Ada
cukup banyak desas-desus yang muncul terkait planet katai anggota tata surya
akhir-akhir ini. Sejak penemuan planet katai Eris pada tahun 2005, yang diikuti perdebatan sengit definisi “planet”, istilah “planet katai” telah
diadopsi untuk merujuk objek seukuran Pluto di luar Neptunus. Namun definisi planet yang ditentukan oleh Himpunan Astronomi Internasional (IA) telah menjadi sebuah subjek
yang cukup kontroversial dan mungkin belum selesai dalam waktu
dekat.
Sejak
saat itu, kategori yang sifatnya sementara telah digunakan untuk menggambarkan berbagai Trans-Neptunian objects (TNO)
yang ditemukan sebelum atau sesudah penemuan Eris. Demikian pula dengan Sedna,
yang ditemukan di wilayah terluar tata surya pada tahun 2003, mungkin adalah planet katai. Sebagai salah satu objek tata surya paling jauh, Sedna yang mengorbit Matahari dari Awan Oort adalah penemuan yang sangat menarik.
Penemuan dan Penyematan Nama
Seperti Eris, Haumea dan Makemake, kandidat planet katai Sedna ditemukan oleh Mike Brown
dari Caltech, dengan bantuan Chad Trujillo dari Observatorium Gemini dan David
Rabinowitz dari Universitas Yale pada tanggal 14 November 2003. Awalnya diberi kode 2003 VB12, penemuan Sedna merupakan bagian dari sebuah survei
yang dimulai sejak tahun 2001 menggunakan Teleskop Samuel Oschin di
Observatorium Palomar dekat San Diego, California.
Pengamatan
yang dilakukan pada saat itu mengungkap sebuah objek yang terletak
sekitar 100 AU dari Matahari. Observasi tindak tindak lanjut pada
bulan November dan Desember 2003 menggunakan Observatorium Inter-Amerika Cerro Tololo
di Chili dan Observatorium W. M. Keck di Hawaii, menyimpulkan Sedna bergerak di sepanjang lintasan orbit yang sangat eksentrik.
Perbandingan skala antara Bumi dengan Sedna dan TNO terbesar lainnya. Kredit: NASA/Lexicon |
Belakangan
diketahui, Sedna sebelumnya telah diamati menggunakan teleskop
Samual Oschin dan Near Earth Asteroid
Tracking (NEAT) dari Laboratorium Propulsi Jet (JPL) NASA. Perbandingan kedua observasi memungkinkan perhitungan lintasan orbit eksentrik Sedna secara lebih akurat.
Diberi nama oleh para penemunya, Sedna adalah nama dewi laut bangsa Inuit. Menurut
legenda, Sedna adalah manusia yang menjadi dewi setelah tenggelam di
Samudera Arktik, yang kemudian menjadi tempat tinggalnya untuk melindungi semua
makhluk laut. Nama ini tampaknya cocok, karena Sedna adalah salah satu objek terjauh dari Matahari, sekaligus yang terdingin.
Meskipun dipublikasikan sebelum nama Sedna diresmikan oleh IAU, namun tidak ada yang
merasa keberatan. Pada tahun 2004, Komite IAU yang membidangi Small Body Nomenclature meresmikan nama tersebut.
Klasifikasi
Menyangkut
klasifikasi Sedna, komunitas astronom terpecah menjadi dua. Di satu
sisi, penemuannya membangkitkan kembali pertanyaan tentang definisi sebuah planet. Sebagai
tanggapan atas penemuan Eris, planet katai kembaran Pluto, pada tanggal 24 Agustus 2006, IAU menyatakan sebuah planet harus dapat membersihkan orbitnya. Oleh karena itu, Sedna dianggap tidak memenuhi syarat untuk menyandang status planet.
Dan untuk dianggap sebagai planet katai, sebuah objek harus berada dalam
keseimbangan hidrostatik atau secara simetris harus berbentuk bulat (spheroid atau ellipsoid). Dengan tingkat albedo permukaan 0,32 ± 0,06 dan diameter sekitar 915 hingga 1.800 km (dibandingkan diameter Pluto, 1.186 km), Sedna cukup terang dan juga cukup besar untuk
berbentuk bulat.
Oleh
karena itu, banyak astronom yang meyakini Sedna adalah planet katai. Salah
satu alasan mengapa para astronom enggan menempatkannya dalam kategori ini
karena letak Sedna yang sangat jauh, sehingga sulit untuk diamati.
Ukuran, Massa dan Orbit
Pada
tahun 2004, Mike Brown bersama tim ilmuwan yang ia pimpin menempatkan batas
diameter Sedna pada angka 1.800 km, tetapi pada tahun 2007 direvisi kembali
hingga kurang dari 1.600 km, setelah pengamatan menggunakan Teleskop Antariksa Spitzer NASA. Pada tahun 2012, pengukuran Observatorium Antariksa Herschel menyimpulkan diameter Sedna berada di kisaran 915
hingga 1.075 km, berarti ukurannya lebih kecil daripada Charon, bulan Pluto.
Karena
Sedna tidak memiliki bulan sebagai pembanding, penetuan massanya secara akurat tidak mungkin terwujud tanpa mengirim wahana
antariksa peneliti ke sana. Meskipun demikian, banyak astronom yang memprediksi Sedna adalah sebuah planet katai dan TNO terbesar kelima setelah Eris,
Pluto, Makemake, dan Haumea.
Lintasan orbit Sedna mengelilingi Matahari yang sangat elips, dengan jarak
76 AU (114 miliar km) di perihelion (titik orbit terdekat), hingga 936 AU (140
miliar km) di aphelion (titik orbit terjauh). 1 AU adalah jarak Bumi-Matahari, sekitar 150 juta kilometer.
Orbit Sedna dibandingkan anggota tata surya lainnya, Sabuk Kuiper, dan Awan Oort. Kredit: web.gps.caltech.edu |
Perkiraan durasi Sedna untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari bervariasi, meskipun diduga lebih dari 10.000 tahun. Beberapa astronom bahkan menghitung periode orbital Sedna bisa membutuhkan waktu 12.000 tahun. Meskipun para
astronom pada awalnya meyakini Sedna memiliki satelit alami, namun mereka
belum dapat membuktikannya.
Komposisi
Pada
saat ditemukan, Sedna adalah objek paling terang yang pernah ditemukan di tata surya
setelah penemuan Pluto pada tahun 1930. Dalam hal warna, Sedna terlihat hampir
sama merahnya dengan Mars, yang disebabkan oleh
unsur hidrokarbon atau tholin. Permukaannya juga agak homogen dalam hal warna
dan spektrum, mungkin karena jaraknya sangat jauh dari
Matahari.
Tidak
seperti planet di wilayah terdalam tata surya, permukaan Sedna hanya
mengalami sedikit dampak benturan dengan meteor atau asteroid.
Akibatnya, Sedna tidak memiliki banyak bintik cerah material es. Suhu Sedna dan seluruh objek di Awan Oort di bawah 33 Kelvin (minus 240°C).
Model simulasi komputer menempatkan batas komposisi
di atas 60% untuk es metana dan 70% untuk es air. Komposisi ini konsisten
dengan unsur tholins di permukaan yang dihasilkan oleh radiasi
metana. Sementara itu, tim ilmuwan yang dipimpin oleh M. Antonietta Barucci,
membandingkan spektrum Sedna dengan spektrum Triton dan menghasilkan
model komposisi Sedna yang mencakup 24% tholins tipe-Triton, 7% karbon
amorf, 10% nitrogen, 26% metanol dan 33% metana.
Ilustrasi permukaan Sedna. Kredit: NASA/ESA/Adolf Schaller |
Deteksi unsur nitrogen di permukaan mengindikasikan setidaknya untuk waktu
yang singkat, Sedna berpotensi diselimuti lapisan atmosfer tipis. Selama
periode 200 tahun di dekat perihelion, suhu maksimum Sedna mungkin akan melampaui 35,6 K (minus 2376° C), suhu yang cukup hangat bagi beberapa kandungan
es nitrogen untuk mengalami proses sublimasi. Model pemanasan
internal karena peluruhan radioaktif menyimpulkan bahwa seperti banyak objek di
wilayah terluar tata surya lainnya, Sedna mungkin menyimpan lautan air di bawah permukaan.
