Video tahap evolusi raksasa merah yang
menelan sebuah planet.
Kredit: NASA/JPL-Caltech/D. Berry.
Ketika mendekati tahap evolusi raksasa merah sekitar
6 miliar tahun dari sekarang, inti Matahari akan kehabisan bahan bakar. Ketika aktivitas reaksi
fusi nuklir yang mengubah hidrogen menjadi helium melambat, inti Matahari akan
mengalami kontraksi. Seiring mengecilnya volume inti, Matahari akan memanas hingga
memicu babak baru reaksi nuklir, yaitu fusi helium menjadi unsur-unsur yang
lebih berat, seperti karbon, nitrogen dan oksigen.
Inti yang lebih panas juga memaksa reaksi
fusi molekul hidrogen terakhir di “cangkang” material yang mengelilingi inti.
Sementara itu, tambahan suhu panas menyebabkan lapisan terluar gas Matahari membengkak.
Tahap evolusi raksasa merah biasanya merupakan masa paling ganas dari kehidupan
sebuah bintang. Bintang sekarat yang ukurannya semakin membesar, membuang
material lapisan terluar melalui semburan intens episodik.
Di tata surya kita sendiri, Matahari akan begitu
membengkak sehingga diprediksi melelehkan, menguapkan dan menelan sebagian
planet berbatu wilayah terdalam. “Saya yakin Matahari akan menelan Merkurius
dan Venus, tetapi Mars akan selamat. Nasib Bumi, yang berada di antara Venus
dan Mars, belum bisa dipastikan,” kata astronom Dimitri Veras dari
Universitas Warwick.
Para ilmuwan yang mempelajari apakah Bumi
akan dipanggang dan ditelan oleh tahap evolusi raksasa merah Matahari,
menciptakan simulasi komputer tentang interaksi gravitasi antara Bumi dan
Matahari seiring bertambahnya usia tata surya. Pemodelan terbaru menunjukkan
Bumi mungkin tidak akan bisa bertahan utuh. Bahkan, semua planet tata surya yang
mampu bertahan akan diterpa radiasi intens raksasa merah yang menghujani
lapisan atmosfer dan permukaan planet.
“Kehidupan akan musnah,” Mandell mencoba meyakinkan
kita, “Bumi tidak akan layak huni, dan satu-satunya kesempatan untuk bertahan
hidup adalah dengan bermigrasi ke planet baru.”
Orbit planet kemungkinan juga menjadi tidak stabil.
Matahari akan kehilangan sekitar separuh massanya saat berevolusi menjadi
raksasa merah. Cengkeraman gravitasi Matahari terhadap planet-planet tata surya
akan jauh melemah, sehingga orbit planet semakin meluas. Planet-planet terluar
akan mengorbit dua kali lebih jauh. Neptunus, yang saat ini mengorbit Matahari
dari jarak 30 kali jarak Bumi-Matahari, pada akhirnya akan mengorbit dari jarak
60 kali jarak Bumi-Matahari.
Mendekati akhir kehidupannya, ukuran Matahari
akan membesar dan bersinar sangat terang, hingga bisa mengisi seluruh pemandangan
langit dari permukaan planet yang mampu bertahan.
Pemanasan Dunia-Dunia Beku
Air cair sangat dibutuhkan kehidupan, dan
sebuah planet berbatu membutuhkan cahaya bintang dalam porsi yang ideal, sehingga
setiap kandungan air tidak menguap atau membeku. Jika memiliki cukup
informasi tentang jarak antara planet dengan bintang induk, maka para ilmuwan dapat
menentukan apakah planet tersebut bisa menampung air cair. Jika memang bisa
mempertahankan air dalam bentuk cair, berarti planet berada di “zona layak
huni” bintang.
Ilustrasi eksplanet bola es OGLE-2016-BLG-1195Lb. Kredit: NASA/JPL-Caltech |
Tapi, habitabilitas planet akan berubah
seiring pertambahan usia bintang induk. Pada tahun 2016, studi yang dilakukan
oleh satu tim astronom, dipimpin Ramses M. Ramirez dari Universitas Cornell, mempelajari
beberapa bintang untuk memprediksi apa yang akan terjadi terhadap planet yang
mengorbit seiring waktu. Planet beku dapat mencair ketika bintang induk mengembang
saat mencapai tahap evolusi raksasa merah. Energi panas yang semakin banyak
diterima oleh planet beku akan mencairkan es.
“Jauh di masa depan, planet-planet beku
seperti itu malah memasuki zona layak huni bintang raksasa merah, bahkan
mungkin bisa memulai kehidupan, seperti halnya Bumi,” kata Lisa Kaltnegger, ilmuwan
dari Universitas Cornell. “Kemungkinan itu membangkitkan optimisme terbukanya
kesempatan bagi kehidupan dalam jangka panjang.”
Lantas, bagaimanakah proses kematian yang
harus dilalui oleh Matahari dan bintang-bintang semacam itu? Temukan jawabannya
di artikel: Kematian dan Kehidupan Baru Sistem Planet
Ditulis oleh: Elizabeth Landau,
exoplanets.nasa.gov
Sumber: Aging Into Gianthood
Komentar
Posting Komentar