Langsung ke konten utama

Gambar Menakjubkan Alam Semesta dari Instrumen Kamera Terbaru Hubble

gambar-menakjubkan-alam-semesta-dari-instrumen-kamera-terbaru-hubble-informasi-astronomi
Kredit: NASA, H. Ford (JHU), G. Illingworth (UCSC/LO), M.Clampin (STScI), G. Hartig (STScI), Tim Sains ACS, dan ESA

“Menakjubkan dan luar biasa”. Itulah dua kata yang terucap dari mulut para astronom untuk menggambarkan empat pemandangan pertama alam semesta yang diambil oleh instrumen terbaru Advanced Camera for Surveys Hubble, yang dirilis NASA hari ini.

Upgrade instrumen yang diinstal di Teleskop Antariksa Hubble NASA, dilakukan oleh para astronot selama misi servis keempat Hubble. Selama lima upaya spacewalk paling menantang, para astronot akhirnya berhasil memutakhirkan teleskop yang ditempatkan di atas orbit Bumi dengan kamera baru, unit sumber daya baru, solar array baru dan unit pendingin eksperimental untuk kamera inframerah. Sejak itu, Hubble telah beroperasi dengan luar biasa dan menghasilkan gambar benda langit secara menakjubkan.

“Hari ini, Hubble menandai awal dari era baru eksplorasi antariksa,” kata Dr. Ed Weiler, pejabat sains antariksa di Markas Besar NASA, Washington. “Tim ilmuwan dan insinyur yang berada di darat dan para astronot di luar angkasa, sekali lagi telah melakukan hal yang mustahil. Setelah beroperasi selama 12 tahun di luar angkasa, tak sekadar memperoleh perombakan besar, kamera terbaru Hubble telah menunjukkan kepada kita, bahkan setelah 12 tahun misi sains luar biasa melalui gambar-gambar menakjubkan, yang tak bisa disandingkan dengan sebelum upgrade.”

Di antara empat gambar Advanced Camera for Survey (ACS) yang dirilis hari ini, pemandangan menakjubkan diperlihatkan oleh fenomena tabrakan antar galaksi yang dijuluki “Berudu”. Terletak 420 juta tahun cahaya dari Bumi, Berudu sama sekali tak mirip dengan deskripsi buku standar tipe galaksi. Dengan ekor bintang yang memanjang, Berudu menggambarkan esensi alam semesta yang dinamis, bergejolak dan ganas.

“ACS membuka lebar jendela baru ke alam semesta. Inilah salah satu gambar terbaik dari alam semesta jauh yang pernah dilihat umat manusia,” kata astronom Holland Ford dari Universitas Johns Hopkins yang bertanggung jawab atas pengembangan kamera ACS selama tujuh tahun.

Sepuluh kali lipat peningkatan efisiensi kamera, akan membuka babak baru penemuan. “ACS akan membawa kita menembus perbatasan alam semesta awal. Kita bahkan akan memasuki ‘twilight zone’, periode ketika galaksi baru saja mulai terbentuk setelah zaman kegelapan alam semesta,” kata Ford.

Sebagai kamera tercanggih, ACS diharapkan melampaui sensitivitas teleskop berbasis darat terbesar untuk mengamati benda langit paling redup yang pernah tercatat. ACS menghasilkan panoramik setara film layar lebar, yang mengandung 16 juta elemen gambar (megapiksel) per gambar. Sebagai perbandingan, foto digital dari kamera yang dijual bebas berkisar antara 2-4 megapiksel.

Gambar Berudu, menggambarkan keunggulan dramatis ACS atas instrumen Hubble sebelumnya, Wide Field Planetary Camera 2. ACS mampu menggandakan area dan resolusi serta menunjukkan peningkatan sensitivitas lima kali lipat. Bonus tambahan tak terduga, terletak pada sedemikian banyaknya galaksi latar belakang yang menghiasi gambar Berudu, sehingga ACS dianggap mampu menandingi gambar Hubble Deep Field (HDF).

Namun ACS hanya membutuhkan 1/12 dari total waktu yang dibutuhkan HDF untuk mengambil gambar. Sebagaimana gambar “alam semesta kaya galaksi” HDF pada tahun 1995, gambar ACS mengandung banyak sekali galaksi dalam berbagai bentuk sepanjang 13 miliar tahun evolusi alam semesta. Gambar bidikan ACS sangat tajam, sehingga memungkinkan para astronom untuk mengidentifikasi “building block” galaksi, tabrakan antar galaksi dan galaksi yang terletak begitu jauh.

“ACS memungkinkan kita untuk memperoleh gambar terdalam alam semesta di masa mendatang,” tambah astronom Garth Illingworth dari Universitas California, wakil penanggung jawab tim kamera ACS.

Gambar-gambar lain yang ditangkap ACS termasuk tabrakan antara dua galaksi spiral yang dijuluki “Tikus”. Fenomena ini menggambarkan apa yang mungkin dialami oleh Bima Sakti kita beberapa miliar tahun yang akan datang saat bertabrakan dengan galaksi tetangga Andromeda. Simulasi komputer yang dibuat oleh Joshua Barnes dari Universitas Hawaii dan John Hibbard dari National Radio Astronomy Observatory, menunjukkan fenomena tabrakan galaksi Tikus yang terjadi sekitar 160 juta tahun setelah kedua galaksi bertemu. Simulasi komputer juga memprediksi kedua galaksi yang pada akhirnya akan menyatu. Takdir serupa kemungkinan juga akan dialami oleh Bima Sakti dan Andromeda.

Beralih ke gambar yang lebih dekat dari rumah, ACS mencitrakan “Nebula Kerucut”. Kerucut kosmik yang dibentuk oleh gas dan debu ini, layaknya sepupu “pilar penciptaan” ikonik Nebula Elang (Messier 16) yang diabadikan Hubble pada tahun 1995.

ACS juga mengintip ke “ruang bersalin” bintang Nebula Elang. ACS mengungkap permadani dunia fantasi dengan warna-warna cerah dan pematang gas bercahaya. Tertanam di dalam wilayah kelahiran bintang ini adalah embrio sistem planet.

Selain ACS, para astronot misi servis Hubble juga memasang “refrigerator” mekanik berteknologi tinggi untuk Hubble. “Cryocooler” ini mampu memompa sebagian besar panas keluar dari interior Near Infrared Camera and Multi-Object Spectrometer (NICMOS) dan mempertahankan suhu ideal bagi instrumen.

Sedangkan solar arrays terbaru Hubble dipersenjatai dengan Power Control Unit canggih, yang mampu menghasilkan daya listrik 27% lebih besar daripada instrumen sebelumnya. Solar arrays menggandakan daya listrik yang dapat dialokasikan ke instrumen-instrumen ilmiah Hubble.

“Keberhasilan misi servis Hubble sungguh di luar dugaan,” pungkas Preston Burch, manajer proyek Hubble di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA di Greenbelt Maryland. “Inilah misi servis tersulit dan terumit yang telah meningkatkan keampuhan observatorium antariksa kami saat ini.”

Ditulis oleh: Staf hubblesite.org


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang