Langsung ke konten utama

TOI 700 d, Planet Seukuran Bumi di Zona Layak Huni Pertama Misi TESS

toi-700-d-planet-seukuran-bumi-di-zona-layak-huni-pertama-misi-tess-informasi-astronomi
Ilustrasi tiga planet di sistem TOI 700 yang mengorbit bintang katai dingin tipe M. TOI 700 d adalah eskoplanet seukuran Bumi pertama di zona layak huni yang ditemukan oleh TESS.
Kredit: Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA

Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) besutan NASA berhasil menemukan planet seukuran Bumi pertama di zona layak huni bintang induk, rentang jarak ideal yang berpotensi menopang air cair di permukaan planet. Para astronom telah mengkonfirmasi eksoplanet TOI 700 d menggunakan Teleskop Antariksa Spitzer NASA dan membuat model lingkungan potensial di sekitar planet untuk membantu menyediakan informasi bagi observasi masa depan.

TOI 700 d adalah satu dari segelintir planet seukuran Bumi yang ditemukan mengorbit bintang induk dari zona layak huni, termasuk beberapa planet di sistem TRAPPIST-1 dan dunia-dunia lain yang ditemukan oleh Teleskop Antariksa Kepler NASA.

“TESS dirancang untuk menemukan planet-planet seukuran Bumi yang mengorbit bintang-bintang terdekat,” kata Paul Hertz, Direktur Divisi Astrofisika di Markas Besar NASA, Washington. “Planet yang mengorbit bintang terdekat mudah ditindaklanjuti dengan teleskop-teleskop berbasis antariksa dan darat. Penemuan TOI 700 d menunjukkan keampuhan TESS, sementara konfirmasi tindak lanjut menggunakan Spitzer, menambah daftar prestasi Spitzer menjelang akhir misi bulan Januari ini.”

Ilustrasi eksoplanet TOI 700 d.
Kredit: Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA

TESS memantau petak besar langit yang disebut sektor selama 27 hari sekaligus. Durasi lama observasi ini memungkinkan TESS untuk melacak perubahan skala kecerahan bintang ketika sebuah planet transit atau mengorbit di depan bintang induk dari sudut pandang kita.

TOI 700 adalah bintang katai merah dingin tipe M yang terletak sekitar 100 tahun cahaya di rasi selatan Dorado. Massa dan ukurannya kira-kira 40% Matahari dengan suhu permukaan sekitar 50% suhu Matahari. Bintang ini muncul di 11 dari 13 sektor yang diamati TESS selama tahun pertama misi dan para ilmuwan telah mendeteksi banyak sinyal transit ketiga planetnya.

Awalnya, TOI 700 salah diklasifikasikan dalam basis data TESS sebagai bintang yang lebih mirip Matahari kita. Berarti planet-planetnya juga tampak lebih besar dan panas. Kemudian beberapa peneliti, termasuk Alton Spencer, seorang siswa sekolah menengah atas yang bekerja dengan anggota tim TESS, mengidentifikasi kesalahan tersebut.

“Ketika kami mengoreksi parameter bintang, ukuran sistem planet menyusut, dan kami baru menyadari eksistensi planet terluar seukuran Bumi yang berada di zona layak huni,” kata mahasiswa pascasarjana Emily Gilbert dari Universitas Chicago. “Selain itu, melalui analisis data yang dikumpulkan selama 11 bulan kami tidak melihat aktivitas suar bintang, yang meningkatkan kemungkinan habitabilitas TOI 700 d dan memudahkan dalam pemodelan kondisi atmosfer dan permukaan planet.”

Gilbert beserta para kolega telah mempresentasikan hasil studi saat pertemuan rutin ke-235 American Astronomical Society di Honolulu. Tiga makalah studi yang salah satunya ditulis oleh Gilbert, telah diserahkan untuk dipublikasikan ke jurnal ilmiah.

Planet terdalam, TOI 700 b, nyaris seukuran Bumi, kemungkinan merupakan planet berbatu dan menyelesaikan orbit setiap 10 hari sekali. Planet tengah, TOI 700 c, 2,6 kali lebih besar dari Bumi, mengorbit setiap 16 hari sekali dan kemungkinan merupakan planet yang didominasi gas.

Planet terluar, TOI 700 d, hanya 20% lebih besar dari Bumi, mengorbit setiap 37 hari sekali, menerima energi dari bintang induk setara 86% energi yang diterima Bumi dari Matahari. TOI 700 d merupakan satu-satunya planet di sistem TOI 700 yang mengorbit dari zona layak huni. Semua planet diperkirakan mengalami penguncian pasang surut, seperti halnya Bulan terhadap Bumi, berarti satu sisi planet selalu menghadap bintang induk secara permanen dan menghasilkan siang dan malam abadi.

