![]() |
Kredit gambar: (Kiri Atas) NASA/JPL-Caltech/SSI, (Kiri Bawah) NASA/JPL-Caltech/ Universitas Arizona, (Kanan) ESA/NASA/JPL/ Universitas Arizona |
NASA telah mengumumkan lokasi tujuan misi
antariksa di tata surya berikutnya. Titan, bulan terbesar Saturnus yang
melimpah dengan building block
kehidupan adalah target misi Dragonfly, sebuah helikopter pendarat
otonom.
Badan Antariksa Amerika Serikat memilih Dragonfly sebagai misi kelas menengah keplanetan New
Frontiers. Bersama misi
Comet Astrobiology Exploration SAmple Return (CAESAR), Dragonly adalah satu dari dua finalis utama yang diseleksi oleh NASA pada
bulan Desember 2017.
Dragonfly akhirnya terpilih sebagai bagian
dari program New Frontiers, yang
mencakup misi New Horizons ke Pluto dan Sabuk Kuiper, Juno ke Jupiter, dan
OSIRIS-REx ke asteroid Bennu. Elizabeth Turtle dari Laboratorium
Fisika Terapan Universitas Johns Hopkins, bertanggung jawab atas misi
Dragonfly.
New Frontiers mendukung
misi yang telah diidentifikasi sebagai prioritas utama eksplorasi tata surya
oleh komunitas sains keplanetan. Program New
Frontiers dikelola oleh Planetary
Missions Program Office di Pusat Penerbangan Antariksa Marshall NASA di
Huntsville, Alabama, untuk Planetary
Science Division NASA di Washington.
Bulan terbesar Saturnus adalah prioritas
tertinggi untuk eksplorasi keplanetan. Titan adalah sebuah dunia samudera dan
satu-satunya bulan di tata surya yang memiliki lapisan atmosfer padat,
mendukung siklus hidrologis seperti awan metana, hujan, dan air cair yang mengaliri permukaan untuk mengisi danau dan lautan. Material organik
kompleks melimpah yang dapat diakses dengan mudah di permukaan, menjadikan
Titan sebagai tujuan sains paling ideal untuk mempelajari kondisi habitabilitas
lingkungan di luar Bumi dan jenis interaksi kimiawi yang berlangsung sebelum
kehidupan berkembang di Bumi.
Pengetahuan yang kita miliki tentang Titan
Pesawat antariksa Voyager 1 dan 2 mengamati
Titan pada tahun 1979 dan 1980, tetapi kabut organik atmosfer menyelimuti
permukaan pada spektrum cahaya kasat mata. Kemudian pada tahun 1994, Teleskop Antariksa Hubble NASA mencitrakan Titan pada spektrum inframerah-dekat untuk menembus atmosfer dan mengintip permukaan Titan.
Namun, rincian tentang bentangan alam permukaan
Titan diungkap pada bulan Juli 2004 oleh pesawat antariksa Cassini NASA.
Cassini juga menggunakan radar dan pencitraan pada spektrum inframerah-dekat untuk melihat apa yang tersembunyi di bawah lapisan atmosfer
berkabut. Selama lebih dari 100 kali terbang lintas dari jarak dekat, Cassini
memetakan geografi dan melakukan studi terperinci terkait komposisi atmosfer
Titan.
Pada tahun 2005, Cassini mengirim probe Huygens ke permukaan
Titan. Huygens meneliti atmosfer, hembusan angin dan
mengabadikan gambar sebagian kecil permukaan Titan. Cassini juga menemukan
lautan asin di bawah kerak air es Titan, sekaligus memberikan label “dunia lautan ” kepada Titan.
Cassini memberikan para ilmuwan pengetahuan
tentang sungai, danau, lautan etana dan metana cair (unsur utama gas cair),
termasuk hamparan luas bukit pasir di permukaan Titan. Iklim Titan terbentuk
sedemikian rupa, memungkinkan metana untuk menciptakan awan dan hujan seperti siklus air di Bumi. Lapisan atmosfer Titan empat kali lebih padat
daripada Bumi dan gravitasinya hanya 1/7 Bumi. Kombinasi kedua faktor ini menghasilkan curah hujan yang lebih lambat dibandingkan di Bumi. Curah hujan
jarang terjadi, mungkin hanya terjadi sekali setiap beberapa abad, itu pun
hanya di lokasi-lokasi tertentu.
Atmosfer Titan terutama terdiri dari unsur
nitrogen (sekitar 95%), ditambah metana (sekitar 5%) beserta sejumlah kecil senyawa
kaya karbon lainnya. Ketika terpapar sinar Matahari, molekul metana dan
nitrogen terurai oleh sinar ultraviolet dan menyatu kembali untuk membentuk
berbagai senyawa organik kompleks. Molekul organik adalah building block kehidupan. Para ilmuwan ingin mengetahui jenis
senyawa di Titan dan proses yang membentuknya?
Dunia Lautan
![]() |
Kredit gambar: A. D. Fortes/UCL/STFC |
Sebagai sebuah dunia lautan, Titan
menawarkan kesempatan langka untuk menjelajahi asal usul kimia prebiotik di
luar lingkungan Bumi. Tema misi Ocean
Worlds NASA berfokus pada karakterisasi potensi habitabilitas, meneliti
kimia prebiotik dan mencari jejak biologis. Kombinasi unik antara senyawa
kimiawi yang berlimpah, kompleks dan kaya karbon di permukaan es, menjadikan Titan sebagai target ideal untuk penelitian semacam itu.
Ditulis oleh: Staf dragonfly.jhuapl.edu
Sumber: Why Titan?
Komentar
Posting Komentar