Jika
tinggal di dekat lautan, kamu mungkin pernah melihat rambu peringatan tsunami
seperti yang terpampang di British Columbia Kanada ini.
Kredit: Mimigu CC BY
3.0
Tsunami
adalah sebuah kata dari bahasa Jepang yang berarti “gelombang pelabuhan”. Tsunami
adalah gelombang besar yang disebabkan oleh pergeseran kerak bumi yang menggerakkan
air laut, misalnya karena gempa bumi atau letusan gunung berapi di lautan.
Kerak
bumi terdiri dari bagian-bagian yang disebut lempeng tektonik. Gempa bumi
terjadi saat lempeng tektonik saling mendorong dengan kuat, sehingga salah satu
lempeng tergelincir atau pecah. Bayangkan saat kamu bersandar pada temanmu.
Jika kalian saling mendorong, maka kamu atau temanmu atau kalian berdua yang
akan jatuh.
Jika
gempa bumi terjadi di lautan, lempeng tektonik dapat didorong ke atas atau
tergelincir. Pergeseran ini mendorong air di atasnya, karena mengambil alih
tempat di mana air seharusnya berada. Lantas ke mana air mengalir? Air mengalir
dalam wujud gelombang besar ke daratan.
Animasi
tsunami pada bulan Oktober 2012 saat melintasi Hawaii. Saat bergerak, gelombang
(garis biru/putih tua) menyebabkan perubahan di atmosfer yang dapat dideteksi
oleh satelit navigasi.
Kredit: Universitas Sapienza/NASA-JPL/Caltech
Demikian
pula dengan gunung berapi yang meletus di dalam laut. Lava yang mengalir keluar
dari gunung berapi mendorong air di sekitarnya menjadi gelombang besar. Jika
gempa bumi atau letusan gunung berapi terjadi sangat masif, tentu saja ombak
yang dihasilkan akan lebih besar.
Tsunami
yang berbahaya biasanya dimulai dari lautan terdalam, ketika air laut
dalam jumlah yang besar didorong ke daratan. Saat mendekati pantai, gelombang
semakin tinggi karena lautan semakin dangkal. Jika air laut mendadak surut atau
menjauhi pantai, tsunami dahsyat mungkin akan terjadi.
Video
yang menjelaskan bagaimana gempa bumi di bawah laut dapat memicu tsunami.
Kredit: NOAA
Tinggi
gelombang tsunami bisa mencapai ratusan kaki, bergerak sangat cepat dan berbahaya, bahkan bagi mereka yang tidak berada di dekat pantai. Tsunami
berpotensi menyebabkan bencana alam yang sangat merusak dan merobohkan seluruh
bangunan.
Tetapi
tidak semua gempa bumi atau letusan gunung berapi memicu tsunami, karena
tsunami bergantung pada banyak hal. Struktur dasar laut, jarak dan arah gempa
adalah beberapa faktor utama penyebab tsunami.
Tentu
kita tidak ingin berada di dekat pantai jika tsunami menerjang daratan. Lantas,
bagaimana cara kita meminimalisir dampak tsunami? Para ilmuwan menggunakan
satelit!
Instrumen
MISR di satelit Terra mengambil gambar dari berbagai sudut untuk mendeteksi tsunami.
Kredit: NASA/JPL/Shigeru Suzuki dan Eric M. De Jong, Proyek Visualisasi Tata
Surya
MISR
(Multi-angle Imaging SpectroRadiometer)
adalah instumen NASA yang mengawasi tsunami dari luar angkasa, dilengkapi dengan
sembilan kamera yang mengamati ke segala arah. Dari berbagai sudut, satelit Terra
mengambil sembilan gambar sekaligus dari satu lokasi.
MISR
mengamati cahaya matahari yang dipantulkan oleh riak dan gelombang air laut.
Satelit yang hanya langsung melihat lurus ke bawah tidak bisa mengamati
riak-riak seperti ini.
Rangkaian
gambar MISR yang diambil selama enam menit pada tanggal 26 Desember 2004, menunjukkan
saat gelombang tsunami muncul di garis pantai tenggara India.
Kredit: NASA/GSFC/LaRC/JPL,
Tim MISR
Gambar-gambar
ini membantu para ilmuwan untuk memahami tsunami. Semakin banyak kita mempelajari
tsunami, semakin akurat kita memprediksi di mana, kapan dan seberapa kuat
tsunami akan berlangsung. Dengan begitu, kita bisa memperoleh cukup peringatan dini
untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman.
Ditulis
oleh: Staf spaceplace.nasa.gov
Sumber:
What Is a Tsunami?
Komentar
Posting Komentar