Asal Usul
Ketika
pertama kali menemukan Sedna, Brown dan para kolega mengklaim Sedna
adalah bagian dari Awan Oort, awan komet hipotetis yang diyakini terletak satu
tahun cahaya dari Matahari. Klaim didasarkan pada fakta perihelion Sedna (76 AU) yang terlalu jauh untuk terpengaruh gravitasi
Neptunus.
Karena
jarak Sedna juga lebih dekat ke Matahari daripada objek awan Oort lainnya,
dan memiliki inklinasi yang sejajar dengan planet dan Sabuk Kuiper, mereka
menggambarkannya sebagai “objek wilayah terdalam Awan Oort”. Brown dan para
kolega menggagas perkiraan terbaik orbit Sedna dapat
dijelaskan oleh lintasan orbit mengitari Matahari yang terbentuk melalui
pengelompokan beberapa bintang (gugus) yang secara bertahap dipisahkan dari
waktu ke waktu.
Dalam
skenario ini, lintasan orbit Sedna dihasilkan oleh sebuah bintang di dalam gugus dan bukan terbentuk di lokasinya saat ini dari semula. Hipotesis ini
juga telah dikonfirmasi oleh simulasi komputer yang menyimpulkan beberapa
bintang belia terdekat di dalam gugus akan menarik banyak objek ke
lintasan orbit mirip Sedna.
Susunan Tata Surya, termasuk Awan Oort dalam skala logaritmik. Kredit: NASA |
Di
sisi lain, jika Sedna terbentuk di lokasinya saat ini, berarti cakram
protoplanet Matahari 4,5 miliar tahun yang lalu akan meluas lebih jauh daripada perkiraan,
sekitar 75 AU. Ditambah orbit awal Sedna kurang lebih
melingkar, jika tidak maka Sedna terbentuk melalui akresi objek-objek yang
berukuran lebih kecil, fenomena yang mustahil terjadi.
Oleh
karena itu, Sedna diduga ditarik ke lintasan orbit eksentriknya saat ini oleh
interaksi gaya gravitasi dengan objek lain, barangkali gaya gravitasi dari planet lain
di Sabuk Kuiper, bintang yang kebetulan melintas, atau salah satu bintang belia dekat
Matahari di gugus di mana Matahari terbentuk.
Penjelasan alternatif penyebab lintasan eksentrik orbit Sedna bisa juga dihasilkan oleh pengaruh gaya gravitasi
pendamping biner Matahari yang terpisah ribuan AU. Salah satu pasangan
hipotetis Matahari adalah Nemesis, pendamping Matahari yang agak redup. Namun sampai saat ini tidak ada bukti eksistensi Nemesis, sementara banyak bukti lain justru meragukan eksistensinya.
Bahkan ada hipotesis yang menggagas Sedna tidak berasal dari tata surya, tetapi ditangkap oleh gaya gravitasi Matahari dari sebuah sistem planet
yang kebetulan melintas.
Para
astronom meyakini akan ada lebih banyak objek di Awan Oort yang ditemukan dalam beberapa tahun ke depan, terutama karena jajaran teleskop berbasis
antariksa dan darat semakin canggih dan sensitif. Mungkin kita juga akan menyaksikan bagaimana Sedna secara resmi dikategorikan sebagai “planet katai” oleh
IAU. Sebagaimana objek astronomi lainnya yang statusnya ditetapkan melalui perdebatan akademik terlebih dahulu, tak salah jika kita mengikuti beberapa kontroversi serupa terkait Sedna!
Ditulis
oleh: Matt Williams, www.universetoday.com
Sumber:
The Dwarf Planet Sedna
Komentar
Posting Komentar