Memanfaatkan Teleskop Antariksa Hubble NASA dan penerapan teknik pengamatan terbaru,
para astronom telah menemukan gumpalan materi gelap yang ukurannya jauh
lebih kecil daripada yang telah ditemukan sebelumnya. Temuan ini mengkonfirmasi
salah satu prediksi fundamental dari teori “materi gelap dingin” yang
diterima secara luas.
Menurut
teori ini, semua galaksi terbentuk dan tertanam di dalam awan materi gelap. Materi
gelap itu sendiri terdiri dari partikel yang bergerak lambat, atau “dingin,”
yang bersatu dan membentuk struktur mulai dari ratusan ribu kali lipat massa
galaksi Bima Sakti hingga gumpalan yang tidak lebih masif dari bobot sebuah pesawat
komersial. (Dalam konteks ini, “dingin” mengacu pada kecepatan partikel.)
Observasi
Hubble menghasilkan wawasan baru tentang sifat dan perilaku materi gelap. “Kami
melakukan uji coba observasi untuk model materi gelap dingin dan lulus dengan hasil
memuaskan,” kata anggota tim Tommaso Treu dari Universitas California (UCLA),
Los Angeles.
Materi
gelap adalah bentuk materi tak kasat mata yang membentuk sebagian besar massa
alam semesta dan menjadi perancah di mana galaksi dibangun. Meskipun tidak
dapat melihat materi gelap, para astronom dapat mendeteksi keberadaannya secara
tidak langsung dengan mengukur bagaimana gravitasi materi gelap memengaruhi
bintang dan galaksi. Mendeteksi struktur terkecil materi gelap melalui upaya
pencarian bintang yang tertanam di dalamnya mustahil dilakukan, karena tentunya
hanya mengandung sangat sedikit bintang.
Sementara
konsentrasi materi gelap telah terdeteksi di sekitar galaksi-galaksi berukuran besar
dan menengah, gumpalan materi gelap yang jauh lebih kecil belum ditemukan
sampai sekarang. Dengan tidak adanya bukti observasi untuk gumpalan dalam skala
kecil seperti itu, beberapa peneliti telah mengembangkan teori alternatif,
termasuk “materi gelap hangat”. Gagasan ini memprediksi materi gelap yang bergerak
cepat, dapat bergabung dan membentuk konsentrasi yang lebih kecil. Observasi
terbaru tidak mendukung skenario ini, justru menemukan materi gelap yang “lebih
dingin” daripada yang diperkirakan oleh teori alternatif materi gelap hangat.
“Materi
gelap ternyata lebih dingin pada skala yang lebih kecil,” kata penanggung jawab
tim Anna Nierenberg dari Laboratorium Propulsi Jet (JPL) NASA di Pasadena,
California. “Para astronom telah melakukan serangkaian tes observasi lain terhadap
teori materi gelap sebelumnya, tetapi hasil studi kami menyediakan bukti
terkuat untuk eksistensi gumpalan kecil materi gelap dingin. Dengan
menggabungkan prediksi teoritis terbaru, alat statistik dan obervasi terbaru Hubble,
kami sekarang memiliki hasil yang jauh lebih kuat daripada sebelumnya.”
Berburu
konsentrasi materi gelap tanpa bintang merupakan upaya yang cukup menantang.
Namun, tim menerapkan teknik yang mengabaikan pengaruh gravitasi bintang
sebagai pelacak materi gelap. Tim menargetkan delapan “lampu” kosmik kuat nan
jauh yang disebut quasar (wilayah di sekitar lubang hitam aktif yang
memancarkan banyak cahaya). Para astronom mengukur bagaimana cahaya yang
dipancarkan oleh oksigen dan gas neon yang mengorbit masing-masing lubang hitam
sumber quasar, terdistorsi oleh gravitasi galaksi masif di latar depan yang
bertindak selaku lensa pembesar alami.
Dengan
menerapkan metode ini, tim menemukan gumpalan materi gelap di sepanjang garis
pandang teleskop ke quasar, termasuk di dalam dan di sekitar galaksi pelensaan
gravitasi. Konsentrasi materi gelap yang terdeteksi oleh Hubble hanya 1/10.000 hingga
1/100.000 massa lingkaran halo Bima Sakti. Banyak dari konsentrasi kecil materi
gelap ini yang tidak mengandung galaksi-galaksi berukuran kecil, oleh
karena itu mustahil untuk dideteksi dengan metode konvensional melalui
pencarian bintang-bintang yang tertanam di dalam materi gelap.
Delapan
quasar dan galaksi-galaksi diselaraskan sedemikian rupa sehingga menghasilkan efek
melengkung yang disebut pelensaan gravitasi, sekaligus menghasilkan empat
gambar yang telah mengalami distorsi dari masing-masing quasar. Sebagaimana
efek “kaca funhouse”, pelipatgandaan
citra quasar jarang terjadi mengingat dibutuhkan penyelarasan antara
galaksi-galaksi latar depan dengan quasar latar belakang. Namun, para peneliti
sangat membutuhkan beberapa gambar untuk melakukan analisis terperinci.
Eksistensi
gumpalan materi gelap mengubah kecerahan dan posisi setiap gambar quasar yang
terdistorsi. Para astronom kemudian membandingkan pengukuran ini dengan
prediksi bagaimana gambar quasar akan terlihat tanpa pengaruh materi gelap.
Para peneliti menggunakan pengukuran untuk menghitung massa konsentrasi kecil materi
gelap. Untuk menganalisis data, para peneliti juga mengembangkan program
komputasi rumit dan teknik rekonstruksi intensif.
“Bayangkanlah
delapan galaksi ini sebagai kaca pembesar raksasa,” jelas anggota tim Daniel
Gilman dari UCLA. “Gumpalan kecil materi gelap seolah bertindak selaku celah
kecil pada kaca pembesar, mengubah kecerahan dan posisi empat gambar quasar
jika dibandingkan tanpa pelensaan gravitasi.”
Para
peneliti menggunakan instrumen Wide Field
Camera 3 Hubble untuk menangkap cahaya inframerah-dekat dari masing-masing
quasar dan merentangkannya ke dalam warna komponen penyusunnya untuk dipelajari
dengan spektroskopi. Emisi unik quasar latar belakang paling ideal dilihat
dalam spektrum cahaya inframerah. “Observasi Hubble yang dilakukan di
luar angkasa memungkinkan kami untuk melakukan pengukuran dalam sistem galaksi,
yang tidak akan dapat diakses teleskop berbasis darat resolusi rendah, atmosfer
Bumi juga menghalau cahaya inframerah yang perlu kami amati,” kata anggota tim
Simon Birrer dari UCLA.
Treu
menambahkan: “Menakjubkan, setelah hampir 30 tahun beroperasi, Hubble menyediakan
pemandangan fisika dasar dan sifat alam semesta, yang bahkan tidak pernah
diimpikan ketika ia diluncurkan.”
Pelensaan
gravitasi diperoleh melalui analisis data survei berbasis darat, seperti Sloan Digital Sky Survey dan Dark Energy Survey, yang menyediakan
peta tiga dimensi alam semesta paling terperinci yang pernah dibuat. Quasar
terletak sekitar 10 miliar tahun cahaya dari Bumi, sedangkan galaksi latar
depan sekitar 2 miliar tahun cahaya.
Jumlah
struktur kecil yang terdeteksi dalam penelitian ini menawarkan lebih banyak
petunjuk tentang sifat materi gelap. “Sifat-sifat partikel materi gelap memengaruhi
berapa banyak gumpalan terbentuk,” jelas Nierenberg. “Hal ini berarti kita
dapat belajar tentang fisika partikel materi gelap dengan menghitung berapa
banyak jumlah gumpalan kecil.”
Namun,
jenis partikel yang membentuk materi gelap masih tetap menjadi misteri. “Saat
ini, belum ada bukti langsung yang menyatakan bahwa materi gelap benar-benar
ada,” kata Birrer. “Fisikawan partikel bahkan tidak akan berbicara tentang
materi gelap jika kosmolog tidak mengatakan itu ada di sana, berdasarkan pengamatan
efek yang ditimbulkannya. Ketika berbicara tentang materi gelap, maka kosmolog
akan bertanya, bagaimana ia mengatur penampilan alam semesta, dan pada skala
apa?”
Para
astronom berharap untuk melakukan studi tindak lanjut tentang materi gelap
menggunakan teleskop antariksa masa depan besutan NASA, seperti teleskop
antariksa James Webb dan Wide Field
Infrared Survey Telescope (WFIRST), keduanya merupakan observatorium
inframerah. Webb mampu melakukan pengukuran serupa secara lebih efisien untuk seluruh
pelipatgandaan quasar lensa gravitasi, sementara ketajaman dan bidang pandang
luas WFIRST memungkinkan para astronom untuk mengamati seluruh wilayah kosmik yang
dipengaruhi medan gravitasi dari galaksi-galaksi masif dan gugus galaksi. Webb
dan WFIRST akan membantu para astronom untuk mengungkap misteri sistem kosmik
yang langka ini.
Ditulis
oleh: Staf www.nasa.gov, editor: Rob Garner
Komentar
Posting Komentar