Satu tim ilmuwan yang dipimpin oleh astronom Joseph Rodriguez dari Center for Astrophysics Harvard & Smithsonian di Cambridge, Massachusetts, mengajukan observasi tindak lanjut menggunakan Spitzer untuk mengkonfirmasi TOI 700 d.

“Mengingat dampak penemuan ini, yaitu planet pertama TESS yang seukuran Bumi di zona layak huni, kami benar-benar ingin mendapatkan pemahaman tentang sistem ini sekonkret mungkin,” kata Rodriguez. “Spitzer melihat di momen yang tepat, saat TOI 700 d transit. Sebagaimana konfirmasi sistem planet TRAPPIST-1 yang menambah daftar penemuan lima planet lainnya, konfirmasi TOI 700 d bisa menjadi tambahan bagus yang diwariskan oleh misi perburuan eksoplanet.”

Data Spitzer meningkatkan kepercayaan para ilmuwan bahwa TOI 700 d benar-benar eksis, sekaligus memperbaiki pengukuran periode orbit dan ukurannya, termasuk mengesampingkan kemungkinan sinyal palsu seperti keberadaan bintang pendamping yang lebih kecil dan lebih redup di dalam sistem.

Selain Spitzer, Rodriguez beserta para kolega juga melakukan observasi tindak lanjut menggunakan teleskop berbasis darat di jaringan global Las Cumbres Observatory untuk lebih meningkatkan kepercayaan diri para ilmuwan, yang sekali lagi berhasil mempertajam perhitungan periode orbit dan ukuran TOI 700 d.

Karena bintang induk TOI 700 relatif dekat, cerah dan tidak menunjukkan tanda-tanda aktivitas suar bintang, sistem planet ini menjadi kandidat utama pengukuran massa oleh observatorium berbasis darat saat ini. Pengukuran seperti ini dapat mengkonfirmasi perkiraan para ilmuwan bahwa planet terdalam dan terluar didominasi batu, sedangkan planet tengah terbuat dari gas. Studi masa depan diharapkan dapat mengidentifikasi atmosfer dan komposisi sistem planet tersebut.

Meskipun kondisi pasti TOI 700 d belum diketahui, para ilmuwan dapat menggunakan informasi yang tersedia saat ini, seperti ukuran planet dan jenis bintang yang diorbit untuk menghasilkan model komputer dan membuat prediksi. Para peneliti di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA di Greenbelt, Maryland, telah memodelkan 20 lingkungan potensial TOI 700 d untuk mengukur setiap versi yang dapat menghasilkan suhu permukaan dan tekanan agar dapat layak huni.

Model-model iklim 3D yang mereka hasilkan, mengecek berbagai jenis permukaan dan komposisi atmosfer terkait apa yang oleh para ilmuwan anggap sebagai sebuah dunia berpotensi layak huni. Karena mengalami penguncian pasang surut terhadap bintang induk, formasi awan dan pola angin TOI 700 d mungkin sangat berbeda dari Bumi.

Di antara simulasi tersebut, permukaan TOI 700 d tertutup lautan dengan lapisan atmosfer padat yang didominasi karbon dioksida, mirip simulasi planet Mars ketika masih muda. Atmosfer model mengandung lapisan-lapisan awan yang menghadap bintang induk. Sementara model yang lain menggambarkan TOI 700 d sebagai versi Bumi modern tanpa awan, yaitu angin yang mengalir dari sisi malam ke sisi siang planet yang menghadap bintang induk secara permanen.

Ketika melewati atmosfer planet, cahaya bintang berinteraksi dengan molekul-molekul seperti karbon dioksida dan nitrogen dan menghasilkan sinyal yang disebut garis spektral. Tim ilmuwan yang membuat simulasi TOI 700 d di Goddard, dipimpin oleh Gabrielle Engelmann-Suissa dari Universities Space Research Association.

“Suatu hari, saat kita memiliki spektrum TOI 700 d yang sebenarnya, maka kita dapat mundur dan mencocokkannya dengan spektrum simulasi paling tepat dan memperbaiki model,” kata Engelmann-Suissa. “Sungguh menarik, karena apa pun yang nantinya kita ketahui tentang planet ini, pastinya akan terlihat sangat berbeda dari apa yang ada di Bumi.”

Ditulis oleh: Jeanette Kazmierczak, Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA, www.nasa.gov, editor: Rob Garner


#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang