Trio
sampel “sonifikasi data” terbaru dari jajaran misi NASA menyediakan metode baru
untuk menikmati susunan benda langit. Sonifikasi data menerjemahkan informasi
yang dikumpulkan oleh berbagai instrumen besutan NASA, seperti Observatorium
Sinar-X Chandra, Teleskop Antariksa Hubble dan Teleskop Antariksa Spitzer,
untuk menjadi suara.
Gugus
Peluru.
Kredit: NASA/CXC/SAO/K.Arcand, SYSTEM Sounds (M. Russo, A. Santaguida)
Citra Gugus Galaksi Peluru (1E 0657-56) memberikan bukti langsung pertama eksistensi materi gelap, substansi misterius tak kasat mata yang menyusun sebagian besar materi di alam semesta. Sinar-X dari Chandra (merah muda) menunjukkan lokasi gas panas di dalam interaksi penyatuan antara dua gugus galaksi yang telah dipisahkan dari materi gelap, sebagaimana diamati melalui proses yang disebut “pelensaan gravitasi” berdasarkan data Hubble (biru) dan teleskop-teleskop berbasis darat.
Untuk mengubahnya menjadi suara, sonifikasi data dan setiap lapisan data dibatasi pada rentang frekuensi tertentu. Data yang menunjukkan materi gelap ditetapkan sebagai frekuensi terendah, sedangkan sinar-X adalah frekuensi tertinggi. Banyak galaksi pada gambar Hubble yang terletak di dalam gugus galaksi, ditetapkan ke rentang frekuensi menengah. Kemudian di dalam setiap lapisan, nada diatur untuk meningkat dari bawah ke atas gambar, sehingga objek yang mengarah ke atas menghasilkan nada bunyi yang lebih tinggi.
Nebula
Kepiting.
Kredit: NASA/CXC/SAO/K.Arcand, SYSTEM Sounds (M. Russo, A.
Santaguida)
Nebula Kepiting telah dipelajari oleh para astronom baheula sejak pertama kali muncul di langit Bumi pada tahun 1.054 M. Teleskop modern telah mengabadikan “dinamo” kosmik yang ditenagai oleh bintang neutron yang berotasi sangat cepat dan terbentuk ketika sebuah bintang masif runtuh. Kombinasi antara rotasi cepat dan medan magnet yang kuat menghasilkan semburan materi dan anti materi dari kedua kutub bintang neutron dan angin bintang yang berhembus dari ekuator.
Untuk menerjemahkan sonifkasi data menjadi suara, setiap panjang gelombang cahaya telah dipasangkan dengan instrumen yang sesuai. Warna biru dan putih adalah data sinar-X dari Chandra yang menghasilkan suara instrumen musik dari kuningan. Ungu adalah data optik dari Hubble yang menghasilkan suara instrumen musik dawai. Merah muda adalah data inframerah dari Spitzer yang menghasilkan suara instrumen musik dari kayu. Adapun cahaya di bagian atas gambar dimainkan dengan nada yang lebih tinggi, sedangkan cahaya yang lebih terang dimainkan dengan nada yang lebih keras.
Supernova
1987A.
Kredit: NASA/CXC/SAO/K.Arcand, SYSTEM Sounds (M. Russo, A. Santaguida)
Pada tanggal 24 Februari 1987, para pengamat di belahan bumi selatan mengamati sebuah objek baru di Awan Magellan Kecil, galaksi katai satelit Bima Sakti. Diberi kode Supernova 1987A (SN 87A), inilah salah satu ledakan supernova paling terang selama beberapa abad terakhir. Animasi time lapse SN 87A menampilkan serangkaian kombinasi observasi oleh Chandra (biru) dan Hubble (oranye dan merah) yang ditangkap antara tahun 1999-2013.
Supernova menghasilkan cincin padat molekul gas yang dikeluarkan oleh bintang sebelum memicu ledakan. Fitur cincin mulai bersinar lebih terang saat gelombang kejut supernova melewatinya. Sonifkasi data diubah menjadi suara instrumen musik yang terbuat dari mangkuk kristal, sementara cahaya yang lebih terang terdengar sebagai nada yang lebih tinggi dan lebih keras. Data optik diubah ke rentang nada yang lebih tinggi daripada data sinar-X, sehingga kedua panjang gelombang cahaya tersebut dapat didengar secara bersamaan.
Ditulis oleh: Staf www.nasa.gov, editor: Lee Mohon
Sumber: Data Sonification: A New Cosmic Triad of Sound
#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa
Komentar
Posting Komentar