“Jika kita menemukan banyak planet mirip
Bumi, berarti kita tidak sendirian. Suatu hari nanti mungkin kita akan bergabung
dengan peradaban maju lainnya di alam semesta,” kata William Borucki, peneliti
utama misi Kepler NASA.
Ratusan miliar planet kemungkinan
terperangkap di dalam pusaran lengan galaksi Bima Sakti. Adapun Bumi yang terletak
di lokasi terpencil di salah satu lengan galaksi Bima Sakti, relatif baru mulai
mengintip ruang angkasa luas. Kita sudah mengamati pantulan cahaya redup dari
planet-planet yang mengorbit bintang-bintang jauh. Bahkan, telah “mencicipi”
beberapa atmosfer mereka dengan mengurai spektrum cahaya yang redup tersebut.
Tujuan pamungkas program eksoplanet NASA
adalah untuk menemukan tanda-tanda kehidupan. Seberapa cepat tujuan tercapai,
tergantung pada dua faktor yang tidak diketahui: faktor prevalensi kehidupan di
galaksi dan faktor keberuntungan saat kita memulai eksplorasi.
Misi perintis perburuan planet NASA, seperti
Kepler dan K2, atau misi masa depan Teleskop Antariksa James Webb yang akan
segera diluncurkan, dapat menyediakan bukti awal dari dunia yang berpotensi
layak huni. Observasi K2 terhadap bintang-bintang terdekat yang lebih terang,
kesulitan untuk menemukan planet seukuran Bumi yang mengorbit di zona layak
huni bintang induk, sehingga membutuhkan observasi tindak lanjut oleh
instrumen lain untuk mengungkap eksistensi lautan, langit biru, dan benua.
Demikian pula dengan James Webb yang
dirancang untuk meneliti planet raksasa gas dan Bumi super, mungkin hanya akan
menemukan kembaran Bumi yang ukurannya lebih besar. Namun, WFIRST (Wide-Field Infrared Survey Telescope)
yang direncanakan meluncur pada pertengahan tahun 2020-an, dapat memusatkan
perhatian pada pantulan cahaya planet untuk mendeteksi tanda-tanda oksigen, uap
air, atau indikasi lain jejak kehidupan.
Jika keberuntungan tidak memihak kita, maka
upaya pencarian jejak biolofis dapat memakan waktu hingga puluhan tahun.
Menemukan “kelerang biru-putih” lain yang disembunyikan kilau cahaya bintang
bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami. Desain pemburu planet generasi berikutnya
baru akan terwujud pada tahun 2030-an atau 2040-an.
Atmosfer Asing di Seberkas Cahaya
Lantas, bagaimana cara kita menemukan
kehidupan di luar Bumi? Jawabannya terkait erat dengan pelangi. Sebagaimana
disadari oleh Isaac Newton, cahaya putih yang terurai saat melalui prisma menjadi
pita warna yang membentang dari ungu ke merah, selanjutnya dikarakteristik
menjadi “panjang gelombang”. Unsur kimia dan molekul gas di atmosfer eksoplanet
dapat menyerap bagian tertentu dari pita warna yang disebut spektrum dan
meninggalkan celah hitam sempit.
Menggunakan teknik spektroskopi, analisis cahaya
bintang yang melalui atmosfer planet jauh akan terlihat mirip barcode. Bagian
spektrum cahaya yang hilang bisa memberikan informasi tentang komposisi
atmosfer.
Satu
pola celah hitam pada spektrum mungkin mengindikasikan metana dan oksigen. Jika kedua molekul ini hadir
bersamaan, maka bisa mengarah ke jejak biologis. Atau kita mungkin membaca
barcode yang mengindikasikan pembakaran hidrokarbon, dengan kata lain, kabut
asap. Bahkan tanpa mendengarkan pembicaraan mereka, kita bisa mengetahui kehadiran teknologi peradaban asing melalui pencemaran (polusi) udara.
Resep Kimiawi Biologis
Lalu, ada pula bentuk kehidupan yang tidak
kita kenal. Meskipun cukup masuk akal untuk terlebih dahulu mencari organisme
biologis yang mirip dengan kita, namun kita belum bisa menentukan apakah
kehidupan di luar sana juga berbasis karbon. Karena bisa saja kehidupan spesies
asing tersusun atas kombinasi molekul yang berbeda dari kehidupan di Bumi.
Sara Seager, profesor fisika dari MIT, telah
memutuskan untuk mengatasi permasalahan ini dengan menyusun daftar kombinasi
kimiawi yang berpotensi mengarah ke jejak biologis spesies asing. Seager bersama para
kolega telah menghabiskan waktu beberapa tahun untuk memperoleh enam elemen
utama yang terkait erat dengan kehidupan di Bumi: karbon, nitrogen, oksigen,
fosfor, sulfur dan hidrogen.
Astronom Sara Seager dari MIT. |
“Kita mungkin harus mempertimbangkan semua
molekul potensial yang bisa saja berwujud gas,” kata Seager. “Kenapa tidak
mempertimbangkan semuanya? Karena memang sangat mudah mengkombinasikannya,
seperti memilih huruf alfabet kemudian mengkombinasikannya dengan huruf-huruf lainnya.”
Memang sulit menentukan resep kimiawi yang
terkait dengan kehidupan. Bahkan jika prediksi kita benar, semua itu tetap
hanya permulaan dari kemungkinan jejak kehidupan asing.
“Jumlah planet yang kita miliki hanya
sedikit, jadi keberuntungan harus memihak kita,” jelas Seager. “Saya tidak
ingin ada yang terlewat, karena kita tak cukup cerdas untuk memikirkan molekul
yang tepat.”
Lalu, bagaimana dengan teknologi teleskop
berbasis antariksa yang dikembangkan oleh NASA untuk menemukan kehidupan di
antara bintang-bintang? Pelajari lebih lanjut di artikel: Tantangan Teknologi untuk Menemukan Eksoplanet
Ditulis oleh: Pat Brennan,
exoplanets.nasa.gov, editor: Kristen Walbolt
Komentar
Posting Komentar