Ilustrasi Kepler-186f, planet seukuran Bumi pertama yang pernah divalidasi, mengorbit bintang jauh di “zona layak huni” atau kisaran jarak ideal dari bintang induk yang menopang air cair di permukaan planet. Penemuan Kepler-186f mengkonfirmasi eksistensi planet seukuran Bumi di zona layak huni bintang lain dan menandai langkah signifikan untuk menemukan kembaran Bumi. |
“Jika kita mampu mengidentifikasi planet lain
yang mirip Bumi, itu akan menjadi lingkaran utuh, mulai dari konsep bahwa planet
kita adalah pusat segala sesuatu hingga mengetahui ada banyak Bumi lain di luar
sana,” kata Sara Seager, profesor fisika dan sains planet dari MIT.
Menemukan ribuan planet di luar tata surya
(eksoplanet) adalah momen “eureka” dalam eksplorasi manusia. Tetapi, hasil terbaik
belum diraih, yaitu menemukan bukti sebuah dunia jauh yang ramah terhadap
kehidupan.
Para astronom memulai pencarian di tempat-tempat
familiar. Di planet rumah kita yang saat ini merupakan satu-satunya sampel dunia
yang menampung kehidupan, air adalah harga mati yang tak bisa ditawar.
Jadi para astronom mencari lingkungan serupa
di seluruh kosmos. Di hampir setiap bintang “normal,” termasuk Matahari, kita
dapat menarik garis potensial zona habitabilitas. Kuncinya terletak pada
permukaan planet yang menampung genangan air. Tipe dan ukuran bintang dan
planet sangat bervariasi, interaksi antara faktor-faktor ini menentukan
jangkauan dan pengaruh zona layak huni.
Zona layak huni bintang raksasa yang panas
membara, tentu saja terletak di jarak yang lebih jauh dibandingkan bintang
katai yang lebih kecil dan dingin. Jika tetap pada rencana semula, kita harus memulai perburuan pada apa yang telah kita ketahui, dunia kecil
berbatu adalah taruhan terbaik untuk menemukan bukti biologis.
Jadi, kandidat paling ideal adalah planet
berbatu seukuran Bumi yang mengorbit nyaman di zona layak huni, meskipun
pemahaman tentang apa yang membentuk zona layak huni terus berkembang.
Bintang Induk Ideal
Tak hanya itu, ukuran dan komposisi
planet dan bintang juga sangat memengaruhi tingkat habitabilitas, termasuk
waktu. Bintang masif yang bersinar sangat terang, membara jauh lebih cepat
daripada bintang normal.
Bintang paling terang hanya membara selama
beberapa juta tahun, sedangkan Matahari kita yang merupakan bintang normal,
telah bersinar selama 4,5 miliar tahun dan masih akan bersinar sekitar 5
miliar tahun lagi. Setelah mencapai usia 9,5 miliar tahun, Matahari akan
memasuki tahap evolusi raksasa merah, ukurannya membesar hingga menelan planet-planet terdalam tata surya, meskipun lama sebelum itu Bumi telah garing terpanggang.
Ilustrasi bintang supergiant biru. |
Bentuk kehidupan mikroskopis pertama diprediksi
telah muncul sekitar satu miliar tahun setelah Bumi terbentuk dari debu,
gumpalan dan bongkahan material cakram protoplanet Matahari muda. Mereka bisa
saja muncul lebih cepat, tetapi dibutuhkan waktu sekitar 3 miliar tahun lagi
bagi organisme multiseluler untuk tumbuh dan berkembang.
Beberapa ratus juta tahun dirasa cukup menghasilkan
kehidupan mikroba, tetapi terlalu singkat bagi hewan-hewan besar, terutama
spesies yang mengembangkan bahasa untuk berkomunikasi dan membangun teleskop
radio. Jadi, bintang masif nan panas harus dicoret dari daftar kandidat.
Di sisi lain, bintang katai yang berumur
panjang adalah tempat yang bagus untuk diamati, bahkan zona layak huninya
terletak sangat dekat. Namun planet berbatu mirip Bumi yang ada di zona layak
huni bintang katai merah akan mengalami penguncian pasang surut, seperti halnya
Bulan terhadap Bumi. Berarti satu sisi yang sama selalu menghadap bintang induk
secara permanen dan menghasilkan siang dan malam abadi.
Para ilmuwan pernah berpikir dunia semacam
itu akan dipanggang oleh bintang induk di satu sisi planet, sedangkan sisi yang
lain dingin membeku. Tetapi, observasi dan pemodelan lebih lanjut justru menunjukkan
sirkulasi angin mampu menyelesaikan permasalahan ini dan menghasilkan dunia yang
beriklim sedang.
Taruhan paling aman mungkin ada di bintang mirip
Matahari, plus planet dengan ukuran dan orbit mirip Bumi.
Segelintir Dunia Layak Huni
Lantas, bagaimana kita mencarinya? Hanya
dalam dua dekade eksplorasi, observasi berbasis darat dan antariksa telah
menemukan lebih dari dari 3.200 eksoplanet yang telah dikonfirmasi hanya di satu
sektor langit sempit galaksi Bima Sakti. Jika ditambah dengan kandidat planet
yang belum dikonfirmasi, jumlahnya akan melonjak melampaui angka 5.600.
Sebagian besar planet yang telah ditemukan merupakan
raksasa gas atau es, kecil kemungkinan memiliki permukaan padat untuk menampung
genangan air cair. Sementara jumlah planet berbatu dalam rentang ukuran Bumi
hanya sedikit. Bahkan dengan kemajuan teknologi beberapa tahun mendatang
sekalipun, mustahil untuk mengetahui secara pasti karakteristik biologis apa
pun yang mungkin bisa kita deteksi. Namun, di antara dunia-dunia berbatu mirip
Bumi, kita bisa memperoleh pandangan sekilas tentang kondisi yang tepat bagi
kehidupan.
Lantas, bagaimana kita bisa mengetahui kalau
ada kehidupan di sana? Pelajari lebih lanjut di artikel: Mencari Kehidupan Ekstraterestrial di Lokasi yang Tepat
Ditulis oleh: Pat
Brennan, exoplanets.nasa.gov, editor: Kristen Walbolt
Komentar
Posting Komentar