Langsung ke konten utama

Ketika Lubang Hitam Supermasif Sagitarius A* Menikmati Camilan di Pusat Bima Sakti


Jauh di dalam jantung galaksi spiral Bima Sakti kita, pusaran panas materi terbentuk di sekitar lubang hitam monster yang mengemas massa melampaui satu juta Matahari. Lubang hitam supermasif serupa kemungkinan juga bersemayam di seluruh pusat galaksi. Mereka dikenal sangat rakus, kerap ditemukan menelan bintang, planet, asteroid, komet, dan awan gas yang berkeliaran di wilayah inti galaksi yang padat.
 
Belum lama ini, Observatorium Antariksa NuSTAR besutan NASA telah menangkap basah lubang hitam supermasif Sagitarius A* di pusat Bima Sakti saat sedang menikmati camilan.
 
Diluncurkan pada tanggal 13 Juni 2012, NuSTAR didesain untuk mengabadikan fenomena ganas berenergi tinggi di alam semesta. NuSTAR adalah satu-satunya teleskop yang mampu menghasilkan citra tajam dari sinar-X paling energik yang dihasilkan oleh ledakan supernova dan aktivitas rakus lubang hitam.
 
Kamera tajam NuSTAR memungkinkan para astronom untuk membidik dengan tepat fenomena sinar-X dahsyat yang berasal dari pusat galaksi Bima Sakti. Bahkan observasi NuSTAR juga telah dikonfirmasi oleh Observatorium Sinar-X Chandra NASA dan data inframerah dari Teleskop Keck di Hawaii.
 
Sagitarius A* tertangkap basah sedang melahap sesuatu. Camilan lubang hitam adalah fenomena kosmik ganas yang terjadi ketika materi dicabik-cabik oleh gaya gravitasi ekstrem dan memanas hingga jutaan derajat saat meluncur ke singularitas lubang hitam.
 
Dalam hal ini, NuSTAR menangkap sinar-X yang terpancar dari materi yang memanas hingga sekitar 100 juta derajat Celcius. Penemuan ini menimbulkan harapan bagi para astronom untuk memecahkan sebuah misteri klasik: Mengapa lubang hitam supermasif Bima Sakti sangat selektif dalam makanannya?
 
Dibandingkan dengan lubang hitam raksasa di pusat galaksi lain, Bima Sakti relatif tenang. Lubang hitam yang lebih aktif cenderung melahap materi dalam jumlah yang luar biasa, bertolak belakang dengan Sagitarius A* yang lebih suka ngemil. Barangkali asteroid adalah menu utama makanan ringannya, karena diduga ada triliunan asteroid yang mengelilingi inti Bima Sakti.
 
Menggunakan Observatorium Sinar-X Chandra, para astronom memang mendeteksi suar yang konsisten dengan asteroid selebar 10 km atau lebih yang jatuh ke Sagitarius A*. Asteroid seperti itu setara dengan asteroid yang memusnahkan dinosaurus di Bumi 65 juta tahun yang lalu. Batuan antariksa yang berukuran lebih kecil mungkin juga mengalami nasib serupa, tetapi suar mereka terlalu lemah untuk dideteksi oleh Chandra.
 
Kemampuan NuSTAR untuk mendeteksi suar di atas rentang energi yang pernah dieksplorasi sebelumnya, telah membuka jendela baru dan memberi para astronom instrumen baru untuk memahami apa yang terjadi jauh di dalam inti galaksi kita.
 
Semoga menu camilan monster Sagitarius A* akan segera terungkap.
 
Sumber: ScienceCasts: The Diner at the Center of the Galaxy
 
#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang