Langsung ke konten utama

Visualisasi 3D Nebula Kepiting oleh Tiga Observatorium Besar NASA

Bersama para pakar visualisasi dari program Universe of Learning NASA, para astronom telah menggabungkan data panjang gelombang cahaya kasat mata, inframerah dan sinar-X dari tiga Observatorium Besar NASA untuk memproduksi representasi 3D Nebula Kepiting, sisa-sisa ledakan supernova yang menghancurkan bintang.

visualisasi-3d-nebula-kepiting-oleh-tiga-observatorium-besar-nasa-informasi-astronomi
Nebula Kepiting.
Kredit: NASA, ESA dan J. DePasquale (STScI) dan R. Hurt (Caltech/IPAC)

Citra Nebula Kepiting dalam berbagai panjang gelombang ini, menggabungkan data optik Teleskop Antariksa Hubble (biru), data sinar-X Observatorium Sinar-X Chandra (kuning) dan data inframerah Teleskop Antariksa Spitzer (merah), untuk menyorot struktur bersarang nebula angin pulsar.

Sinar-X mengungkap “detak jantung” bintang neutron di pusat nebula. Setelah memicu ledakan supernova, sebuah bintang masif memasuki tahap evolusi selanjutnya dan menjadi bintang neutron. Karena berputar sangat cepat hingga 30 kali per detik, bintang neutron semacam ini disebut pulsar.

Struktur cakram material yang mengelilingi pulsar, memancarkan sinar-X dan memuntahkan semburan berkas sempit (jet) partikel berenergi tinggi yang tegak lurus terhadap cakram. Panjang gelombang inframerah menunjukkan radiasi synchrotron, yang dihasilkan oleh aliran partikel bermuatan yang berputar di sekitar medan magnet masif pulsar. Sedangkan panjang gelombang cahaya kasat mata merupakan emisi dari oksigen yang telah dipanaskan oleh radiasi synchrotron berenergi lebih tinggi (ultraviolet dan sinar-X). Sulur-sulur halus yang terlihat dalam cahaya kasat mata membentuk “sangkar” di sekitar permadani yang kaya radiasi synchrotron, mencakup cakram dan jet sinar-X. Struktur multi panjang gelombang yang saling terhubung ini, mengambarkan pulsar sebagai sumber energi utama emisi yang dilihat oleh tiga Observatorium Besar NASA. Nebula Kepiting terletak 6.500 tahun cahaya dari Bumi di rasi Taurus.

Visualisasi grafik multi panjang gelombang diolah dari data Chandra, Hubble dan Spitzer.

Video berdurasi sekitar empat menit ini membedah struktur bersarang kompleks di sekeliling “jenazah” bintang dan memberikan kita pemahaman yang lebih baik tentang proses fisik ekstrem yang menggerakkan nebula. “Mesin” pembangkit tenaga listrik yang memberikan energi ke seluruh sistem adalah pulsar, bintang neutron yang berputar cepat. Dinamo kosmik ini meledakkan pulsa radiasi 30 kali per detik.

Visualisasi Nebula Kepiting diproduksi oleh tim ilmuwan dari Space Telescope Science Institute (STScI) di Baltimore, Maryland; Caltech/IPAC di Pasadena, California; dan Center for Astrophysics Harvard & Smithsonian (CfA), Cambridge. Massachusetts. Video akan ditayangkan untuk pertama kalinya saat pertemuan rutin American Astronomical Society di Honolulu, Hawaii, dan bisa diakses oleh planetarium dan pusat pembelajaran informal lainnya di seluruh dunia.

“Sekadar melihat gambar 2D suatu objek, terutama struktur kompleks seperti Nebula Kepiting, tidak akan memberikan kita wawasan tentang sifat 3D-nya,” jelas Frank Summers, seorang pakar visualisasi dari STScI sekaligus penanggung jawab tim. “Interpretasi ilmiah yang kami tampilkan diharapkan membantu publik untuk memahami geometri bersarang Nebula Kepiting yang saling terkait. Interaksi berbagai panjang gelombang seolah menerangi seluruh struktur nebula. Tanpa menggabungkan panjang gelombang cahaya kasat mata, sinar-X, dan inframerah, kita tidak akan mendapatkan gambaran secara utuh.”

Struktur dan proses tertentu yang digerakkan oleh pulsar di jantung nebula, paling ideal diamati pada panjang gelombang tertentu.

Visualisasi ini menampilkan representasi multi panjang gelombang Nebula Kepiting dalam 3D. Nebula Kepiting adalah nebula angin pulsar yang merupakan sisa-sisa ledakan supernova bintang. Animasi diolah dari data tiga Observatorium Besar NASA, Chandra, Hubble dan Spitzer.
Kredit: NASA, ESA, F. Summers, J. Olmsted, L. Hustak, J. DePasquale, G. Bacon (STScI), N. Wolk (CfA|H&S/CXC), R. Hurt (Caltech/IPAC)

Adegan video bermula dari pemandangan lokasi Nebula Kepiting di rasi Taurus, yang selanjutnya diperbesar untuk menampilkan gambar Hubble, Spitzer dan Chandra, masing-masing menyorot salah satu struktur bersarang dalam sistem. Video kemudian memulai proses buildup lambat struktur sinar-X dalam 3D, memperlihatkan pulsar dan cakram material bermuatan, selanjutnya menampilkan semburan partkel yang ditembakkan tegak lurus dari sisi atas dan bawah pulsar.

Adegan berikutnya adalah visi inframerah pemandangan awan yang menyelimuti dan berputar mengitari sistem pulsar dan berpendar karena radiasi synchrotron. Bentuk radiasi yang khas ini dihasilkan oleh aliran partikel bermuatan yang berputar di sekitar garis medan magnet. Ada juga emisi inframerah dari debu dan gas.

Cahaya kasat mata cangkang terluar Nebula Kepiting ditampilkan setelahnya. Layaknya sangkar di seluruh sistem, cangkang gas yang bercahaya ini terdiri dari filamen-filamen oksigen terionisasi mirip tentakel. Tsunami partikel yang dihempaskan oleh pulsar mendorong awan nebula bagaikan seekor binatang yang mengoyak kandangnya sendiri.

Model sinar-X, inframerah, dan cahaya kasat mata digabungkan saat adegan terakhir untuk mengungkap pemandangan multi panjang gelombang dalam 3D yang sesuai dengan citra 2D multi panjang gelombang Nebula Kepiting.

Struktur 3D menyediakan prediksi berdasarkan sains untuk menggambarkan nebula. “Pemandangan setiap struktur bersarang dalam 3D memberikan kita gambaran tentang dimensi asli Nebula Kepiting,” tutur Summers. “Agar setiap orang yang menonton video dapat memperoleh gambaran lengkap, kami menunjukkan setiap struktur secara terpisah, mulai dari cakram cincin, jet, radiasi synchrotron yang memengaruhi awan di sekitarnya, hingga struktur sangkar yang mengelilingi seluruh sistem.”

Struktur bersarang merupakan ciri khas Nebula Kepiting. Struktur seperti ini mengungkap bahwa Nebula Kepiting bukanlah sisa-sisa supernova tipikal, sistem ini diklasifikasikan sebagai nebula angin pulsar. Sisa-sisa supernova biasanya hanya terdiri dari gelombang ledakan dan puing-puing ledakan yang telah dipanaskan hingga jutaan derajat. Sementara di nebula angin pulsar, wilayah terdalam sistem terdiri dari molekul gas suhu rendah yang dipanaskan hingga ribuan derajat oleh radiasi berenergi tinggi synchrotron.

“Hanya melalui struktur multi panjang gelombang kita dapat memahami identitas tulen Nebula Kepiting sebagai nebula angin pulsar,” kata Summers. “Inilah tujuan terpenting studi, memahami energi dari pulsar di inti nebula yang merambat ke awan synchrotron hingga ke filamen-filamen berbentuk sangkar.”

Summers bersama tim visualisasi STScI menjalin kerja sama dengan Robert Hurt, kepala ilmuwan visualisasi di IPAC untuk gambar Spitzer, dan Nancy Wolk, pakar pemrosesan gambar di Chandra X-ray Center CfA untuk gambar Chandra.

Mereka terlebih dahulu mengkaji penelitian tentang Nebula Kepiting di masa lalu, objek yang dipelajari secara intens pada tahun 1054 oleh para astronom Cina. Kemudian beralih ke gambar 2D yang diambil oleh Hubble, Spitzer dan Chandra. Tim bekerja dengan para ahli untuk menganalisis struktur bersarang yang kompleks dan mengidentifikasi panjang gelombang terbaik untuk mewakili setiap komponen. Interpretasi 3D berdasarkan data sains, pengetahuan, intuisi dan fitur artistik, akhirnya mengisi seluruh struktur.

Visualisasi ini adalah salah satu produk dan pengalaman generasi baru yang dikembangkan oleh program Universe of Learning NASA. Program ini berupaya menghubungkan sains dan minat publik, mendorong remaja, pelajar dan keluarga untuk mengeksplorasi pertanyaan fundamental dalam sains, mengalami sendiri bagaimana sains dilakukan dan menemukan alam semesta untuk diri mereka sendiri.

Video juga menunjukkan keampuhan multi panjang gelombang astronomi dan membantu publik memahami bagaimana dan mengapa para astronom harus menggunakan berbagai rentang spektrum elektromagnetik untuk menjelajahi dan mempelajari alam semesta.

Ditulis oleh: Staf www.nasa.gov, editor: Lynn Jenner


#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang