Langsung ke konten utama

Caldwell 66, Gugus Bintang Globular Tertua dan Terjauh Bima Sakti

caldwell-66-gugus-bintang-globular-tertua-dan-terjauh-bima-sakti-informasi-astronomi
Kredit: NASA, ESA, G. Fahlman (Dominion Astrophysical Observatory), R. Ibata (Université de Strasbourg), dan F. Ferraro (Università di Bologna); Processing: Gladys Kober (NASA/Universitas Katolik Amerika)
 
Ditemukan oleh William Herschel pada tahun 1784, Caldwell 66 (NGC 5694) merupakan salah satu gugus bintang globular tertua dan terjauh di galaksi Bima Sakti kita. Terletak sekitar 100.000 tahun cahaya dari Bumi di rasi Hydra, ikatan bintang tersebut tampak sangat redup jika diamati dari Bumi karena magnitudo semunya hanya 10,2. Dibutuhkan setidaknya teleskop kecil untuk mengamatinya. Caldwell 66 paling ideal diamati dari belahan bumi utara pada akhir musim semi dan musim gugur dari belahan bumi selatan.
 
Sebagian besar gugus bintang globular menduduki pinggiran galaksi dan terikat secara gravitasi dengan galaksi induk. Berarti, gugus bintang globular akan tetap berada di orbit di sekitar pusat gravitasi galaksi induk. Namun, para astronom menduga Caldwell 66 justru sedang menempuh perjalanan di jalur hiperbolik (atau berbentuk U) yang tak terikat secara gravitasi di sekitar galaksi Bima Sakti kita. Karena terletak cukup jauh dari pusat galaksi, Caldwell 66 tidak terlalu terikat dengan gaya gravitasi Bima Sakti. Bahkan Caldwell 66 diprediksi akan bergerak sangat cepat hingga lepas dari cengkeraman gravitasi galaksi kita.
 
Citra Caldwell 66 yang ditangkap oleh Wide Field and Planetary Camera 2 Hubble adalah kombinasi observasi cahaya kasat mata dan ultraviolet. Observasi Hubble digelar untuk membantu para astronom lebih memahami evolusi gugus bintang globular dan untuk lebih secara tepat dalam menentukan usia gugus. Adapun galaksi latar belakang yang redup muncul di dekat tepi kanan gambar.

caldwell-66-gugus-bintang-globular-tertua-dan-terjauh-bima-sakti-informasi-astronomi
Bagan bintang Caldwell 66 ini mewakili pemandangan dari garis lintang utara-tengah untuk bulan dan waktu tertentu.
Kredit: Image courtesy of Stellarium
 
Tambahan Informasi
 
Gugus bintang globular adalah salah satu ikatan benda langit tertua di galaksi kita. Keindahan mereka bisa diamati dengan mudah menggunakan teleskop amatir yang mampu mengatasi kilau kerumunan bintang yang tergantung di langit malam layaknya ornamen Natal. Sekitar 150 gugus bintang globular telah ditemukan menetap di galaksi Bima Sakti kita. Setiap gugus bisa mengandung ratusan ribu hingga satu juta bintang yang menempati volume ruang relatif sempit sekitar 10-30 tahun cahaya.
 
Pada tahun 1918, astronom Harlow Shapley menyadari eksistensi dan struktur gugus bintang globular. Dengan mempelajari distribusi gugus dan mengukur jarak mereka, Shapley dapat menyimpulkan lokasi pusat Bima Sakti dan jarak Matahari dari pusat galaksi. Pada tahun 1930-an, astronom Edwin Hubble menemukan gugus bintang globular di galaksi tetangga Andromeda. Sejak saat, itu gugus bintang globular telah ditemukan mengelilingi galaksi-galaksi lain.
 
Gugus bintang globular menempati wilayah “galactic halo” yang mengelilingi cakram galaksi kita. Gugus mengorbit pusat galaksi dan membutuhkan waktu jutaan tahun untuk menyelesaikan lintasan orbit yang sangat elips dengan orientasi acak. Sebagian besar gugus bintang globular mengembara sejauh 90.000-120.000 tahun cahaya dari pusat galaksi, beberapa di antaranya bahkan terpisah hingga 300.000 tahun cahaya dari pusat galaksi.
 
Pergerakan mereka dipengaruhi oleh gaya gravitasi dari seluruh struktur galaksi, memungkinkan para astronom untuk menghitung total massa Bima Sakti. Beberapa perhitungan terbaru menghasilkan angka 500 miliar massa Matahari untuk total massa Bima Sakti. Hasil perhitungan terlalu tinggi jika massa Bima Sakti hanya berasal dari bintang, nebula dan materi yang kasat mata, mengindikasikan ada sejumlah besar materi gelap tak kasat mata yang misterius di Bima Sakti.
 
Dibandingkan dengan Matahari dan bintang-bintang lain di cakram galaksi, gugus bintang globular tampaknya kekurangan unsur-unsur berat, sekaligus menunjukkan status mereka sebagai benda langit purba yang hanya terbuat dari gas murni terkondensasi yang menyusun struktur galaksi sejak awal. Meskipun komposisi kimiawi setiap gugus berbeda, namun kemiripan komposisi setiap bintang di dalam gugus mengindikasikan mereka dilahirkan dari satu awan molekuler.
 
Para astronom dapat mengukur usia gugus bintang globular dengan cara mengamati cahaya bintang di dalam gugus. Unsur kimiawi bisa diperoleh melalui cahaya yang dipancarkan bintang, dan mereka berhasil mengungkap bahwa bintang di dalam gugus biasanya hanya mengandung lebih sedikit unsur berat (lebih berat daripada hidrogen dan helium), seperti karbon, oksigen dan besi.
 
Karena generasi bintang secara bertahap menempa unsur-unsur berat melalui fusi nuklir, jadi bintang dengan hanya sedikit unsur berat adalah relik dari sejarah kosmos. Memang, bintang-bintang penyusun gugus globular adalah yang tertua dalam catatan astronomi, berusia lebih dari 10 miliar tahun.
 
Fakta ini memberikan peluang unik untuk mempelajari evolusi bintang, meskipun setiap bintang memulai kehidupan dengan massa yang bervariasi. Dengan mengamati luminositas dan suhu bintang di dalam gugus, para astronom belajar banyak tentang siklus kehidupan bintang.
 
Sebagian besar gugus bintang globular hanya mengandung bintang bermassa rendah dalam sistem yang begitu rapat, sehingga kepadatan populasi bintang di dekat pusat gugus sekitar dua bintang per satu kubik tahun cahaya. Sebagai perbandingan, kepadatan populasi bintang di lingkungan kosmik Matahari hanya sekitar satu bintang per 300 kubik tahun cahaya. Jika melihat ke langit dari sebuah planet hipotetis di tengah gugus bintang globular, kita akan dikelilingi oleh senja abadi yang bersumber dari cahaya ribuan bintang di dekatnya.
 
Ditulis oleh: Staf www.nasa.gov, editor: Michelle Belleville
 
Sumber: Caldwell 66
 
#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang