Ilustrasi
Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS).
Kredit: Massachusetts Institute
of Technology (MIT)
Transiting Exoplanet Survey
Satellite (TESS) adalah misi terbaru NASA untuk mencari planet di
luar tata surya (eksoplanet), termasuk yang berpotensi memiliki kondisi ideal
untuk menopang kehidupan. Misi TESS akan difokuskan pada deteksi eksoplanet
yang menghalangi sebagian kecil cahaya bintang induk secara periodik, sebuah fenomena
yang disebut transit. TESS akan menggelar survei terhadap 200.000 bintang paling
terang terdekat demi transit eksoplanet. TESS telah diluncurkan pada tanggal 18
April 2018 menggunakan roket SpaceX
Falcon 9.
Para
ilmuwan di balik misi berharap TESS dapat menghasilkan katalog ribuan kandidat eksoplanet
yang akan meningkatkan jumlah eksoplanet yang telah ditemukan hingga saat ini.
Dari jumlah tersebut, sekitar 300 di antaranya mungkin adalah ekoplanet
seukuran Bumi dan Bumi super, sebuah planet yang tidak melampaui dua kali
ukuran Bumi. Selain menemukan eksoplanet yang mengorbit bintang terdekat, TESS
juga diharapkan menyediakan serangkaian target baru untuk studi tindak lanjut
komprehensif bagi para peneliti masa depan.
Pendekatan Misi
TESS
akan mensurvei seluruh wilayah langit selama dua tahun dengan cara memecah
langit ke dalam 26 sektor, masing-masing 24x96 derajat. Kamera tajam TESS akan
terus menatap setiap sektor selama setidaknya 27 hari dan mempelajari bintang-bintang
paling terang setiap dua menit. Sebagai perbandingan, ukuran Bulan di langit Bumi
hanya menempati area setengah derajat busur, hanya 1/9.000 dari wilayah langit
yang disurvei TESS.
TESS
akan menargetkan bintang dengan skala kecerahan sekitar 30-100 kali lebih
terang daripada misi Teleskop Antariksa Kepler dan K2, demi observasi tindak
lanjut oleh teleskop berbasis darat dan teleskop antariksa. Cakupan wilayah
langit TESS juga sekitar 400 kali lebih luat daripada wilayah langit yang disurvei
Kepler.
Selain
berburu eksoplanet, TESS juga bisa dimanfaatkan oleh komunitas ilmuwan untuk mempelajari
sekitar 20.000 benda langit target penelitian astrofisika lainnya melalui
program Guest Investigator.
Animasi
penurunan skala kecerahan cahaya bintang ketika sebuah planet melintas di depannya dari sudut pandang TESS, fenomena yang disebut transit.
Kredit: Pusat
Penerbangan Antariksa Goddard NASA
Metode Transit
Metode
transit untuk menemukan eksoplanet dilakukan dengan cara mendeteksi penurunan
skala kecerahan cahaya bintang induk ketika sebuah planet transit atau melintas
di depan bintang induk. Penurunan skala kecerahan bintang secara periodik dapat
mengungkap kehadiran sebuah planet yang mengorbit. Fotometri transit, metode
yang menghitung seberapa banyak cahaya yang dipancarkan oleh suatu objek pada
waktu tertentu, dapat menyediakan informasi tentang eksistensi sebuah planet.
Berdasarkan
skala penurunan cahaya bintang oleh planet yang mengorbit, para ilmuwan dapat menentukan
ukuran planet. Dan dengan menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan planet untuk
mengitari bintang induk, para ilmuwan dapat menentukan bentuk orbit dan durasi
orbit planet mengitari bintang induk.
TESS
diharapkan menghasilkan katalog ribuan kandidat eksoplanet berdasarkan metode
fotometri transit ini. Setelah daftar dikompilasi, para ilmuwan misi akan
menindaklanjutinya dengan observasi berbasis darat untuk mengkonfirmasi
keberadaan kandidat eksoplanet dan menentukan massa planet. Setelah ukuran,
orbit dan massa planet diketahui, kolaborasi antara TESS dan observasi tindak
lanjut berbasis darat dapat menentukan komposisi planet, apakah mereka adalah
planet berbatu (seperti Bumi), raksasa gas (seperti Jupiter) atau di luar kedua
kategori tersebut.
Bahkan
teleskop masa depan berbasis darat dan antariksa, termasuk Teleskop Antariksa James
Webb NASA, diharapkan dapat mengungkap lapisan atmosfer eksoplanet.
Para
mitra misi TESS termasuk Massachusetts
Institute of Technology, Kavli
Institute for Astrophysics and Space Research, Pusat Penerbangan Antariksa
Goddard NASA, Lincoln Laboratory MIT,
Orbital ATK, Pusat Penelitian Ames NASA, Harvard-Smithsonian
Center for Astrophysics, dan Space
Telescope Science Institute.
Ditulis
oleh: Staf www.nasa.gov, editor: Rob Garner
Sumber:
About TESS
Komentar
Posting Komentar