Langsung ke konten utama

Video: Hubble Pelajari Atmosfer Eksoplanet Layak Huni TRAPPIST-1

Kredit: Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA/Katrina Jackson
 
Menggunakan Teleskop Antariksa Hubble NASA, para astronom telah menggelar survei spektroskopi pertama terhadap planet-planet seukuran Bumi yang mengorbit di zona layak huni sistem TRAPPIST-1. Dari observasi Hubble, setidaknya lima planet terdalam diduga tidak mengandung atmosfer kaya hidrogen seperti atmosfer planet gas seperti Neptunus. Berarti atmosfer mereka kemungkin lebih dangkal dan kaya akan gas yang lebih berat seperti karbon dioksida, metana, dan oksigen.
 
Teleskop Antariksa Hubble NASA telah mempelajari atmosfer beberapa planet seukuran Bumi di dalam sistem TRAPPIST-1, termasuk tiga planet yang mengorbit di zona layak huni bintang induk yang berpotensi menopang air cair di permukaan planet.
 
Para astronom dan komunitas astronomi sangat berantusias dengan penemuan planet-planet seukuran Bumi di sistem TRAPPIST-1. Planet-planet tersebut mengorbit sebuah bintang katai ultra-dingin dan terletak sekitar 40 tahun cahaya dari Bumi.
 
Para astronom telah menggagas teori tentang seperti apa karakteristik planet-planet TRAPPIST-1 dan apakah mereka berpotensi menopang kehidupan, meskipun kita belum dapat memastikannya hingga kita memperoleh pengamatan yang lebih komprehensif dari sistem TRAPPIST-1, termasuk data tentang atmosfer planet.
 
Saat sebuah planet di dalam sistem TRAPPIST-1 melintas di depan bintang induk dari sudut pandang kita, planet menghalangi sebagian kecil cahaya bintang. Dan teleskop seperti Hubble dapat mengamati perubahan pada panjang gelombang cahaya tertentu, yang menyediakan petunjuk tentang komposisi dan ukuran atmosfer planet.
 
Observasi Hubble terhadap planet TRAPPIST-1 b dan c pada bulan Mei 2016, menunjukkan bahwa kedua planet itu tampaknya tidak memiliki atmosfer tebal yang kaya hidrogen, sekaligus mengindikasikan bahwa keduanya cenderung planet berbatu dan bukan planet raksasa gas mini.
 
Hubble kemudian mengamati planet TRAPPIST-1 d, e, f, dan g pada bulan Desember 2016 dan Januari 2017 dalam panjang gelombang inframerah-dekat, dan memperoleh hasil yang serupa. Hubble tidak menemukan tanda-tanda atmosfer tebal yang kaya hidrogen untuk satu satu dari keempat planet. Data Hubble juga memperkuat dugaan bahwa atmosfer planet TRAPPIST-1 d, e, dan f sama sekali tidak mirip dengan atmosfer planet raksasa gas.
 
Namun, data dari serangkaian observasi ini belum cukup kuat untuk mengetahui apakah atmosfer planet TRAPPIST-1 g kaya dengan hidrogen, meskipun para peneliti belum mengesampingkannya. Planet TRAPPIST-1 e, f, dan g mengorbit bintang induk dari jarak ideal yang berpotensi menopang air cair di permukaan, sementara TRAPPIST-1 d kemungkinan agak terlalu panas. Hubble belum melakukan pengamatan terhadap planet TRAPPIST-1 h, yang berada di luar zona layak huni sistem tersebut.
 
Secara singkat, Hubble belum menemukan bukti terkait atmosfer kaya hidrogen untuk planet TRAPPIST-1 b, c, d, e, dan f. Dari kelima planet itu, TRAPPIST-1 e dan f mengorbit di zona layak huni. Dibutuhkan lebih banyak data untuk planet TRAPPIST-1 g dan Hubble belum mengamati planet TRAPPIST-1 h.
 
Namun satu hal yang perlu dicatat, bahkan planet-planet di luar zona layak huni sekalipun, masih berpotensi menampung air cair di suatu tempat di permukaannya dalam kondisi tertentu. Selain itu, jika salah satu dari planet-planet TRAPPIST-1 memiliki awan dan kabut high-altitude, maka akan menghalangi Hubble untuk mendeteksi atmosfer tebal yang kaya hidrogen, meskipun atmosfer semacam itu kemungkinan besar tidak akan terdeteksi di planet-planet itu.
 
Masih banyak kemungkinan untuk jenis atmosfer apa yang menyelimuti planet-planet ini, atau bahkan apakah mereka benar-benar memiliki atmosfer. Planet-planet TRAPPIST-1 bisa saja diselimuti dengan atmosfer padat yang mirip dengan atmosfer Mars, Venus, Bumi, atau justru sama sekali berbeda.
 
Para peneliti menggantungkan harapan kepada visi spektrum ultraviolet Hubble untuk mencari bukti uap air atau metana, dan visi inframerah-jauh Teleskop Antariksa James Webb NASA yang telah diluncurkan untuk mengkarakterisasi atmosfer secara lebih rinci. Teleskop masa depan juga diharapkan dapat mencari petunjuk apakah planet-planet TRAPPIST-1 layak huni dan apakah mereka menampung kehidupan.
 
Saat ini, sistem TRAPPIST-1 dianggap memberikan peluang terbaik yang kita miliki untuk mempelajari eksoplanet seukuran Bumi. Selama beberapa tahun ke depan, Hubble dan jajaran teleskop lainnya akan bekerja sama untuk mengungkap misteri yang masih menyelimuti sistem TRAPPIST-1. Dan untuk pertama kalinya, kita akan memiliki pemahaman mendalam tentang serangkaian eksoplanet yang berada jauh di luar tata surya kita sendiri.
 
Sumber: Hubble Observes Atmospheres of TRAPPIST-1Exoplanets in the Habitable Zone
 
#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang