Mengapa
alam semesta bisa menjadi seperti yang kita amati saat ini? Dan bagaimana alam
semesta akan berakhir? Inilah dua pertanyaan fundamental yang telah sekian lama
menarik perhatian umat manusia. Sejak penemuan ekspansi kosmos pada tahun 1929,
para astronom telah menggagas beberapa teori penting untuk memahami bagaimana
alam semesta bermula dan bagaimana alam semesta berevolusi menjadi seperti
sekarang ini. Para astronom mengetahui bahwa galaksi dan gugus galaksi
terbentuk dari fluktuasi kecil pada awal alam semesta. Kita dapat mengukur
fluktuasi ini dengan memetakan radiasi latar belakang mikro kosmik dan menghubungkannya
dengan struktur alam semesta yang kita amati hari ini. Namun, masih banyak
pertanyaan yang harus dijawab, seperti:
1. Berapa Usia Alam Semesta, atau Seberapa Cepat Laju Ekspansinya?
Pada tahun 1920-an, astronom Edwin Hubble menggunakan teleskop 2,5 meter di Observatorium Mount Wilson, California, untuk mendeteksi bintang-bintang variabel di sebuah nebula. Hubble menyadari bintang-bintang yang ia amati memiliki variasi karakteristik yang serupa dalam hal kecerahan seperti bintang variabel Cepheid. Sebelumnya, astronom Henrietta Levitt telah menunjukkan korelasi akurat antara perubahan periodik kecerahan variabel Cepheid dan luminositasnya. Menggunakan korelasi ini, Hubble membuktikan nebula yang ia amati menampung bintang-bintang variabel di luar galaksi Bima Sakti kita sendiri.
1. Berapa Usia Alam Semesta, atau Seberapa Cepat Laju Ekspansinya?
Pada tahun 1920-an, astronom Edwin Hubble menggunakan teleskop 2,5 meter di Observatorium Mount Wilson, California, untuk mendeteksi bintang-bintang variabel di sebuah nebula. Hubble menyadari bintang-bintang yang ia amati memiliki variasi karakteristik yang serupa dalam hal kecerahan seperti bintang variabel Cepheid. Sebelumnya, astronom Henrietta Levitt telah menunjukkan korelasi akurat antara perubahan periodik kecerahan variabel Cepheid dan luminositasnya. Menggunakan korelasi ini, Hubble membuktikan nebula yang ia amati menampung bintang-bintang variabel di luar galaksi Bima Sakti kita sendiri.
Hubble menentukan jarak nebula, yang ternyata adalah sebuah galaksi tersendiri, dan kecepatan pergerakan relatifnya terhadap Bumi. Dari sini, Hubble membuat penemuan luar biasa, semakin jauh jarak galaksi-galaksi dari Bumi, semakin cepat pula mereka menjauh dari kita. Dengan kata lain, alam semesta mengembang semakin luas.
Baca juga: Bintang Variabel Cepheid sebagai Penentu Jarak Kosmik
2. Seperti Apa Bentuk Alam Semesta?
Tingkat kerapatan menentukan geometri atau bentuk alam semesta. Jika kerapatan alam semesta melampaui “ambang batas kerapatan”, maka bentuk alam semesta akan melengkung seperti permukaan bola. Jika kerapatan alam semesta kurang dari “ambang batas kerapatan”, maka bentuk alam semesta akan melengkung seperti permukaan pelana. Jika kerapatan alam semesta setara dengan “ambang batas kerapatan”, maka bentuk alam semesta akan datar seperti selembar kertas.
Para astronom terus berupaya untuk mengungkap bentuk sejati alam semesta. Teori yang paling diterima secara luas memprediksi kerapatan alam semesta hampir setara dengan “ambang batas kerapatan”, berarti alam semesta itu datar, seperti selembar kertas.
Baca juga: Bagaimana Cara Para Astronom Menghitung Usia Alam Semesta?
3. Seperti Apa Takdir Pamungkas Alam Semesta?
Para kosmolog menggagas dua konsep utama sebagai takdir pamungkas alam semesta: Big Freeze atau Big Crunch. Evolusi alam semesta ditentukan oleh pergulatan antara momentum keluar ekspansi kosmos dan tarikan ke dalam gaya gravitasi. Kekuatan gaya gravitasi tergantung pada kerapatan alam semesta. Jika kerapatan alam semesta kurang dari “ambang batas kerapatan”, maka alam semesta akan mengembang semakin luas untuk selamanya. Jika kerapatan alam semesta melampaui “ambang batas kerapatan”, maka gaya gravitasi akan unggul dan alam semesta akan runtuh ke dalam dirinya sendiri.
Baca juga: Apakah Ada yang Selamat? Inilah 4 Skenario Akhir Jagad Raya Menurut Sains
Ditulis oleh: Staf imagine.gsfc.nasa.gov
Sumber: Origin and Destiny of the Universe
#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa
Komentar
Posting Komentar