Langsung ke konten utama

Hubble Bantu Persiapan Kunjungan Dawn ke Ceres dan Vesta

hubble-bantu-persiapan-kunjungan-dawn-ke-ceres-dan-vesta-informasi-astronomi
Kredit gambar: Vesta: NASA, ESA, dan L. McFadden (Universitas Maryland); Ceres: NASA, ESA, dan J. Parker (Southwest Research Institute)

Citra Vesta dan Ceres, dua asteroid paling masif di sabuk asteroid yang terletak di antara Mars dan Jupiter yang diambil oleh Teleskop Antariksa Hubble NASA, telah membantu para astronom untuk merencanakan tujuan misi pesawat antariksa Dawn.

NASA telah meluncurkan Dawn yang akan menempuh perjalanan selama empat tahun untuk mencapai Sabuk Asteroid utama tata surya. Saat tiba di sana, Dawn direncanakan segera melakukan studi ilmiah jarak dekat di Vesta pada tahun 2011 dan di Ceres pada tahun 2015. Dawn akan menjadi pesawat antariksa pertama yang mengorbit dua target misi sekaligus. Setidaknya 100.000 asteroid menghuni sabuk asteroid, reservoir material sisa-sisa pembentukan tata surya kita 4,6 miliar tahun yang lalu.

Dawn juga akan menjadi satelit pertama yang mengorbit planet katai, mengingat pada tahun 2006, Himpunan Astronomi Internasional (IAU) telah menetapkan Ceres sebagai satu dari tiga planet katai tata surya. Ceres juga memiliki bentuk bulat sebagaimana planet-planet utama tata surya, tetapi tidak mampu membersihkan puing-puing di sekitar orbitnya. Untuk mempersiapkan kunjungan Dawn, para astronom memanfaatkan instrumen Wide Field Planetary Camera 2 (WFPC2) Hubble untuk menangkap gambar terbaru Vesta dan Ceres.

hubble-bantu-persiapan-kunjungan-dawn-ke-ceres-dan-vesta-informasi-astronomi
Vesta.
Kredit: NASA, ESA, dan J. Parker (Southwest Research Institute)

Vesta

Gambar di sebelah kanan diambil pada tanggal 14 dan 16 Mei 2007, yang memungkinkan para astronom untuk memetakan belahan selatan Vesta, wilayah yang didominasi kawah raksasa dampak benturan dengan benda-benda langit miliaran tahun yang lalu. Membentang hingga 456 kilometer, ukuran kawah dampak nyaris sama dengan diameter 530 kilometer Vesta. Jika saja Bumi memiliki ukuran kawah dampak dengan proporsi yang setara, maka cekungan kawah akan seluas Samudra Pasifik. Dampak benturan memecahkan bongkahan batu dan menghasilkan lebih dari 50 asteroid kecil yang disebut “vestoids.” Fenomena benturan mungkin juga meledak hingga ke kerak Vesta.

Sebelumnya, Hubble juga telah mencitrakan belahan selatan Vesta pada tahun 1994 dan 1996 menggunakan wide-field camera. Namun dalam rangkaian gambar terbaru, mata tajam upgrade instrumen WFPC2 Hubble, mampu melihat fitur hingga radius sekecil 60 kilometer, yang mengungkap perbedaan kecerahan dan warna permukaan Vesta. Karakteristik ini mengindikasikan fitur skala besar yang akan dilihat oleh Dawn saat tiba di Vesta. Hubble juga mengungkap perbedaan kecerahan di belahan timur dan selatan Vesta, yang kemungkinan mencerminkan perubahan komposisi. Kedua karakteristik ini dapat menjelaskan aktivitas vulkanik di seluruh Vesta.

Perbedaan kecerahan serupa dengan efek yang terlihat di Bulan, daerah yang gelap mengandung lebih kaya zat besi daripada dataran tinggi yang lebih cerah dan mengandung mineral kaya kalsium dan aluminium. Ketika terbentuk 4,5 miliar tahun lalu, Vesta dipanaskan hingga mencapai suhu leleh batu, sebuah proses yang menenggelamkan material berat ke pusat Vesta, sedangan material ringan naik ke permukaan.

Para astronom membuat komposit gambar Vesta dalam dua warna untuk mempelajari variasi mineral yang mengandung zat besi. Dari mineral ini, para astronom berharap dapat mempelajari lebih lanjut tentang struktur dan komposisi permukaan Vesta.

hubble-bantu-persiapan-kunjungan-dawn-ke-ceres-dan-vesta-informasi-astronomi
Ceres.
Kredit: NASA, ESA, dan L. McFadden (Universitas Maryland)

Ceres

Gambar di sebelah kiri mengungkap daerah terang dan gelap di permukaan Ceres yang kemungkinan adalah fitur topografi, seperti kawah atau daerah yang komposisi permukaannya berbeda. Dampak benturan masif barangkali bertanggung jawab atas kehadiran beberapa fitur ini dan berpotensi menambah material baru ke permukaan. Dengan diameter 950 kilometer, Ceres seukuran Texas dan menjadi asteroid pertama yang pernah ditemukan pada tahun 1801. Sebagai objek terbesar, Ceres mewakili sekitar 30-40% massa sabuk asteroid.

Bentuk bulat menunjukkan interior Ceres yang berlapis seperti planet terestrial (berbatu) lainnya. Ceres diperkirakan memiliki inti berbatu, mantel es dan lapisan terluar kerak yang tipis dan berdebu. Selain itu, Vesta diperkirakan mengunci molekul air di bawah permukaan.

Observasi Hubble dilakukan pada panjang gelombang cahaya kasat mata dan ultraviolet antara bulan Desember 2003 hingga Januari 2004, menggunakan instrumen Advanced Camera for Survey. Variasi warna pada gambar menunjukkan perbedaan tekstur atau komposisi permukaan Ceres. Para astronom memerlukan observasi jarak dekat Dawn untuk menentukan karakteristik perbedaan regional di Ceres.

Tambahan Informasi

Degradasi status Pluto dari daftar planet utama tata surya sempat menjadi headline berita pada tahun 2006. Namun, perdebatan tentang kualifikasi sebuah planet telah terjadi sejak tahun 1800-an, ketika para astronom menemukan salah satu anggota tata surya yang diberi nama Ceres.

Pada tahun 1801, astronom Guiseppe Piazzi di Palermo Observatory menemukan Ceres yang berada di antara Mars dan Jupiter. Berdasarkan jarak antar planet tata surya, ruang angkasa antara Mars dan Jupiter seharusnya diduduki oleh sebuah planet. Prediksi ini dikenal sebagai Hukum Titius-Bode, dinamai menurut para astronom yang menghitung jarak relatif antar planet tata surya secara matematis pada tahun 1760-an dan 1770-an. Meskipun disebut hukum, perhitungan tersebut sama sekali tak memiliki dasar dalam fisika.

Menurut Hukum Titius-Bode, sebuah planet seharusnya hadir di antara Mars dan Jupiter. Para astronom telah memburu planet ilusi ini sejak Uranus ditemukan pada tahun 1781, mengingat posisi Uranus juga tepat berada di lokasi yang diprediksi Hukum Titius-Bode.

Dan Ceres memang berada di tempat yang diprediksi oleh Hukum Titius-Bode. Jadi para astronom kemudian menyebutnya planet. Piazzi memberinya nama Ceres Ferdinandea, yang diambil dari gabungan nama dewi panen mitologi Romawi kuno dan Raja Ferdinand IV dari Napoli dan Sisilia. Namun, nama Ferdinandea kemudian dihilangkan.

Penemuan Ceres hanyalah awal dari ribuan ribu benda langit berukuran kecil yang terlihat di antara Mars dan Jupiter. Setahun setelah Ceres ditemukan, astronom Heinrich Olbers menemukan benda langit kedua di antara Mars dan Jupiter yang hampir seterang Ceres. Olbers memberinya nama Pallas Athena, nama lain dewi Athena.

Banyak astronom kemudian menyadari bahwa Ceres maupun Pallas tidak cocok dengan gagasan konvensional tentang sebuah planet karena ukuran mereka sangat kecil sehingga tidak dapat diselesaikan melalui teleskop. Karena penampilan mereka yang mirip bintang kecil bila dilihat dari Bumi, Sir William Herschel menciptakan istilah “asteroid” untuk benda langit semacam itu. Herschel mencatat pada tahun 1802: “Mereka mirip bintang-bintang kecil sehingga sulit dibedakan, bahkan oleh teleskop bagus sekalipun.” Karena itu, Herschel menggagas Ceres dan Pallas berbeda dari planet tata surya lainnya.

Namun, sebagian besar astronom tak menyetujui gagasan Herschel, dan tetap menambahkan Ceres dan Pallas ke daftar planet tata surya.

Seiring waktu, benda langit berukuran kecil semakin banyak ditemukan. Para astronom menemukan Juno pada tahun 1804 dan Vesta pada tahun 1807. Daftar benda langit berukuran kecil semakin bertambah dan menimbulkan kekhawatiran bahwa asteroid adalah puing-puing sisa kehancuran sebuah planet yang tak diketahui penyebabnya. Meskipun demikian, Juno dan Vesta tetap bergabung dengan Ceres dan Pallas sebagai planet tata surya.

Pada tahun 1820-an, para astronom memiliki daftar 11 planet di tata surya. Teks astronomi saat itu mendaftarkan Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Vesta, Juno, Ceres, Pallas, Jupiter, Saturnus dan Uranus sebagai planet tata surya.

Hampir 39 tahun sejak penemuan Ceres, para astronom kemudian menemukan benda langit lain yang diberi nama Astraea pada tahun 1845. Sementara pada tahun 1847, tiga benda langit baru berhasil ditemukan. Menjelang akhir tahun 1851, sebanyak 15 benda langit telah ditemukan di antara Mars dan Jupiter.

Akhirnya, para astronom menyadari sejumlah besar benda langit mirip Ceres yang mengorbit Matahari di antara Mars dan Jupiter, sebenarnya mewakili kelas baru objek tata surya. Para astronom kemudian menyebut mereka asteroid, istilah yang digagas Herschel 50 tahun sebelumnya. Bukannya mendaftarkan mereka berdasarkan jarak antara planet-Matahari, para astronom justru mengkategorikan mereka berdasarkan urutan penemuan. Saat ini, para astronom telah memiliki daftar sekitar 100.000 asteroid yang diameternya sekitar 10  kilometer di antara Mars dan Jupiter, sebuah wilayah yang sekarang disebut sabuk asteroid.

Jadi, degradasi status Pluto dari daftar planet bukanlah hal yang istimewa. Ceres, Vesta, dan asteroid lain yang ditemukan pada tahun 1800-an, mengalami nasib serupa.

Para astronom mulai mempertanyakan lingkungan ruang angkasa di sekitar Ceres dan Vesta seiring penemuan sedemikian banyak benda langit di wilayah yang sama. Demikian pula silsilah planet Pluto yang juga diuji, saat para astronom menemukan batuan es lainnya di wilayah yang kini disebut Sabuk Kuiper. Bahkan, Eris, salah satu benda langit yang ditemukan di Sabuk Kuiper, ukurannya hanya sedikit lebih kecil daripada Pluto.

Pada tahun 2006, Himpunan Astronomi Internasional (IAU) berusaha menyelesaikan perdebatan yang terus berlangsung dengan mengadopsi definisi baru planet. Menurut IAU, sebuah planet adalah objek yang mengorbit bintang, ukurannya cukup besar sehingga mampu membentuk struktur bulat, dan mendominasi orbitnya. Definisi baru IAU adalah kabar buruk bagi Pluto, tetapi kabar baik bagi Ceres. Status planet utama Pluto diturunkan ke kategori baru yang disebut planet katai, sementara Ceres dipromosikan ke kategori yang sama. Planet katai hanya mampu memenuhi dua dari tiga persyaratan untuk dapat dianggap sebagai planet sejati. Kekurangan mereka hanya tidak bisa membersihkan puing-puing dari orbit.

Perdebatan panjang tentang definisi planet merupakan bukti bahwa konsep ilmiah tak terukir di sebuah batu, tetapi terus berkembang seiring penemuan baru.

Pesawat antariksa Dawn NASA yang terbang menuju Vesta dan Ceres, dan pesawat antariksa New Horizons yang mengarah ke Pluto, diharapkan dapat membantu menyelesaikan perdebatan klasik status planet tata surya ini.

Ditulis oleh: Staf hubblesite.org


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang