Ruang
angkasa adalah lingkungan yang tidak bersahabat. Syukurlah, lapisan atmosfer
Bumi melindungi kita dari keganasan kosmos. Namun, teleskop berbasis antariksa
seperti Hubble, harus menjalani ‘kehidupan’ di luar perlindungan atmosfer.
Teleskop semacam itu dirancang dengan hati-hati untuk bertahan menghadapi
lingkungan keras, tetapi ada satu zona berbahaya yang membuat observasi hampir
mustahil dilakukan.
Di atas atmosfer Bumi, di sepanjang jalur orbit Hubble, terdapat wilayah misterius yang dikenal sebagai Anomali Atlantik Selatan. Saat melewati area ini, satelit dibombardir dengan sekumpulan partikel berenergi sangat tinggi. Serangan itu dapat menyebabkan gangguan dalam data astronomi, malfungsi elektronik, dan bahkan mematikan satelit selama beberapa minggu!
Tak sekadar mempengaruhi peralatan elektronik, para astronot yang melakukan spacewalk telah melaporkan fenomena aneh “bintang jatuh” ketika seberkas cahaya melintasi bidang pandang mereka. Penyebab anomali terletak di sabuk radiasi Van Allen. Kedua awan yang bentuknya mirip donat ini mengelilingi Bumi dan memerangkap partikel bermuatan dari Matahari, yang meluncur ke Bumi sebagai sinar kosmik.
Inilah bagian dari perisai kosmik yang melindungi kita dari partikel yang berbahaya. Namun, di lepas pantai Brasil yang mencakup area lebih luas dari Amerika Serikat, medan magnet Bumi berada pada titik terlemahnya sehingga awan mirip donat turun ke bawah jalur orbit Hubble hingga 200 kilometer di atas permukaan Bumi.
Sabuk radiasi Van Allen mengandung elektron, proton, dan inti atom berenergi tinggi. Mereka serupa dengan kunang-kunang yang terjebak di dalam sebuah botol. Karena sangat padat, dalam satu detik ketiga partikel itu bisa menyerang area seluas ujung jari hingga 3.000 kali.
Salah satu dari ketiga partikel yang energik tersebut, dapat dengan mudah menyasar Hubble, menggangu transfer data elektronik dan menyebabkan kerusakan. Jadi, untuk menghindari kerusakan, Hubble harus mematikan beberapa komponen elektronik saat transit melalui Segitiga Bermuda luar angkasa.
Detektor Hubble dirancang sedemikian rupa agar sangat sensitif terhadap cahaya. Tanpa detektor yang sensitif itu, Hubble tidak dapat menyelidiki alam semesta secara maksimal. Namun, keampuhan detektor Hubble memiliki konsekuensi, karena juga sangat sensitif terhadap partikel berenergi tinggi. Jadi, untuk 15% masa operasionalnya di tempat itu, Hubble harus mematikan detektornya. Di zona berbahaya Segitiga Bermuda luar angkasa, Hubble hanya bisa mengaktifkan satu instrumen kamera yaitu WFC3, tetapi gambar yang dihasilkan kurang tajam.
Radiasi sinar kosmik yang menyerang Hubble adalah pengingat akan bahaya yang mengintai di atas atmosfer kita. Meskipun telah berulang kali melalui Anomali Atlantik Selatan yang berbahaya, Hubble tetap bertahan selama 33 tahun di jalur orbit, dan tak pernah berhenti mengirim gambar dan data observasi menakjubkan untuk mengungkap misteri alam semesta.
Sumber: Hubblecast 77: Hubble and the Bermuda Triangle of space
#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa
Di atas atmosfer Bumi, di sepanjang jalur orbit Hubble, terdapat wilayah misterius yang dikenal sebagai Anomali Atlantik Selatan. Saat melewati area ini, satelit dibombardir dengan sekumpulan partikel berenergi sangat tinggi. Serangan itu dapat menyebabkan gangguan dalam data astronomi, malfungsi elektronik, dan bahkan mematikan satelit selama beberapa minggu!
Tak sekadar mempengaruhi peralatan elektronik, para astronot yang melakukan spacewalk telah melaporkan fenomena aneh “bintang jatuh” ketika seberkas cahaya melintasi bidang pandang mereka. Penyebab anomali terletak di sabuk radiasi Van Allen. Kedua awan yang bentuknya mirip donat ini mengelilingi Bumi dan memerangkap partikel bermuatan dari Matahari, yang meluncur ke Bumi sebagai sinar kosmik.
Inilah bagian dari perisai kosmik yang melindungi kita dari partikel yang berbahaya. Namun, di lepas pantai Brasil yang mencakup area lebih luas dari Amerika Serikat, medan magnet Bumi berada pada titik terlemahnya sehingga awan mirip donat turun ke bawah jalur orbit Hubble hingga 200 kilometer di atas permukaan Bumi.
Sabuk radiasi Van Allen mengandung elektron, proton, dan inti atom berenergi tinggi. Mereka serupa dengan kunang-kunang yang terjebak di dalam sebuah botol. Karena sangat padat, dalam satu detik ketiga partikel itu bisa menyerang area seluas ujung jari hingga 3.000 kali.
Salah satu dari ketiga partikel yang energik tersebut, dapat dengan mudah menyasar Hubble, menggangu transfer data elektronik dan menyebabkan kerusakan. Jadi, untuk menghindari kerusakan, Hubble harus mematikan beberapa komponen elektronik saat transit melalui Segitiga Bermuda luar angkasa.
Detektor Hubble dirancang sedemikian rupa agar sangat sensitif terhadap cahaya. Tanpa detektor yang sensitif itu, Hubble tidak dapat menyelidiki alam semesta secara maksimal. Namun, keampuhan detektor Hubble memiliki konsekuensi, karena juga sangat sensitif terhadap partikel berenergi tinggi. Jadi, untuk 15% masa operasionalnya di tempat itu, Hubble harus mematikan detektornya. Di zona berbahaya Segitiga Bermuda luar angkasa, Hubble hanya bisa mengaktifkan satu instrumen kamera yaitu WFC3, tetapi gambar yang dihasilkan kurang tajam.
Radiasi sinar kosmik yang menyerang Hubble adalah pengingat akan bahaya yang mengintai di atas atmosfer kita. Meskipun telah berulang kali melalui Anomali Atlantik Selatan yang berbahaya, Hubble tetap bertahan selama 33 tahun di jalur orbit, dan tak pernah berhenti mengirim gambar dan data observasi menakjubkan untuk mengungkap misteri alam semesta.
Sumber: Hubblecast 77: Hubble and the Bermuda Triangle of space
#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa
Komentar
Posting Komentar