Hubble telah mengungkap lebih dari 1.000
gugus bintang terang berusia belia yang meledak dan menghasilkan pagelaran “kembang
api” kosmik yang singkat, intens dan cemerlang di jantung sepasang galaksi yang
sedang bertabrakan.
“Jumlah gugus bintang berusia belia ini
tergolong luar biasa,” ungkap Brad Whitmore dari Space Telescope Science Institute (STScI) di Baltimore Maryland. “Penemuan
ini akan membantu kita untuk menyusun kronologis evolusi tabrakan antar galaksi
dan membantu kita menjawab salah satu pertanyaan fundamental dalam astronomi:
mengapa ada galaksi yang berbentuk spiral sedangkan yang lain berbentuk elips.”
“Gambar-gambar spektakuler ini membantu kita untuk
memahami bagaimana gugus bintang globular terbentuk dari awan hidrogen raksasa
di ruang angkasa,” tambah Francois Schweizer dari Carnegie Institution of Washington di Washington, D.C. “Galaksi ini
merupakan laboratorium ideal untuk mempelajari pembentukan bintang dan gugus
bintang, mengingat inilah sampel terdekat dan termuda dari sepasang galaksi
yang bertabrakan.”
Setelah mempelajari galaksi Antena (karena
sepasang ekor panjang material bercahaya yang dihasilkan oleh interaksi gaya
gravitasi menyerupai antena serangga), Teleskop Antariksa Hubble NASA telah menghasilkan penemuan-penemuan baru yang
mengejutkan, yaitu:
- Gugus bintang globular ternyata tidak selalu menjadi relik (peninggalan) sejarah pembentukan bintang-bintang generasi awal di sebuah galaksi, namun juga menyediakan rekaman fosil dari peristiwa tabrakan yang relatif baru terjadi.
- “Benih” yang menumbuhkan gugus bintang adalah awan molekul gas hidrogen raksasa disebut “awan molekuler” yang membentang puluhan hingga ratusan tahun cahaya. Awan molekuler dimampatkan oleh molekul gas panas di sekitarnya yang dipanaskan selama peristiwa tabrakan dan runtuh karena gaya gravitasinya sendiri. Seperti sumbu petasan yang disulut “api” tabrakan, reservoir gas menyala dan meledak dalam pembentukan bintang skala masif.
- Usia gugus bintang menyediakan informasi untuk memperkirakan kapan tabrakan terjadi dan menawarkan kesempatan emas untuk memahami urut-urutan peristiwa kompleks yang terjadi selama tabrakan, bahkan untuk memahami proses evolusi galaksi spiral menjadi galaksi elips.
Gambar-gambar yang dihasilkan oleh Hubble
sebelumnya menunjukkan hampir sepertiga galaksi-galaksi yang berada sangat
jauh atau galaksi di awal sejarah alam semesta, adalah galaksi yang
berinteraksi satu sama lain, seperti galaksi Antena di atas. Secara khusus, Hubble Deep Field (citra “long-exposure” Hubble yang mengabadikan
galaksi-galaksi jauh), mengungkap bentuk aneh sebagian besar galaksi yang
disebabkan interaksi gaya gravitasi antar galaksi. Mereka menawarkan bukti
visual langsung bahwa tabrakan antar galaksi merupakan fenomena yang sering
terjadi pada awal sejarah alam semesta.
Tabrakan galaksi-galaksi jauh ini terlalu
redup dan terlalu kecil untuk dipelajari secara mendetail. Jadi, para astronom
merasa beruntung karena memiliki sampel terdekat seperti galaksi Antena untuk
dipelajari, mengingat fenomena interaksi antar galaksi relatif jarang terjadi
di alam semesta modern.
“Tingkat detail gambar sungguh mencengangkan,
merepresentasikan mimpi indah yang menjadi kenyataan, sekaligus mimpi buruk untuk
menganalisis data dalam jumlah besar,” ujar Whitmore.
Selain menyediakan wawasan tentang bagaimana
bintang dan galaksi terbentuk pada awal sejarah alam semesta, observasi Hubble
juga menawarkan pemandangan sekilas tentang takdir pamungkas galaksi Bima Sakti
kita yang akan bertabrakan dengan galaksi Andromeda, miliaran tahun dari
sekarang.
Selama beberapa tahun terakhir, observasi
Hubble terhadap galaksi Antena telah dipelajari oleh Whitmore (STScI) bersama
para kolega, Francois Schweizer dan Bryan Miller (Department of Terrestrial Magnetism, Carnegie Institution of Washington)
dan Michael Fall dan Claus Leitherer, sesama kolega STScI.
Resolusi dan sensitivitas Hubble memungkinkan
tim untuk mengungkap lebih dari 1.000 gugus bintang belia sangat terang yang
kadang-kadang disebut supergugus bintang di galaksi Antena, yang tidak mampu
diselesaikan oleh jajaran teleskop berbasis darat.
Melalui perbandingan dengan sampel fenomena
tabrakan antar galaksi lainnya, tim astronom menemukan eksistensi gugus-gugus
bintang belia yang sangat cerah dan berwarna biru ketika tabrakan sedang
berlangsung. Tetapi gugus-gugus bintang yang telah memudar dan lebih redup justru
ditemukan di fenomena tabrakan antar galaksi yang telah terjadi jauh di masa
lalu. Perbandingan ini memungkinkan para astronom untuk menentukan urut-urutan
peristiwa kompleks sebelum, saat dan setelah peristiwa tabrakan antar galaksi
terjadi.
Ditulis oleh: Staf hubblesite.org
Komentar
Posting Komentar