Memiliki
arti “seperti bintang”, asteroid atau planetoid adalah batuan antariksa
sisa-sisa dari pembentukan tata surya. Kumpulan asteroid yang mengorbit
Matahari di antara Mars dan Jupiter disebut Sabuk Asteroid.
Dihuni
oleh jutaan asteroid, Sabuk Asteroid menduduki wilayah sekitar 2,5 kali jarak
Bumi-Matahari atau 2,5 AU. Menurut NASA, sebagian besar ukuran asteroid di sana
relatif kecil, mulai dari seukuran bebatuan besar, beberapa ribu kaki hingga
setara dengan ukuran planet katai.
Pembentukan Sabuk Asteroid
Pada
awal sejarah tata surya, material debu dan batu yang mengelilingi Matahari disatukan
oleh gaya gravitasi untuk membentuk sistem planet. Tetapi masih ada sisa-sisa
material yang gagal membentuk planet dan berkumpul di wilayah yang sekarang
disebut Sabuk Asteroid.
Total
massa Sabuk Asteroid lebih kecil daripada Bulan, satelit alami Bumi. Gaya
gravitasi kuat Jupiter mengendalikan Sabuk Asteroid dan dianggap mencegah jutaan
asteroid di sana untuk bergabung dan membentuk planet.
Menurut
teori Grand Tack, selama lima juta
tahun pertama sejarah tata surya, Jupiter dan Saturnus diduga pernah bergeser
mendekati Matahari, sebelum kembali berbalik arah ke wilayah terluar tata
surya. Pergerakan kedua raksasa gas ini memporak-porandakan Sabuk Asteroid,
meskipun kemudian sisa-sisa asteroid dapat kembali membentuk ikatan cincin asteroid yang
mengelilingi Matahari seperti saat ini.
Tata
surya kita bukan satu-satunya sistem yang memiliki Sabuk Asteroid. Awan debu di
sekitar bintang zeta Leporis juga membentuk struktur yang menyerupai Sabuk
Asteroid. “Zeta Leporis adalah bintang yang relatif belia,” tutur Profesor
Michael Jura dari Universitas California di Los Angeles. “Lingkungan yang kami pelajari
di sekitar zeta Leporis mirip dengan gambaran sejarah awal tata surya kita saat
planet dan asteroid terbentuk.”
Demikian
pula dengan bintang-bintang lain yang diketahui memiliki struktur serupa,
mengindikasikan Sabuk Asteroid adalah struktur yang umum di sebuah sistem
planet.
Asteroid Itokawa yang cenderung dianggap sebagai tumpukan puing-puing antariksa yang saling menempel, bukannya bongkahan batu yang padat. Kredit: ISAS/JAXA |
Komposisi
Sebagian
besar komposisi asteroid di Sabuk Asteroid adalah bebatuan, sementara sisanya mengandung
besi dan logam nikel, dan campuran antara bebatuan, besi, logam nikel dan
material kaya karbon. Komposisi beberapa asteroid yang terletak lebih jauh
cenderung mengandung lebih banyak es. Ukuran mereka tidak cukup besar untuk
mempertahankan lapisan atmosfer, meskipun para ilmuwan telah menemukan bukti beberapa
asteroid yang mengandung air.
Hanya
segelintir asteroid yang berukuran relatif besar dan padat. Setidaknya ada 16
asteoid yang diameternya melampaui 240 km. Asteroid terbesar adalah Vesta,
Pallas dan Hygiea dengan diameter mencapai 400 km. Sabuk Asteroid juga dihuni
oleh planet katai Ceres. Dengan diameter 950 km atau sekitar seperempat ukuran Bulan
kita, Ceres memang berbentuk bulat, namun dianggap terlalu kecil untuk menjadi
planet utama. Ceres mengandung sekitar sepertiga massa Sabuk Asteroid.
Sedangkan
asteroid lainnya adalah tumpukan puing-puing antariksa yang disatukan oleh gaya
gravitasi. Sebagian besar asteroid tidak cukup besar untuk berwujud spheroid
dan cenderung berbentuk tidak beraturan menyerupai kentang. Bahkan bentuk asteroid
216 Kleopatra menyerupai tulang anjing.
Asteroid
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan komposisi dan
reflektivitasnya atau albedo.
Asteroid
tipe C mendominasi populasi asteroid dengan jumlah lebih dari 75%. “C” adalah
singkatan dari carbon, merujuk ke permukaan
gelap asteroid yang hampir hitam pekat. Meteorit carbonaceous chondrite yang ditemukan di Bumi memiliki komposisi
serupa dan dianggap sebagai fragmen dari asteroid yang lebih besar. Menurut ESA
(Badan Antariksa Eropa), meskipun asteroid tipe C mendominasi Sabuk Asteroid, mereka
hanya menyusun 40% populasi asteroid yang berada di wilayah dekat Matahari, sementara
60% lainnya adalah asteroid tipe B, F dan G.
- Asteroid tipe S menyusun sekitar 17% populasi asteroid dan menduduki wilayah terdalam Sabuk Asteroid. “S” adalah singkatan dari silicaceous, merujuk ke permukaan cerah asteroid yang mengandung campuran logam nikel, besi, magnesium dan silikat.
- Asteroid tipe M adalah tipe asteroid terakhir yang paling umum ditemukan. “M” adalah singkatan dari metallic, merujuk ke permukaan asteroid yang lebih cerah dan sebagian besar komposisinya adalah nikel murni. Mereka cenderung ditemukan di wilayah tengah Sabuk Asteroid.
- Sisa tipe asteroid lain yang tergolong langka adalah tipe A, D, E, P, Q, R.
Pada
tahun 2007, NASA meluncurkan pesawat antariksa Dawn untuk mempelajari Ceres dan
Vesta. Dawn tiba di Vesta pada tahun 2011 dan melakukan penelitian selama lebih
dari satu tahun, sebelum melanjutkan perjalanan ke Ceres pada tahun 2015. Dawn
akan tetap mengorbit Ceres hingga misinya berakhir.
Sementara
sebagian besar Sabuk Asteroid dihuni oleh asteroid berbatu, Ceres adalah planet
katai beku. Dawn mengungkap material organik yang mengungkap kemungkinan Ceres
terbentuk lebih jauh, sebelum akhirnya menempati Sabuk Asteroid.
“Kami
belum bisa menentukan lokasi lain yang kaya dengan molekul organik, sebelum
disampel oleh survei atau di bawah batas deteksi,” tulis Maria Cristina De
Sanctis dari Institute for Space
Astrophysics and Space Planetology di Roma melalui email kepada situs Space.com.
Objek Sabuk Asteroid
Sabuk
Asteroid terletak di antara Mars dan Jupiter, sekitar 2,5 kali jarak
Bumi-Matahari, dan membentang di wilayah seluas 140 juta mil. Objek Sabuk
Asteroid dibagi ke delapan subgrup menurut nama asteroid yang paling menonjol
di setiap subgrup, meliputi Hungarias, Floras, Phocaea, Koronis, Eos, Themis,
Cybeles dan Hildas.
Meskipun
film-film produksi Hollywood kerap menampilkan adegan menegangkan saat pesawat
antariksa mengalami kesulitan saat melintasi Sabuk Asteroid, namun faktanya
sejumlah pesawat antariksa dapat melewatinya dengan aman, termasuk misi New
Horizons NASA yang terbang ke Pluto.
“Untungnya,
wilayah Sabuk Asteroid begitu luas. Meskipun dihuni oleh jutaan asteroid
berukuran kecil, peluang pesawat antariksa untuk menabrak salah satu dari
mereka sangat kecil, hanya satu banding satu
miliar,” jelas Peneliti Utama Misi New Horizons Alan Stern. “Bahkan jika ingin
berada cukup dekat dengan salah satu asteroid untuk melakukan studi terperinci
secara acak, kita harus benar-benar menargetkannya.”
Ruang
di dalam Sabuk Asteroid adalah wilayah relatif kosong yang disebut Celah
Kirkwood. Celah ini sesuai dengan resonansi orbital Jupiter, mengingat gaya
gravitasi planet terbesar tata surya membuat asteroid tersebar dan saling
terpisah jauh. Meskipun dalam resonansi orbital lain, ikatan asteroid dapat
lebih terkonsentrasi.
Penemuan
Pada
abad ke-18, astronom Jerman Johann Titius mencatat pola matematis posisi planet-planet
tata surya yang mengarahkannya untuk memprediksi eksistensi sebuah planet di
antara Mars dan Jupiter. Para astronom kemudian menjelajahi langit untuk
mencarinya. Pada tahun 1800, 25 orang astronom membentuk grup Celestial Police untuk menyelidiki
wilayah langit di sekitar 15 derajat Zodiak. Tetapi justru astronom astronom
Italia Giuseppe Piazzi yang bukan anggota grup Celestial Police, menemukan salah satu objek Sabuk Asteroid untuk
pertama kalinya, yang ia beri nama Ceres. Objek kedua, Pallas, ditemukan satu
tahun kemudian.
Saat
itu, Ceres dan Pallas dianggap sebagai planet. Tetapi seiring bertambahnya
penemuan objek serupa, bahkan pada awal abad ke-19 lebih dari 100 objek Sabuk
Asteroid ditemukan, para astronom menyadari bahwa ukuran mereka terlalu kecil
untuk dianggap sebagai planet dan memberikan istilah baru yang digunakan sampai
sekarang, asteroid. Pada tahun 2006, status Ceres dinaikkan oleh Himpunan
Astronomi Internasional (IAU) menjadi planet katai.
Ditulis
oleh: Nola Taylor Redd, www.space.com
Sumber:
Asteroid Belt: Facts & Formation
Komentar
Posting Komentar