan Titan.

Sirkulasi atmosfer membalikkan arah angin dua kali dalam setahun, menghasilkan angin kencang yang juga dapat dijadikan sumber energi. Dan meskipun Titan hanya menerima seperseratus cahaya Matahari dibandingkan Bumi, teknologi panel surya yang semakin efisien akan memiliki ruang untuk membangun infrastruktur energi permanen secara luas.

Namun, sumber daya apa pun yang mungkin suatu hari nanti digunakan oleh para koloni di Titan, kita perlu menyempurnakannya di Bumi terlebih dahulu.

Fakta Singkat
  • Penemuan: 25 Maret 1655
  • Tipe: Bulan es
  • Diameter: 5.149,4 kilometer
  • Periode orbital: Sekitar 16 hari Bumi
  • Lama hari: Sekitar 16 hari Bumi
  • Massa: 1,8 kali Bulan Bumi
Ditulis oleh: Staf www.solarsystem.nasa.gov


#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inti Galaksi Aktif

Ilustrasi wilayah pusat galaksi aktif. (Kredit: NASA/Pusat Penerbangan Antariksa Goddard) Galaksi aktif memiliki sebuah inti emisi berukuran kecil yang tertanam di pusat galaksi. Inti galaksi semacam ini biasanya lebih terang daripada kecerahan galaksi. Untuk galaksi normal, seperti galaksi Bima Sakti, kita menganggap total energi yang mereka pancarkan sebagai jumlah emisi dari setiap bintang yang ada di dalamnya, tetapi tidak dengan galaksi aktif. Galaksi aktif menghasilkan lebih banyak emisi energi daripada yang seharusnya. Emisi galaksi aktif dideteksi dalam spektrum inframerah, radio, ultraviolet, dan sinar-X. Emisi energi yang dipancarkan oleh inti galaksi aktif atau active galaxy nuclei (AGN) sama sekali tidak normal. Lantas bagaimana AGN menghasilkan output yang sangat energik? Sebagian besar galaksi normal memiliki sebuah lubang hitam supermasif di wilayah pusat. Lubang hitam di pusat galaksi aktif cenderung mengakresi material dari wilayah pusat galaksi yang b

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Messier 73, Asterisme Empat Bintang yang Membentuk Huruf Y

Asterisme Messier 73. Kredit gambar: Wikisky Messier 73 adalah asterisme (pola bintang) yang disusun oleh empat bintang di rasi selatan Aquarius yang terletak sekitar 2.500 tahun cahaya dari Bumi. Dengan magnitudo semu 9, nama lain bagi Messier 73 adalah NGC 6994 di New General Catalogue . Keempat bintang yang menyusun asterisme mirip huruf Y tidak memiliki hubungan secara fisik satu sama lain, mereka hanya tampak berdekatan di langit karena berada di satu garis pandang ketika diamati dari Bumi. Messier 73 cukup redup dan tidak mudah diamati menggunakan teropong 10×50, dibutuhkan setidaknya teleskop 4 inci untuk mengungkap pola huruf Y secara mendetail. Menduduki area 2,8 busur menit, keempat bintang Messier 73 memiliki magnitudo semu 10,48, 11,32, 11,90 dan 11,94. Musim panas adalah waktu terbaik untuk mengamatinya. Messier 73 dapat ditemukan di sebelah selatan Aquarius, tepatnya di dekat perbatasan dengan Capricornus. Messier 73 juga bisa dilokalisir hanya 1,5 der