Langsung ke konten utama

Messier 30 dan Bintang Blue Straggler

messier-30-dan-bintang-blue-straggler-informasi-astronomi
Kredit: NASA/ESA

Gambar Messier 30 yang ditangkap oleh Teleskop Antariksa Hubble NASA ini terdiri dari observasi dalam cahaya kasat mata dan inframerah. Resolusi tajam Hubble dengan mudah menangkap beberapa ratus ribu bintang penghuni gugus dalam detail yang menakjubkan.

Meskipun sebagian besar gugus bintang globular seperti Messier 30 menampung bintang-bintang lanjut usia, konsentrasi padat populasi bintang mengarah pada peremajaan beberapa bintang tua yang memperoleh kembali masa mudanya sebagai “blue straggler” atau “rejuvenated star” (peremajaan bintang biru).

Memanfaatkan observasi Hubble, para astronom telah mengidentifikasi dua jenis bintang blue straggler di Messier 30. Pertama, terbentuk melalui proses tabrakan secara langsung antara dua bintang, yang kedua berada dalam sistem biner (ganda) rapat, dengan salah satu bintang menghisap hidrogen dari pasangannya.

Messier 30 ditemukan oleh Charles Messier pada tahun 1764. Terletak sekitar 28.000 tahun cahaya dari Bumi di rasi Capricornus, magnitudo semu Messier 30 adalah 7,7 dan dapat diamati menggunakan teropong binokular. Messier 30 paling ideal diamati selama bulan September.

bagan-bintang-messier-30-informasi-astronomi
Bagan bintang Messier 30 ini mewakili pemandangan dari garis lintang utara-tengah untuk bulan dan waktu tertentu.
Kredit: Image courtesy of Stellarium

Peremajaan Bintang Melalui Tabrakan dan Proses Vampirisme

Menggunakan Teleskop Antariksa Hubble kolaborasi NASA dan ESA, satu tim astronom telah menemukan dua jenis peremajaan bintang di gugus bintang globular Messier 30. Studi terbaru menyimpulkan efek tabrakan bintang dan proses yang disebut vampirisme berperan pada “face lift” bintang. Para astronom juga mengungkap bukti bahwa kedua jenis “blue straggler” atau “rejuvenated star” (peremajaan bintang biru), dihasilkan selama fenomena dinamika kritis yang disebut “keruntuhan inti” di Messier 30 beberapa miliar tahun yang lalu.

Gugus bintang globular biasanya dihuni oleh bintang-bintang yang sudah sangat tua, berusia sekitar 12-13 miliar tahun. Namun sebagian kecil dari mereka secara signifikan lebih muda daripada seluruh populasi. Karena dianggap telah jauh tertinggal oleh bintang-bintang lain yang mengikuti jalur normal evolusi untuk menjadi raksasa merah, bintang-bintang biru belia ini dijuluki blue straggler. Mereka tampaknya mengalami peremajaan, dari lanjut usia kembali ke masa remaja sebagai bintang yang lebih panas dan lebih cerah, sekaligus memperoleh kesempatan untuk memulai hidup baru dalam proses itu.

Satu tim astronom menggunakan Hubble untuk mempelajari blue straggler di Messier 30, sebuah gugus bintang globular yang terbentuk sekitar 13 miliar tahun lalu dan pertama kali ditemukan Charles Messier pada tahun 1764. Terletak sekitar 28.000 tahun cahaya dari Bumi, ikatan ratusan ribu bintang ini menduduki ruang relatif sempit, hanya seluas sekitar 90 tahun cahaya.

Meskipun fenomena blue straggler telah diketahui sejak sejak awal tahun 1950-an, proses yang membentuk mereka adalah teka-teki astrofisika yang belum terpecahkan. “Seperti melihat beberapa anak di dalam foto sekelompok manula di panti jompo. Wajar untuk menanyakan mengapa mereka ada di sana.” kata Francesco Ferraro dari Universitas Bologna di Italia, penulis utama makalah ilmiah yang telah dipublikasikan di jurnal Nature. Para ilmuwan telah mempelajari bintang-bintang blue straggler selama bertahun-tahun dan memahami bahwa usia mereka sudah sangat tua.

Mereka mengalami peremajaan jika berada dalam sistem biner (ganda) rapat. Dalam sistem itu, bintang yang kurang masif justru bertindak layaknya “vampir” yang menyedot hidrogen “segar” dari bintang pendamping yang lebih masif. Pasokan bahan bakar baru hidrogen memungkinkan bintang yang kurang masif untuk menjadi lebih biru dan lebih panas, berperilaku layaknya sebuah bintang pada tahap awal evolusi.

Studi juga mengungkap beberapa blue straggler yang telah diremajakan oleh semacam “face lift” bintang, melalui tabrakan antar bintang. Face lift hampir merupakan tabrakan fisik secara langsung antara dua bintang yang memungkinkan mereka untuk bersatu, mencampur bahan bakar nuklir dan menyalakan kembali api fusi nuklir. Proses penyatuan bintang dan sistem biner melibatkan bintang dengan massa sekitar dua kali massa rata-rata bintang di dalam gugus. 

messier-30-dan-bintang-blue-straggler-informasi-astronomi
Ilustrasi pembentukan blue straggler. Kredit: NASA/ESA

Ilustrasi di atas menunjukkan dua cara pembentukan blue stragglers atau peremajaan bintang di dalam gugus bintang globular. Model pertama menampilkan fenomena tabrakan fisik secara langsung antara dua bintang bermassa rendah di lingkungan padat yang penuh sesak. Mereka menggabungkan bahan bakar dan massa untuk membentuk bintang tunggal yang panas.

Model kedua menggambarkan proses vampirisme dari transformasi sepasang bintang, dengan bintang bermassa lebih rendah menghisap kandungan hidrogen dari bintang bermassa lebih besar sehingga memicu peremajaan.

“Observasi kami menunjukkan perbedaan sifat antara blue straggler yang terbentuk dari tabrakan dan vampirisme. Variasi ini sekaligus memperkuat kedua skenario pembentukan yang benar-benar terjadi,” jelas anggota tim Giacomo Beccari dari ESA (Badan Antariksa Eropa).

Menggunakan data dari Wide Field Planetary Camera 2 (WFPC2) Hubble, tim menyimpulkan bintang-bintang blue straggler lebih terkonsentrasi di pusat gugus. “Lokasi mengindikasikan blue straggler lebih masif daripada sebagian besar bintang di dalam gugus,” tambah Ferraro. “Bintang yang lebih masif cenderung tenggelam jauh ke pusat gugus, seperti sebuah bola bilyar yang tenggelam dalam seember madu.”

Wilayah pusat gugus bintang globular adalah lingkungan yang padat, interaksi antar bintang hampir tidak bisa dihindari. Tim menduga sekitar satu atau dua miliar tahun lalu, Messier 30 mengalami “keruntuhan inti” yang memulai pergeseran bintang ke arah pusat gugus dan mengarah ke peningkatan konsentrasi bintang dengan cepat. Keruntuhan inti meningkatkan jumlah peristiwa tabrakan antar bintang secara drastis dan memicu pembentukan salah satu tipe blue straggler. Di sisi lain, peningkatan konsentrasi bintang karena keruntuhan inti justru mengganggu sistem biner, mendorong fenomena vampirisme yang menghasilkan salah satu tipe blue straggler lainnya.

“Hampir 10% gugus bintang globular di galaksi telah mengalami keruntuhan inti, tetapi inilah pertama kalinya kita mengamati efek keruntuhan inti melalui populasi bintang,” pungkas Barbara Lanzoni dari Universitas Bologna.

“Dua variasi populasi blue straggler di Messier 30 adalah peninggalan keruntuhan inti yang terjadi dua miliar tahun lalu. Dalam konteks luas, penemuan kami menyediakan bukti langsung terkait dampak dinamika gugus pada proses evolusi bintang. Setidaknya sekarang kita harus mengungkap apakah gugus bintang globular lainnya juga menampung dua tipe blue straggler dimaksud.” 

Ditulis oleh: Staf www.nasa.gov, editor: Rob Garner

#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang