Langsung ke konten utama

Partikel Jet Supersonik Herbig-Haro, Tanda Tangan Kelahiran Bintang

partikel-jet-supersonik-herbig-haro-tanda-tangan-kelahiran-bintang-informasi-astronomi
Kredit: NASA, ESA, dan P. Hartigan (Universitas Rice)

Bintang-bintang di alam semesta tak pernah merasa malu untuk mengumumkan kelahirannya. Mereka bahkan menembakkan partikel-partikel jet gas bercahaya sangat energik dalam kecepatan supersonik melintasi ruang angkasa.

Meskipun selama beberapa dekade para astronom telah melihat banyak foto partikel jet kelahiran bintang, berkat Teleskop Antariksa Hubble NASA, mereka kini bisa menontonnya dalam format video.

Satu tim ilmuwan yang dipimpin oleh astronom Patrick Hartigan dari Universitas Rice di Houston Texas, telah mengumpulkan koleksi gambar resolusi tinggi Hubble selama periode 14 tahun, dan menyusunnya menjadi video time-lapse partikel jet yang ditembakkan oleh tiga bintang muda. Video time-lapse menawarkan pemandangan unik tentang fenomena perubahan dan pergerakan bintang hanya dalam selang waktu beberapa tahun. Sebagian besar fenomena perubahan objek astronomi membutuhkan rentang waktu yang jauh lama dibandingkan usia hidup manusia.

Video mengungkap pergerakan cepat arus saat merobek lingkungan kosmik di sekitarnya. Detail struktur partikel jet yang belum pernah dilihat sebelumnya, termasuk simpul-simpul gas terang yang meredup seiring waktu dan tabrakan antara material, baik yang bergerak cepat maupun lambat, menghasilkan fitur mirip anak panah yang berkilau. Fenomena ini menyediakan petunjuk tentang tahap terakhir kelahiran bintang dan menawarkan pemandangan bagaimana Matahari kita berperilaku 4,5 miliar tahun yang lalu.

“Untuk pertama kalinya, video time-lapse memungkinkan kami untuk mengamati bagaimana partikel-partikel jet berinteraksi dengan lingkungan kosmik di sekitarnya,” ungkap Hartigan. “Interaksi seperti itu memberi tahu kita bagaimana bintang-bintang muda memengaruhi lingkungan tempat mereka terbentuk. Melalui video time-lapse, kita sekarang dapat membandingkan observasi partikel jet dengan perhitungan yang dihasilkan oleh simulasi komputer dan eksperimen laboratorium.”

Makalah yang melaporkan hasil studi telah dipublikasikan di The Astrophysical Journal edisi 20 Juli 2011.

Partikel jet adalah tahap aktif pembentukan bintang berdurasi relatif pendek, hanya berlangsung sekitar 100.000 tahun dan disebut objek Herbig-Haro (HH), yang diambil dari nama dua ilmuwan yang mempelajarinya pada tahun 1950-an, George Herbig dan Guillermo Haro. Para astronom belum bisa memastikan peran partikel-partikel jet dalam proses pembentukan bintang atau bagaimana cara bintang menembakkan mereka.

Bintang terbentuk dari awan gas hidrogen raksasa yang runtuh. Seiring pertumbuhannya, secara gravitasi bintang menarik lebih banyak material dan menciptakan cakram protoplanet gas dan debu yang berputar mengitarinya. Pada akhirnya, planet-planet akan muncul di dalam cakram setelah mengakumulasi cukup debu.

Material cakram secara bertahap jatuh ke bintang dan dilepaskan sebagai partikel-partikel jet berkecepatan tinggi di sepanjang poros rotasi bintang. Struktur partikel jet awalnya hanya terbatas menyerupai berkas sempit karena medan magnet kuat bintang. Tahap partikel jet berhenti ketika cakram kehabisan material penyuplai, biasanya beberapa juta tahun setelah kelahiran bintang.

Hartigan beserta tim menggunakan instrumen Wide Field Planetary Camera 2 Hubble untuk mempelajari partikel jet HH 1, HH 2, HH 34, HH 46, dan HH 47. HH 1 dan HH 2, HH 46 dan HH 47 adalah sepasang partikel jet berlawanan arah dari bintang tunggal. Hubble mengikuti partikel jet selama tiga masa: HH 1 dan HH 2 pada tahun 1994, 1997, dan 2007; HH 34 pada tahun 1994, 1998, dan 2007; dan HH 46 dan HH 47 pada tahun 1994, 1999, dan 2008. Panjang partikel jet sekitar 10 kali lebih lebar daripada tata surya kita dan merambat dengan kecepatan lebih dari 700.000 kilometer per jam.

Semua partikel jet terletak sekitar 1.350 tahun cahaya dari Bumi. HH 34, HH 1, dan HH 2 berada di langit utara dekat Nebula Orion. HH 46 dan HH 47 berada di rasi selatan Vela.

partikel-jet-supersonik-herbig-haro-tanda-tangan-kelahiran-bintang-informasi-astronomi
Objek Herbig-Haro di Nebula Orion.
Kredit: Z. Levay (STScI), T.A. Rector (Universitas Alaska) dan H. Schweiker (NOAO/AURA/NSF)

Perangkat lunak komputer menyatukan observasi selama bertahun-tahun dan menghasilkan video yang menunjukkan pergerakan arus secara terus menerus. Video mendukung observasi sebelumnya yang menemukan partikel jet kembar tidak dikeluarkan dari aliran yang stabil, layaknya air yang mengalir dari selang. Sebaliknya, mereka diluncurkan secara sporadis di gumpalan. Struktur partikel jet mirip manik-manik, kemungkin seperti “pita telegraf”, merekam bagaimana material secara episodik jatuh ke bintang.

Video menunjukkan gumpalan gas dalam partikel jet merambat dengan kecepatan yang berbeda bagaikan lalu lintas di jalan bebas hambatan. Saat gas merambat cepat, “ujung paling belakang” yang lebih lambat dan menghasilkan busur gelombang kejut saat material memanas. Busur gelombang kejut layaknya gelombang material yang dihasilkan haluan kapal saat mengarungi lautan. Misalnya pada HH 2, beberapa busur gelombang kejut dapat diamati ketika beberapa gumpalan yang bergerak cepat, seperti mobil yang terjebak kemacetan. Pada HH 34, busur gelombang kejut mengungkap daerah-daerah yang menjadi cerah dan memudar seiring waktu.

Di area lain pada partikel jet, busur gelombang kejut terbentuk karena pertemuannya dengan awan gas padat di sekitarnya. Busur gelombang kejut HH 1 muncul di bagian atas partikel jet saat menyerempet tepi awan gas tebal. Demikian pula dengan simpul-simpul material baru yang muncul dan berkilau, kemungkinan adalah gas dari awan yang disapu partikel jet, sama seperti sungai deras yang mengalir di sepanjang lumpur garis pantai.

Selain itu, video juga memberikan bukti sifat gumpalan partikel jet yang dimulai di dekat bintang yang baru dilahirkan. Pada HH 34, tim menelusuri simpul bercahaya yang terpisah sekitar 9 miliar mil dari bintang.

“Secara keseluruhan, kesimpulan kami melukiskan gambaran partikel jet sebagai objek yang sangat kompleks karena dipengaruhi interaksi terstruktur antara material di dalam aliran keluar dan interaksi antara partikel jet dan gas di sekitarnya,” jelas Hartigan. “Fenomena ini bertolak belakang dengan sebagian besar simulasi yang menggambarkan partikel jet sebagai sistem yang lebih simpel.”

Rincian yang diungkap oleh Hubble sangat kompleks, sehingga tim harus berkonsultasi dengan para ahli di bidang dinamika fluida dari Los Alamos National Laboratory di New Mexico, the Atomic Weapons Establishment di Inggris, General Atomics di San Diego, California, serta para spesialis komputer dari Universitas Rochester di New York. Termotivasi oleh hasil Hubble, saat ini tim melakukan eksperimen laboratorium di fasilitas Omega Laser di New York untuk memahami bagaimana partikel jet supersonik berinteraksi dengan lingkungan kosmik di sekitarnya.

“Dinamika fluida mampu menangkap aspek fisika yang biasanya diabaikan oleh para astronom, padahal mengarah ke variasi interpretasi untuk beberapa fitur yang kami amati,” pungkas Hartigan. “Para ilmuwan dari masing-masing disiplin ilmu membawa perspektif unik masing-masing ke dalam studi, dan dukungan dari berbagai disiplin ilmu terbukti sangat berharga untuk memahami fase kritis evolusi bintang.”

Ditulis oleh: Staf hubblesite.org


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang