Visualisasi
komputer dari gugus quasar U1.27, salah satu objek terbesar yang pernah ditemukan di alam
semesta.
Kredit: Roger G. Clowes
Titik-titik ini adalah 73 quasar yang secara kolektif
adalah salah satu objek terbesar yang pernah ditemukan di alam semesta. Secara
teknis diberi kode U1.27, tetapi lebih familiar disebut Huge-LQG (Large Quasar
Group), gugus quasar ini membentang sekitar 4
miliar tahun cahaya. Sebagai
perbandingan, galaksi Bima Sakti kita hanya berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya.
Setiap quasar telah menempuh perjalanan selama miliaran
tahun dari pusat galaksi masing-masing untuk mencapai teleskop kita.
Huge-LQG U1.27 ditemukan oleh satu
tim astronom yang dipimpin oleh Roger G. Clowes dari University
of Central Lancashire.
Tim menghasilkan penemuan berdasarkan analisis arsip data Sloan Digital Sky Survey dan
telah mempublikasikan makalah
ilmiah yang merinci penelitian di Monthly
Notices of the Royal Astronomical Society.
U1.27 terletak sangat dekat dengan gugus quasar lain yang ditemukan oleh Clowes pada tahun 1991, yaitu Clowes
& Campusano LQG (CCLQG). Karena begitu masif dan terletak begitu dekat dengan objek masif
lainnya, eksistensi U1.27 seolah menantang prinsip kosmologis yang digagas oleh Einstein, alam semesta akan
terlihat homogen dalam skala
yang cukup besar. Tetapi wilayah langit yang menampung Huge-LQG dan CCLQG tentunya
adalah anomali. “Bahkan setelah mempertimbangkan prinsip-prinsip kosmologis, secara
substansial Huge-LQG melampaui struktur terbesar kosmos yang pernah kita
bayangkan,” tulis Clowes melalui email. “Beberapa
penemuan terbesar kami sebelumnya tidak bisa disandingkan
dengan yang satu ini.”
Clowes
melanjutkan, “memang cenderung logis, meskipun belum
pernah didemonstrasikan (dalam simulasi).” Seiring waktu, para ilmuwan telah mencoba untuk mengotak-atik
skala homogenitas dari prinsip kosmologis untuk mengakomodasi struktur terbesar di alam semesta. “Meskipun hanya
beberapa persen dari ukuran alam semesta teramati, kita mungkin
tidak pernah menemukan hal semacam itu lagi.”
Ditulis oleh: Rebecca
J. Rosen, www.theatlantic.com
Komentar
Posting Komentar