Raksasa
merah adalah sebuah bintang yang sedang sekarat pada tahap terakhir evolusi
bintang. Hanya dalam beberapa miliar tahun yang akan datang, Matahari kita akan
berubah menjadi raksasa merah, membengkak dan menelan planet-planet terdalam, mungkin
termasuk Bumi. Apa yang akan terjadi dengan tata surya kita di masa depan dan
sistem-sistem planet lainnya?
Tahap Evolusi Raksasa Merah
Sebagian
besar bintang di alam semesta adalah bintang deret utama, yang melebur hidrogen menjadi helium melalui aktivitas fusi nuklir. Bintang deret utama memiliki kisaran
massa sepertiga hingga delapan kali lipat massa Matahari, dan pada akhirnya akan
mengkonsumsi seluruh hidrogen di bagian inti. Selama kehidupan bintang,
reaksi fusi nuklir menciptakan tekanan keluar yang mengimbangi tekanan ke dalam
gaya gravitasi. Setelah fusi nuklir berhenti, gravitasi mengambil alih dan
memampatkan ukuran bintang menjadi lebih kecil dan padat.
Penyusutan
meningkatkan suhu, begitu panas hingga mampu melebur helium menjadi karbon. Tergantung
pada massa bintang, fusi helium mungkin terjadi secara bertahap, atau dimulai
dengan ledakan eksplosif.
“Meskipun
fusi nuklir tidak lagi dilakukan di bagian inti, peningkatan drastis suhu memanaskan
cangkang hidrogen yang mengelilingi inti, sehingga memicu bintang untuk kembali
melakukan fusi nuklir hidrogen yang disuplai dari lapisan terluar, bahkan menghasilkan
energi yang jauh lebih besar dibandingkan saat tergolong bintang deret utama,”
demikian kata Australia Telescope
National Facility di situs mereka.
Diameter
raksasa merah mencapai 100 juta hingga 1 miliar kilometer, 100 hingga 1.000
kali lebih besar daripada ukuran Matahari saat ini. Karena energi tersebar di
area yang lebih luas, suhu permukaan bintang sebenarnya lebih dingin, sekitar 2.200
hingga 3.200 derajat Celsius, hanya separuh suhu Matahari saat ini. Perubahan
suhu menyebabkan bintang bersinar di bagian spektrum yang lebih merah, oleh
karena itu diberi nama raksasa merah, meskipun banyak pula yang ditemukan berwarna
oranye.
Pada
tahun 2017, tim astronom internasional mengidentifikasi permukaan bintang raksasa
merah π Gruis secara terperinci menggunakan Very
Large Telescope milik European
Southern Observatory (ESO). Mereka hanya menemukan beberapa sel-sel
konvektif di permukaan raksasa merah yang membentang sekitar 75 juta mil (120
juta kilometer). Sebagai perbandingan, Matahari memiliki sekitar dua juta sel
konvektif yang berukuran sekitar 1.500 km.
Tahap
evolusi raksasa merah dilalui selama beberapa ribu hingga 1 miliar tahun.
Akhirnya, helium di bagian inti habis dikonsumsi dan fusi nuklir berhenti.
Bintang kembali menyusut sampai cangkang helium baru mencapai inti dan lapisan
terluar meledak sebagai awan gas dan debu raksasa yang disebut nebula planeter.
Ukuran cangkang lebih besar namun lebih redup daripada bintang induk.
Inti
bintang ambruk karena bobotnya sendiri. Bintang seperti Matahari akan
mengakhiri hidup sebagai katai putih yang padat. Sementara bintang yang lebih
besar dan masif memicu ledakan supernova, yang menghempaskan
gas dan debu dalam proses membara kematian dramatis.
Masa Depan Matahari
Sekitar
5 miliar tahun yang akan datang, Matahari akan memulai proses peleburan helium
dan berubah menjadi raksasa merah. Ketika membengkak, lapisan terluar Matahari akan
menelan Merkurius dan Venus, dan mungkin mencapai Bumi. Para ilmuwan masih
memperdebatkan apakah planet rumah kita akan menjadi korban atau tidak, atau
apakah hanya akan mengorbit dari jarak dekat. Bagaimanapun juga, kehidupan yang
kita kenal di Bumi akan lenyap.
“Nasib
serupa menanti planet-planet terdalam tata surya kita, ketika Matahari menjadi
raksasa merah dan membengkak hingga mencapai orbit Bumi, sekitar lima miliar
tahun dari sekarang,” kata astronom Alex Wolszczan dari Universitas
Negeri Pennsylvania, dalam sebuah pernyataan.
“Masa
depan kehidupan di Bumi akan sangat suram, sebab Matahari mendidihkan lautan,
meskipun batuan panas mampu bertahan,” kata astrofisikawa Don Kurtz dari Universitas Lancashire, kepada Reuters.
Kabar baiknya,
evolusi Matahari memberikan harapan bagi planet-planet lain. Saat
menjadi raksasa merah, zona layak huni Matahari juga turut berubah. Zona layak
huni adalah wilayah yang berpotensi menopang kehadiran air cair di
permukaan planet, yang dianggap oleh sebagian besar ilmuwan sebagai wilayah
ideal bagi kehidupan untuk berkembang biak. Karena tahap evolusi raksasa merah
rata-rata dijalani selama kurang lebih satu miliar tahun, maka kesempatan
menampung kehidupan malah akan diraih anggota tata surya di wilayah terluar,
yang tentunya akan menjadi lebih dekat dengan Matahari.
“Ketika sebuah bintang menua dan bersinar
lebih terang, zona layak huni bergeser menjauh. Pergeseran ini memberikan angin
segar kedua bagi sistem planet,” kata Ramses M. Ramirez, penulis utama makalah ilmiah dari Universitas Cornell. “Saat ini, dunia-dunia beku ada di wilayah
terluar tata surya, seperti Europa dan Enceladus, bulan yang mengorbit Jupiter
dan Saturnus.”
Namun,
kesempatan kedua tidak akan berlangsung terlalu lama. Ketika raksasa merah menyusut
dan memasuki tahap evolusi berikutnya, menjadi katai putih. Cahaya yang memberi
kehidupan akan menghilang.
Ditulis
oleh: Nola Taylor Redd, www.space.com
Komentar
Posting Komentar