Langsung ke konten utama

Circumgalactic Medium, Proses Daur Ulang Pencemaran Bintang di Galaksi

Galaksi pernah dianggap sebagai sebuah pulau yang terpencil di alam semesta, gumpalan materi yang melayang mengarungi kehampaan ruang angkasa. Kini kita tahu galaksi dikelilingi oleh awan debu dan gas yang ukurannya jauh lebih besar, meskipun hampir tak terlihat. Astronom menyebutnya circumgalactic medium atau CGM. Berperan layaknya pabrik daur ulang raksasa, CGM menyerap materi yang dikeluarkan galaksi dan mengembalikannya ke dalam galaksi.

Far-ultraviolet Off Rowland-circle Telescope for Imaging and Spectroscopy (FORTIS) besutan NASA akan mengemban misi penelitian proses daur ulang galaksi untuk membantu menyelesaikan beberapa misteri kosmik yang belum terpecahkan. Menunggangi roket penelitian dari White Sands Missile Range di New Mexico, FORTIS akan diluncurkan ke luar angkasa untuk mengukur kandungan gas bintang-bintang dan supernova pemasok CGM di galaksi terdekat. Observasi FORTIS akan menjelaskan sirkulasi keluar masuk materi di sebuah galaksi yang memicu produksi bintang dan evolusi galaksi.

Misteri Materi yang Hilang

Para astronom yang mempelajari siklus hidup galaksi telah lama bergulat dengan dua macam misteri utama.

Pertama, untuk memproduksi bintang-bintang baru, galaksi membutuhkan bahan bakar, yaitu gas seperti hidrogen, helium dan terkadang elemen-elemen berat. (Dalam astronomi elemen berat/logam merujuk elemen yang lebih berat daripada hidrogen dan helium). Tetapi ada banyak galaksi yang terus memproduksi bintang meskipun para astronom memperkirakan mereka telah kehabisan bahan bakar.

Lantas dari mana galaksi memperoleh suplai bahan bakar?

Kedua, menghilangnya produk samping yang dihasilkan bintang. “Seiring bertambahnya usia, bintang cenderung mencemari lingkungan kosmik di sekitarnya,” ungkap Peneliti Utama FORTIS astrofisikawan Stephan McCandliss dari Universitas Johns Hopkins. “Bintang mengambil dan mengembuskan material di sekitarnya.”

Tetapi para ilmuwan telah menemukan galaksi kaya bintang yang tidak tercemar oleh logam (unsur-unsur berat yang ditempa di inti bintang) sebagaimana seharusnya. Gas kaya logam keluar dari galaksi dan kembali masuk ke galaksi, tetapi tidak ada yang tahu bagaimana proses ini terjadi.

Pusat Daur Ulang Galaksi

Para astronom telah mengetahui eksistensi CGM, meskipun sebagian besar terlalu menyebar dan redup untuk dipelajari secara mendetail. Pada tahun 2009, Teleskop Antariksa Hubble NASA memperoleh upgrade instrumen Cosmic Origins Spectrograph. Setelah itu, studi terkait CGM dapat dilakukan dengan lebih mudah.

Dua tahun semenjak upgrade instrumen, survei CGM di 42 galaksi mengungkap kandungan gas kaya logam yang menghilang dari galaksi dan telah lama dicari oleh para astronom.

Gas-gas kaya logam tak hanya bersemayam di sana, sebaliknya CGM berulang kali menyerap dan mengembalikan mereka ke galaksi sebagai bagian dari proses daur ulang berkelanjutan.

“CGM dianggap penting untuk memahami evolusi galaksi, karena menjadi lokasi penyimpanan sebagian besar bahan bakar produksi bintang,” jelas astrofisikawan Scott Porter dari Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA di Greenbelt Maryland.

Gravitasi menarik gas dari CGM menuju pusat galaksi, seolah menyuntik galaksi dengan bahan bakar segar untuk memproduksi bintang. Pada saat yang sama, angin bintang dan supernova malah melepaskan gas kaya logam ke CGM dan menyuplai CGM.

circumgalactic-medium-proses-daur-ulang-pencemaran-bintang-di-galaksi-informasi-astronomi
Animasi ledakan supernova “keruntuhan inti” bintang raksasa. Supernova adalah salah satu cara galaksi mengeluarkan gas kaya logam ke CGM.
Kredit: NASA/JPL-Caltech

Pencemaran Galaksi oleh Bintang dan Supernova

Misi FORTIS akan menghitung berapa banyak gas yang ‘dipompa’ ke CGM sebagai bagian dari proses daur ulang galaksi. Secara khusus, FORTIS akan mengukur angin bintang dan supernova untuk mengetahui berapa banyak dan seberapa cepat gas yang dihembuskan ke CGM.

“Jika dikeluarkan dengan kecepatan sangat tinggi, gas akan sepenuhnya meninggalkan galaksi,” tambah McCandliss. Gas kaya logam bisa saja menembus CGM ke ruang antargalaksi dan tidak mengalami proses daur ulang. “Tetapi jika dikeluarkan dengan kecepatan rendah, mereka akan beredar dan membantu memperkaya galaksi.”

Untuk tujuan ini, FORTIS akan diluncurkan menggunakan roket orbital ke luar angkasa selama 15 menit perjalanan pulang pergi, sebelum mendarat kembali ke Bumi. FORTIS akan mengarahkan instrumennya ke Galaksi Triangulum (Messier 33) yang terletak 2,7 juta tahun cahaya dari Bumi. Triangulum adalah sebuah galaksi cerah dengan banyak bintang yang terbentuk baru-baru ini.

circumgalactic-medium-proses-daur-ulang-pencemaran-bintang-di-galaksi-informasi-astronomi
Galaksi Triangulum atau Messier 33 sebagaimana dicitrakan oleh Teleskop Antariksa Hubble.
Kredit: NASA, ESA, dan M. Durbin, J. Dalcanton, dan B. F. Williams (Universitas Washington)

Setelah sekitar satu menit mengamati Messier 33, FORTIS akan fokus pada gugus bintang dan supernova paling terang untuk mengukur kecepatan dan komposisi angin bintang. “Ini semua akan memberi kita gambaran tentang sirkulasi materi,” ujar McCandliss.

Teknologi Baru, Sains Baru

Seperti roket penelitian pada umumnya, FORTIS akan mencoba menjawab berbagai pertanyaan sains sembari menguji instrumen-instrumen baru. Untuk peluncuran, FORTIS akan menunggangi array microshutter generasi baru yang dibangun berdasarkan desain untuk Teleskop Antariksa James Webb NASA. Instrumen generasi baru memungkinkan FORTIS untuk mengukur 40 target secara individu pada suatu waktu dalam spektrum cahaya ultraviolet-jauh yang tak mampu diselesaikan teknologi sebelumnya.

“Sains baru hanya bisa terwujud melalui teknologi baru,” pungkas McCandliss. “Kami selalu ingin mengarah ke misi yang lebih besar dan lebih baik.”

Misi FORTIS akan diluncurkan dari White Sands Missile Range di New Mexico menggunakan roket Black Brant IX pada tanggal 27 Oktober 2019. Puncak lintasan mencapai ketinggian sekitar 155 mil sebelum kembali turun ke Bumi. Tim ilmuwan di balik misi mengharapkan waktu observasi selama enam menit dari sekitar 15 menit durasi penerbangan.

Ditulis oleh: Miles Hatfield, Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA, www.nasa.gov, editor: Miles Hatfield


#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang