Langsung ke konten utama

Hubble Temukan Cincin Materi Gelap

hubble-temukan-cincin-materi-gelap-informasi-astronomi
Kredit: NASA, ESA, M. J. Jee dan H. Ford (Universitas Johns Hopkins)

Menggunakan Teleskop Antariksa Hubble NASA, satu tim astronom telah menemukan cincin materi gelap yang diperkirakan telah terbentuk sejak lama ketika terjadi fenomena tabrakan dahsyat antara dua gugus galaksi masif.

Penemuan cincin materi gelap adalah salah satu bukti terkuat atas eksistensi materi gelap. Para astronom telah lama mencurigai eksistensi materi tak kasat mata yang menjadi sumber gravitasi tambahan penyatu struktur gugus galaksi, karena gugus galaksi dipastikan akan tercerai-berai jika hanya mengandalkan gravitasi dari objek-objek kasat mata di dalam galaksi. Meskipun belum bisa memahami asal usul materi gelap, para astronom berhipotesis materi gelap adalah sejenis partikel elementer yang menyelimuti alam semesta.

“Inilah pertama kalinya kami berhasil mendeteksi materi gelap yang strukturnya sangat unik dan berbeda dibandingkan gas dan galaksi di dalam gugus,” ungkap anggota tim M. James Jee Universitas Johns Hopkins di Baltimore Maryland.

Tim menemukan cincin materi gelap secara tidak sengaja ketika memetakan distribusi materi gelap di dalam gugus galaksi Cl 0024+17 (ZwCl 0024+1652) yang terletak 5 miliar tahun cahaya dari Bumi. Cincin materi gelap berukuran 2,6 juta tahun cahaya. Meskipun belum bisa melihat materi gelap secara langsung, para astronom bisa menyimpulkan eksistensinya di gugus galaksi melalui observasi gravitasi gugus yang mendistorsi cahaya dari galaksi latar belakang yang jaraknya lebih jauh.

“Meskipun sebelumnya telah ditemukan di gugus galaksi lain, materi tak kasat mata sebesar itu tidak pernah terdeteksi terpisah dari gas panas dan galaksi-galaksi yang membentuk gugus galaksi,” jelas Jee. “Dengan melihat struktur materi gelap yang tidak dilacak melalui galaksi-galaksi dan gas panas, kita bisa mempelajari bagaimana perilakunya yang berbeda dari materi normal.”

Selama tim menganalisis materi gelap, mereka melihat sebuah riak dalam substansi misterius yang agak mirip dengan riak di sebuah kolam ketika batu dijatuhkan ke dalam air.

“Sebenarnya saya merasa kesal ketika melihat cincin itu, karena saya mengira itu adalah artefak yang akan menyiratkan kesalahan dalam pengurangan data kami,” tambah Jee. “Saya tidak bisa mempercayai hasil yang saya peroleh. Tetapi semakin saya mencoba mengabaikan cincin itu, selisih hasil perhitungan menjadi semakin besar. Butuh waktu lebih dari satu tahun agar saya bisa yakin cincin itu nyata. Saya telah melihat sejumlah gugus galaksi dan belum pernah menemukan yang seperti ini.”

Didorong rasa penasaran mengapa cincin seperti itu bisa berada di dalam gugus dan bagaimana proses yang membentuknya, Jee menemukan data dari penelitian sebelumnya yang menyatakan gugus galaksi tersebut pernah bertabrakan dengan gugus galaksi lain antara 1-2 miliar tahun yang lalu. Makalah ilmiah yang melaporkan studi tabrakan antar galaksi yang dipublikasikan pada tahun 2002 oleh Oliver Czoske dari Argeleander-Institut fur Astronomie di Universitat Bonn, didasarkan pada pengamatan spektroskopi terhadap struktur 3D gugus. Studi ini mengungkap dua pengelompokan berbeda dari gugus galaksi, yang mengindikasikan telah terjadi fenomena tabrakan dahsyat antara kedua gugus.

Para astronom bisa memiliki visi head-on terhadap fenomena tabrakan karena secara kebetulan berada di sepanjang garis pandang para pengamat di Bumi. Dari perspektif ini, struktur materi gelap tampak seperti cincin.

Simulasi komputer kedua gugus galaksi yang bertabrakan yang dibuat oleh tim, menunjukkan materi gelap jatuh ke pusat gabungan gugus dan diaduk. Saat mencoba bergerak keluar, materi gelap mulai melambat di bawah tarikan gaya gravitasi dan menumpuk, layaknya mobil yang terkumpul di jalan bebas hambatan saat terjadi kemacetan lalu lintas.

“Dengan mempelajari tabrakan ini, kita bisa melihat bagaimana materi gelap merespons gaya gravitasi,” ujar anggota tim Holland Ford sesama astronom dari Universitas Johns Hopkins. “Seolah alam sedang melakukan eksperimen bagi kita yang tidak bisa dilakukan di laboratorium dan konsisten dengan model teoretis kita.”

Materi gelap membentuk sebagian besar komposisi materi di alam semesta. Komposisi materi normal yang membentuk bintang dan planet hanya beberapa persen dari total materi alam semesta.

Menelusuri materi gelap bukanlah tugas yang mudah, mengingat materi gelap tidak bersinar atau memantulkan cahaya. Para astronom hanya bisa mendeteksi pengaruhnya melalui gaya gravitasinya yang memengaruhi cahaya. Untuk menemukannya, para astronom mempelajari bagaimana cahaya redup yang berasal dari galaksi-galaksi yang lebih jauh terdistorsi dan membentuk pola mirip busur dan garis karena gaya gravitasi materi gelap di dalam gugus galaksi latar depan, sebuah bantuan dari alam yang disebut pelensaan gravitasi. Dengan memetakan distorsi cahaya, para astronom bisa menyimpulkan massa gugus dan melacak distribusi materi gelap di sebuah gugus galaksi.

“Fenomena tabrakan antara kedua gugus galaksi menciptakan riak-riak materi gelap yang meninggalkan ‘jejak kaki’ yang berbeda dari bentuk galaksi latar belakang,” Jee menjelaskan. “Bagaikan melihat kerikil di dasar kolam dengan riak-riak di permukaan, bentuk kerikil akan berubah ketika dilewati riak. Demikian pula dengan bentuk galaksi-galaksi di belakang cincin yang menunjukkan perubahan koheren ketika dilihat melalui cincin padat.”

Jee bersama para kolega memanfaatkan instrumen Advanced Camera for Surveys Hubble untuk mendeteksi galaksi-galaksi jauh yang redup dan terdistorsi di belakang gugus galaksi yang tidak bisa diamati menggunakan teleskop berbasis darat. “Sensitivitas tiada banding Hubble dalam menghasilkan gambar-gambar menakjubkan dari galaksi redup menjadikannya satu-satunya alat yang bisa diandalkan untuk pengukuran semacam ini,” pungkas anggota tim Richard White dari Space Telescope Science Institute di Baltimore Maryland.

hubble-temukan-cincin-materi-gelap-informasi-astronomi
Dua sudut pandang interaksi antar gugus galaksi.
Kredit: NASA, ESA, M.J. Jee (Universitas Johns Hopkins), dan A. Feild (STScI)

Pengamatan sebelumnya menggunakan Hubble dan Observatorium Sinar-X Chandra terhadap Gugus Bullet juga menyajikan pemandangan serupa antara dua gugus galaksi. Namun orientasi sudut pandang Gugus Bullet adalah edge-on, berarti kita hanya bisa melihatnya dari samping. Dalam tabrakan dahsyat itu, materi gelap memang ditarik terpisah dari gas panas, tetapi masih mengikuti distribusi gugus. Cl 0024+17 adalah gugus galaksi pertama yang menunjukkan perbedaan antara distribusi materi gelap dengan distribusi galaksi dan gas panas.

Makalah ilmiah yang melaporkan penemuan cincin materi gelap telah dipublikasikan di Astrophysical Journal edisi 1 Juni.

Ditulis oleh: Staf hubblesite.org


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang