Langsung ke konten utama

Bintang Goldilocks Tipe K, Tempat Terbaik untuk Mencari Kehidupan

Dalam upaya pencarian kehidupan di luar Bumi, para astronom selalu mencari planet yang berada di “zona layak huni” bintang induk, yang disebut “zona Goldilocks”, wilayah orbit ideal yang berpotensi menopang air cair di permukaan planet, unsur utama yang dibutuhkan kehidupan.

Berdasarkan serangkaian survei langit selama tiga dekade, para astronom telah memiliki konsep tentang “bintang Goldilocks”, yaitu bintang yang tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, dan yang paling penting tidak terlalu ganas sebagai induk sistem planet yang ramah terhadap kehidupan.

Karena Matahari kita sendiri telah memelihara kehidupan di Bumi selama hampir 4 miliar tahun, otomatis bintang mirip Matahari menjadi kandidat utama dalam pencarian dunia yang berpotensi layak huni. Namun, bintang yang sedikit lebih dingin dan kurang bercahaya daripada Matahari kita, yang diklasifikasikan sebagai bintang katai tipe K, justru adalah “bintang Goldilocks” tulen, ungkap Edward Guinan dari Universitas Villanova di Pennsylvania. “Bintang katai tipe K dianggap menempati ‘sweet spot’ karena memiliki sifat di antara bintang tipe G (mirip Matahari) yang jumlahnya jarang, dengan bintang katai merah (tipe M) yang jumlahnya lebih banyak. Bintang katai tipe K, terutama yang lebih hangat, menyediakan segala yang dibutuhkan oleh dunia layak huni. Jika kita mencari planet layak huni, maka jumlah bintang tipe K yang cukup banyak berarti meningkatkan peluang untuk menemukan kehidupan.”

bintang-goldilocks-tipe-k-tempat-terbaik-untuk-mencari-kehidupan-informasi-astronomi
Infografis perbandingan karakteristik tiga kelas bintang di galaksi kita. Bintang mirip Matahari diklasifikasikan sebagai bintang tipe G. Bintang yang lebih dingin dan kurang masif dibandingkan Matahari adalah bintang katai tipe K. Sementara di bawahnya ada bintang katai merah tipe M. Grafik membandingkan tipe bintang dalam beberapa variabel penting.
Kredit: NASA, ESA dan Z. Levy (STScI)

Sebagai permulaan, jumlah bintang katai tipe K tiga kali lipat lebih banyak daripada bintang mirip Matahari. Sekitar 1.000 bintang tipe K terletak dalam rentang jarak 100 tahun cahaya dari Matahari dan berpotensi menjadi target penelitian. Usia hidup bintang katai oranye antara 15-45 miliar tahun. Sebaliknya, Matahari kita yang sudah menempuh separuh perjalanan kehidupannya, hanya bertahan selama 10 miliar tahun. Laju tahap evolusi bintang yang relatif cepat akan membuat Bumi tidak layak huni dalam waktu 1 atau 2 miliar tahun lagi.

“Bintang mirip Matahari membatasi berapa lama atmosfer sebuah planet untuk dapat tetap stabil,” tambah Guinan. Itu karena satu miliar tahun dari sekarang, Bumi akan mengorbit Matahari dari tepi terdalam zona layak huni Matahari yang lebih panas. Zona layak huni akan bergeser menjauh saat ukuran Matahari membesar, lebih hangat dan lebih terang. Akibatnya, Bumi akan mengering karena kehilangan lapisan atmosfer dan lautannya saat ini. Menginjak usia 9 miliar tahun, Matahari akan membengkak menjadi raksasa merah dan kemungkinan “menelan” Bumi.

Terlepas dari ukurannya yang kecil, bintang katai merah (tipe M) yang jumlahnya lebih banyak, memiliki umur yang lebih panjang, namun tidak terlalu ramah terhadap kehidupan. Planet yang mengorbit dari zona layak huni katai merah, terpisah tidak terlalu jauh dari bintang induk dan rentan terpapar radiasi sinar-X dan ultraviolet ekstrem, setara ratusan ribu kali lebih kuat daripada radiasi yang diterima oleh Bumi dari Matahari.

Suar bintang dan pelepasan massa koronal tanpa henti membordir planet yang mengorbit katai merah, hingga gosong terpanggang dan lapisan atmosfer planet dilucuti sejak awal sejarah kehidupannya. Aktivitas intens katai merah mencegah planet di zona layak huni berevolusi menjadi ramah terhadap kehidupan beberapa miliar tahun setelah aktivitas letusan bintang mereda. “Kami tidak begitu optimis terkait peluang menemukan kehidupan berakal di planet yang mengorbit bintang katai tipe M,” jelas Guinan.

Adapun medan magnet bintang katai tipe K tidak terlalu aktif, sehingga jarang menghasilkan ledakan energi, sinar-X dan emisi ultraviolet intens, berdasarkan penelitian Guinan. Planet yang mengitarinya hanya akan menerima sekitar 1/100 radiasi sinar-X mematikan dibandingkan planet yang mengorbit bintang katai tipe M (yang aktif secara magnetis) di zona layak huni.

Dalam sebuah program yang disebut “GoldiloKsProject, Guinan bersama Scott Engle, seorang kolega dari Universitas Villanova, memimpin tim yang terdiri dari para mahasiswa dari Universitas Villanova untuk mengukur usia, laju rotasi, radiasi sinar-X dan ultraviolet-jauh melalui pengambilan sampel sejumlah bintang dingin tipe G dan K. Mereka menggunakan Teleskop Antariksa Hubble NASA, Observatorium Sinar-X Chandra NASA dan Satelit XMM-Newton ESA untuk penelitian. Observasi Hubble yang sensitif terhadap ultraviolet radiasi hidrogen, digunakan untuk menilai radiasi dari sekitar 20 sampel bintang katai oranye. “Hubble adalah satu-satunya teleskop yang dapat melakukan observasi semacam ini,” ujar Guinan.

Guinan dan Engle menemukan tingkat radiasi jauh lebih rendah untuk setiap planet yang mengorbit bintang katai oranye daripada bintang katai merah. Usia hidup bintang tipe K yang lebih lama, juga mencegah pergeseran zona layak huni. Oleh karena itu, bintang katai tipe K dianggap sebagai lokasi ideal untuk mencari kehidupan dan menyediakan waktu yang dibutuhkan bagi kehidupan di sebuah planet untuk berkembang biak. Dalam kurun waktu 10 miliar tahun, setara dengan usia hidup Matahari, peningkatan kecerahan bintang tipe K hanya sekitar 10-15%, sehingga memberikan cukup waktu bagi kehidupan untuk berevolusi menjadi organisme biologis yang lebih maju daripada di Bumi.

Guinan dan Engle juga meneliti beberapa bintang tipe K yang dianggap ideal sebagai induk planet, termasuk Kepler-442, Tau Ceti dan Epsilon Eridani. (Tau Ceti dan Epsilon Eridani adalah bintang yang menjadi target awal studi Proyek Ozma pada akhir tahun 1950-an, upaya pertama untuk mendeteksi transmisi radio dari peradaban maju di luar Bumi.)

“Kepler-442 (klasifikasi spektral K5) layak diperhatikan karena menampung salah satu planet Goldilocks terbaik, yaitu planet terestrial Kepler-442b sekitar dua kali massa Bumi. Jadi sistem Kepler-442 adalah sistem planet Goldilocks yang menginduk bintang Goldilocks!” kata Guinan.

Selama 30 tahun terakhir, Guinan, Engle dan para mahasiswa Universitas Villanova telah mengamati berbagai tipe bintang. Berdasarkan studi yang mereka lakukan, para ilmuwan telah menentukan hubungan antara usia bintang, tingkat rotasi, emisi sinar-X dan ultraviolet serta aktivitas suar bintang. Data ini telah digunakan untuk meneliti efek radiasi berenergi tinggi terhadap atmosfer planet dan kehidupan (bila ada).

Zona layak huni, yang berpotensi menampung planet dengan kehidupan di dalamnya, wilayahnya lebih luas untuk bintang yang lebih panas. Bintang katai merah tipe M berumur sangat panjang dan bisa melampaui 100 miliar tahun. Rentang usia bintang katai tipe K berkisar antara 15-45 miliar tahun, sementara Matahari kita hanya mampu bertahan selama 10 miliar tahun saja.

Namun, radiasi bintang katai merah tipe M lebih berbahaya, bahkan mencapai 80-500 kali lipat lebih kuat daripada Matahari. Radiasi untuk bintang katai oranye tipe K hanya 5-25 kali lebih kuat daripada Matahari. Katai merah mendominasi populasi bintang galaksi Bima Sakti, sekitar 73%. Jumlah bintang mirip Matahari hanya 6%, dan bintang katai oranye jatuh pada angka 13%.

Ketika keempat variabel menjadi pertimbangan untuk mencari kehidupan di luar Bumi, maka bintang katai oranye tipe K adalah yang paling ideal.

Ditulis oleh: Staf www.nasa.gov, editor: Rob Garner


#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang