Pernah ada masa yang memungkinkan
kita untuk menempuh perjalanan darat dari Benua Amerika ke Benua Afrika. Tidak
ada lautan yang menghalangi, karena semua benua di Bumi disatukan dalam satu
benuasuper yang disebut
Pangea.
Sekitar 180 juta tahun yang lalu, Pangea mulai retak. Kini
Benua Amerika dan Benua Afrika dipisahkan oleh Samudera Atlantik.
Aneh, bukan?
Terlepas dari wujudnya yang solid dan
keras, permukaan bumi sebenarnya terus bergeser karena aktivitas lempeng tektonik.
Tidak seperti planet-planet lain, kerak bumi tidak terdiri dari hanya
satu lapisan. Ada lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Lempeng tektonik
mengapung di lautan bebatuan cair yang mengalir perlahan.
Lempeng tektonik bergerak karena panas dari inti bumi. Inti radioaktif bumi menghasilkan begitu banyak panas yang membuat planet kita tidak
sepenuhnya mendingin.
Bebatuan cair bergerak dari inti ke
permukaan, kemudian mendingin dan kembali ke inti, suatu proses yang disebut
konveksi.
Seperti sabuk konveyor yang bergerak
perlahan, suhu panas dan bebatuan cair yang tenggelam ke inti mendorong atau
menarik lempeng tektonik untuk menyatu atau terpisah.
Tabrakan antara lempeng
tektonik dapat menghasilkan gunung-gunung besar atau menggeser dasar lautan ke
interior bumi. Aktivitas pemisahan lempeng tektonik bahkan menghasilkan kerak
dan samudera yang benar-benar baru.
Kerak samudera baru terbentuk di zona
pematang mid-ocean, sedangkan proses penghancuran dasar lautan lama berlangsung di zona subduksi. Aktivitas pembentukan
dan penghancuran dasar laut pada akhirnya mengarah ke perubahan benua di
daratan secara bertahap.
Proses ini berlangsung sangat lambat. Dasar Samudra Atlantik hanya bertambah sekitar
satu inci setiap tahun. Dalam beberapa ratus juta tahun lagi, para ilmuwan
menduga seluruh benua akan kembali menyatu seperti superbenua Pangea. Mungkin
kita dapat sekali lagi menempuh perjalanan darat dari Benua Amerika ke Benua
Afrika tanpa ada lautan yang menghalangi.
Selain itu, pergeseran
lempeng tektonik juga dapat menghasilkan gunung berapi.
Kredit: NASA/JPL-Caltech
Ditulis
oleh: Staf spaceplace.nasa.gov
Sumber:
Tectonic Forces
Komentar
Posting Komentar