Langsung ke konten utama

Apakah Kita Sendirian di Alam Semesta? Menurut NASA

Tak pernah ada waktu terbaik untuk merenungkan pertanyaan klasik ini. Sekarang kita telah menemukan ribuan eksoplanet, atau planet yang mengorbit bintang selain Matahari di alam semesta.

Lantas, berapa banyak dari mereka yang dapat menopang kehidupan?

Para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu, termasuk astrofisika, ilmu Bumi, heliofisika dan ilmu keplanetan, terus berupaya untuk memecahkan pertanyaan ini.

Berikut adalah beberapa strategi yang para ilmuwan gunakan untuk mempelajari habitabilitas sebuah eksoplanet!

apakah-kita-sendirian-di-alam-semesta-informasi-astronomi


Sayangnya, gambar eksoplanet teleskopik terbaik yang kita miliki hanya berukuran beberapa piksel. Tetapi para ilmuwan dari disiplin ilmu Bumi tak kenal kata menyerah untuk mengekstrak secara maksimal informasi tentang eksoplanet.

Satu tim ilmuwan telah mengambil gambar planet Bumi dalam resolusi tinggi menggunakan Earth Polychromatic Imaging Camera dan meminimalisir piksel untuk menyesuaikannya dengan gambar-gambar eksoplanet resolusi rendah. Mereka mencoba proses rekayasa ulang dengan mengekstrak sebanyak mungkin informasi terakurat dari gambar yang minim informatif.

apakah-kita-sendirian-di-alam-semesta-informasi-astronomi
Kredit: NOAA/NASA/DSCOVR

Sejauh ini, dengan melihat perubahan kecerahan Bumi melalui perbandingan tanah dengan air, para ilmuwan mampu merekayasa ulang Albedo Bumi (proporsi pantulan radiasi Matahari), kemiringan poros rotasi Bumi terhadap bidang orbit, laju rotasi dan perbedaan antara musim. Semua faktor ini berpotensi memengaruhi kemampuan planet untuk menopang kehidupan.

Menghindari “Zona Venus”

Bahkan sampel terburuk bisa diolah menjadi informasi berharga dalam sains. Ketika menentukan habitabilitas, Venus adalah sampel yang buruk. Dengan suhu rata-rata permukaan 850 derajat Fahrenheit, atmosfer yang didominasi asam sulfat dan tekanan permukaan yang 90 kali lebih kuat daripada Bumi, Venus jauh dari kata ramah terhadap kehidupan.

apakah-kita-sendirian-di-alam-semesta-informasi-astronomi
Citra permukaan Venus yang diabadikan oleh pesawat antariksa Venera milik Soviet pada tanggal 13 pada Maret 1982.

Bumi dan Venus hampir mirip dalam hal ukuran, namun begitu berbeda dalam habitabilitas. Para ilmuwan sedang mempelajari kondisi yang membedakan Bumi dari Venus sebagai cara untuk membedakan planet-planet layak huni seukuran Bumi.

Menggunakan data dari Teleskop Antariksa Kepler NASA, para ilmuwan berupaya menentukan “Zona Venus” atau sebuah wilayah di mana insolasi planet, jumlah cahaya yang diterima planet dari bintang induk, bertanggung jawab atas erosi atmosfer dan siklus gas rumah kaca.

apakah-kita-sendirian-di-alam-semesta-informasi-astronomi

Planet-planet yang terlihat mirip Bumi, tetapi berada di Zona Venus bintang induk, menurut para ilmuwan mustahil mendukung kehidupan.

Membuat Model Interaksi Antara Bintang dan Planet

Ketika sebuah variabel dalam suatu persamaan tidak diketahui, para ilmuwan biasanya mencoba memasukkan perkiraan yang masuk akal dan melihat bagaimana hasilnya. Para ilmuwan juga menerapkan hal serupa untuk mempelajari Proxima b, eksoplanet tetangga terdekat kita. Para ilmuwan tidak memiliki informasi memadai tentang atmosfer dan medan magnet Proxima b yang mengorbit bintang katai merah Proxima Centauri. Namun, para ilmuwan bisa memprediksi apa yang akan terjadi jika Proxima b memiliki atmosfer dan medan magnet.

Para ilmuwan memulai dengan menghitung radiasi yang dipancarkan oleh Proxima Centauri berdasarkan pengamatan Observatorium Sinar-X Chandra NASA. Dengan menghitung radiasi bintang, mereka bisa memperkirakan dampak pelepasan ionesfer di atmosfer Proxima b, sebuah proses yang melucuti atmosfer planet karena radiasi intens bintang induk.

Dengan kondisi ekstrem yang mungkin berlangsung di sana, Proxima b dapat kehilangan atmosfer yang setara dengan atmosfer Bumi dalam waktu 100 juta tahun, kurun waktu relatif singkat dibandingkan usia 4 miliar tahun usia Proxima b saat ini. Bahkan dalam skenario pemodelan terbaik, atmosfer akan dilucuti dalam waktu sekitar 2 miliar tahun. Dengan kata lain, bahkan jika Proxima b pada suatu masa pernah memiliki atmosfer sebagaimana atmosfer di Bumi, berarti Proxima b telah sedari dulu kehilangan atmosfernya.

Membayangkan Mars dengan Bintang Induk yang Berbeda

Para ilmuwan menduga Mars dulu pernah layak huni, memiliki kondisi yang ideal untuk menampung air dan mampu mempertahankan atmosfer seperti Bumi. Namun seiring waktu, atmosfer Mars berangsur-angsur lenyap. Karena tidak seperti Bumi, Mars tidak memiliki perisai medan magnet sehingga terus dibombardir radiasi ganas angin surya.

apakah-kita-sendirian-di-alam-semesta-informasi-astronomi

Tetapi, sebagai planet terestrial (berbatu) lain di tepi zona layak huni tata surya, Mars bisa menjadi model berharga untuk menentukan eksoplanet layak huni. Data yang dikumpulkan selama misi Mars Atmosphere and Volatile Evolution, atau MAVEN, membantu para ilmuwan menjawab pertanyaan berikut: “Bagaimana Mars akan berevolusi jika mengorbit bintang yang berbeda?”

Para ilmuwan menggunakan simulasi komputer berdasarkan analisis arsip data MAVEN untuk membuat model planet mirip Mars yang mengorbit bintang katai merah. Zona layak huni dari bintang katai merah berada lebih dekat daripada zona layak huni Matahari.

apakah-kita-sendirian-di-alam-semesta-informasi-astronomi

Namun, menduduki zona layak huni yang lebih dekat dari bintang induk juga membawa konsekuensi tersendiri. Dalam situasi imajiner ini, planet akan menerima 5-10 kali radiasi ultraviolet daripada yang diterima Mars dari Matahari, sehingga mempercepat pelucutan atmosfer dan memperpendek periode habitabilitas planet.

Hasil studi habitabilitas eksoplanet yang digelar NASA memperjelas betapa pentingnya keseimbangan kosmik agar kehidupan dapat berkembang. Tetapi, setiap metode menyediakan alat baru yang berharga dalam upaya pencarian multi disiplin ilmu untuk menemukan kehidupan di eksoplanet. Dipersenjatai dengan alat-alat ini, ditambah keragaman perspektif sains, kita berada pada posisi yang lebih baik untuk bertanya: “apakah kita sendirian di alam semesta?”


Ditulis oleh: Staf www.nasa.gov


#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inti Galaksi Aktif

Ilustrasi wilayah pusat galaksi aktif. (Kredit: NASA/Pusat Penerbangan Antariksa Goddard) Galaksi aktif memiliki sebuah inti emisi berukuran kecil yang tertanam di pusat galaksi. Inti galaksi semacam ini biasanya lebih terang daripada kecerahan galaksi. Untuk galaksi normal, seperti galaksi Bima Sakti, kita menganggap total energi yang mereka pancarkan sebagai jumlah emisi dari setiap bintang yang ada di dalamnya, tetapi tidak dengan galaksi aktif. Galaksi aktif menghasilkan lebih banyak emisi energi daripada yang seharusnya. Emisi galaksi aktif dideteksi dalam spektrum inframerah, radio, ultraviolet, dan sinar-X. Emisi energi yang dipancarkan oleh inti galaksi aktif atau active galaxy nuclei (AGN) sama sekali tidak normal. Lantas bagaimana AGN menghasilkan output yang sangat energik? Sebagian besar galaksi normal memiliki sebuah lubang hitam supermasif di wilayah pusat. Lubang hitam di pusat galaksi aktif cenderung mengakresi material dari wilayah pusat galaksi yang b...

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia ...

Mengapa Bentuk Bulan Selalu Berubah?

Ketika memandang langit malam, kamu mungkin pernah memperhatikan bentuk bulan yang terlihat sedikit berbeda pada setiap malamnya. Perbedaan tampilan bentuk ini disebabkan oleh fase dan tipe bulan menurut sudut pandang kita di bumi. Bulan purnama berlangsung saat seluruh sisi bulan yang menghadap bumi diterangi oleh cahaya matahari. Tapi tahukah kamu, bulan purnama tidak selalu terlihat sama? Terkadang, bulan tampak bersinar merah. Sementara pada waktu yang lain, ukuran bulan tampak lebih besar daripada biasanya. Sebenarnya warna dan ukuran bulan tidak pernah berubah. Perubahan penampilan ini bisa terjadi karena pergeseran posisi bulan di antara matahari dan bumi. Ada beberapa jenis bulan purnama yang dianggap istimewa karena lebih jarang terjadi, Mereka adalah bloodmoon (bulan darah), supermoon (bulan super), blue moon (bulan biru) dan harvest moon . Bloodmoon (bulan darah) Bloodmoon di langit malam pada tahun 2014. Kredit: Pusat Penelitian Ames NASA/Brian Da...