Langsung ke konten utama

Bintang Deret Utama: Definisi dan Siklus Hidup

bintang-deret-utama-sirius-a-informasi-astronomi
Gambar yang diambil oleh Teleskop Antariksa Hubble ini adalah Sirius A, bintang paling terang di langit malam kita, bersama bintang pengiring yang lebih kecil, Sirius B. Para astronom harus melakukan overexposed atau membuat gambar menjadi lebih terang, agar Sirius B yang redup (titik kecil di bagian bawah kiri) dapat terlihat. Difraksi tajam berbentuk silang dan cincin konsentris di sekitar Sirius A, serta cincin kecil di sekitar Sirius B, dihasilkan oleh sistem pencitraan teleskop. Kedua bintang saling mengorbit setiap 50 tahun sekali. Sirius A yang hanya terletak 8,6 tahun cahaya dari Bumi adalah sistem bintang terdekat kelima.
Kredit: NASA, H.E. Bond dan E. Nelan (Institut Sains Teleskop Antariksa, Baltimore, Maryland); M. Barstow dan M. Burleigh (Universitas Leicester, Inggris); dan J.B. Holberg (Universitas Arizona)

Bintang deret utama melakukan fusi atom hidrogen untuk membentuk atom helium di bagian inti. Sekitar 90% bintang di alam semesta, termasuk Matahari, adalah bintang deret utama. Rentang massa bintang deret utama berada di antara sepersepuluh hingga 200 kali lipat massa Matahari.

Bintang memulai kehidupannya sebagai awan debu dan gas. Gaya gravitasi kemudian menarik awan dan membentuk protostar berukuran kecil yang disuplai oleh material yang runtuh. Protostar kerap terbentuk di awan gas padat dan sangat sulit dideteksi.

“Alam tidak membentuk bintang dalam sebuah isolasi,” ungkap Mark Morris dari Universitas California di Los Angeles dalam sebuah pernyataan. “Alam membentuk bintang di dalam gugus, dari awan debu dan gas yang menjadi tempat kelahiran mereka, yang selanjutnya runtuh karena gaya gravitasinya sendiri.”

Bintang yang berukuran lebih kecil, kurang dari 0,08 massa Matahari, tidak dapat mencapai tahap fusi nuklir di inti bintang dan menjadi katai coklat, bintang gagal yang tidak pernah bersinar. Jika memiliki massa yang cukup besar, maka gas dan debu yang runtuh akan membara lebih panas, hingga akhirnya mencapai suhu yang cukup untuk melakukan fusi hidrogen menjadi helium. Bintang menyala dan menjadi bintang deret utama yang ditenagai oleh fusi hidrogen. Fusi atom hidrogen menghasilkan tekanan keluar yang mengimbangi gaya gravitasi yang menarik ke dalam, sehingga menstabilkan bintang.

Seberapa lama kehidupan bintang deret utama bergantung pada massa bintang itu sendiri. Bintang dengan massa besar memang memiliki material yang lebih banyak, namun terbakar lebih cepat karena suhu tinggi di inti bintang yang disebabkan oleh gaya gravitasinya sendiri yang kuat. Sementara Matahari akan menjalani kehidupan sebagai bintang deret utama selama sekitar 10 miliar tahun, bintang yang 10 kali lipat lebih masif hanya mampu bertahan sebagai bintang deret utama selama sekitar 20 juta tahun. Sebuah bintang katai merah, yang massanya hanya setengah dari massa Matahari, bisa bertahan selama 80-100 miliar tahun, jauh lebih panjang daripada umur alam semesta saat ini. (Masa hidup yang panjang ini adalah salah satu alasan mengapa bintang katai merah dianggap sebagai lokasi terbaik untuk mencari planet-planet yang menampung kehidupan, karena bintang katai merah cenderung stabil dalam jangka waktu yang lama.)

Bintang yang Bersinar Terang

Pada awal abad ke-20, para astronom menyadari bahwa massa bintang terkait dengan luminositasnya, atau seberapa banyak cahaya yang dihasilkan. Keduanya, baik massa maupun luminositas, terkait dengan suhu bintang. Bintang yang 10 kali lipat lebih masif daripada Matahari, bersinar seribu kali lipat lebih terang daripada Matahari.

Massa dan luminositas juga berhubungan dengan warna bintang. Bintang yang lebih masif dan lebih panas, lebih berwarna biru, sementara bintang-bintang yang kurang masif lebih dingin dan menampilkan warna yang lebih kemerahan. Matahari kita berada di antara spektrum ini, mengingat penampilannya yang lebih kekuningan.

Pemahaman ini kemudian mengarah ke diagram Hertzsprung-Russell (H-R), grafik bintang berdasarkan kecerahan dan warna (yang pada gilirannya menunjukkan suhu bintang). Sebagian besar bintang terletak pada garis yang disebut “deret utama”, yang membentang dari kiri atas (bintang panas lebih cerah) ke kanan bawah (bintang dingin lebih redup).


Saat Bintang Keluar dari Deret Utama

Pada akhirnya, bintang deret utama akan membakar seluruh hidrogen di bagian inti bintang dan mencapai akhir siklus kehidupannya. Ketika mencapai tahap ini, sebuah bintang menanggalkan statusnya sebagai bintang deret utama.

Bintang yang massanya seperempat kali lebih kecil daripada Matahari akan menjalani tahap evolusi selanjutnya dan menjadi katai putih. Bintang katai putih tidak lagi melakukan fusi hidrogen di bagian inti, tapi masih memancarkan panas. Seiring waktu, katai putih akan terus mendingin dan menjadi katai hitam, tapi katai hitam hanyalah bintang teoritis, sebab usia alam semesta saat ini tidak memungkinkan, bahkan bagi bintang katai putih generasi pertama untuk mendingin dan menjalani transisi menjadi katai hitam.

Bintang yang ukurannya lebih besar, lapisan terluarnya akan runtuh ke dalam sampai suhu bintang kembali cukup panas untuk melakukan fusi helium menjadi karbon. Tekanan fusi kemudian mendorong keluar dan mengakibatkan bintang mengembang beberapa kali lebih besar dari ukuran aslinya. Inilah tahap evolusi raksasa merah. Meskipun ukurannya beberapa kali lipat lebih besar daripada bintang deret utama, raksasa merah jauh lebih redup. Suatu hari nanti, Matahari juga akan menjadi raksasa merah, tapi jangan risau, karena tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

“Sekitar lima miliar tahun dari sekarang, setelah menjadi raksasa merah dan membakar Bumi, Matahari akan melepaskan nebulanya yang indah dan memudar sebagai bintang katai putih,” jelas Howard Bond dari Space Telescope Science Institute (STScI) di Maryland.

Jika dari semula sebuah bintang memiliki massa hingga 10 kali lipat lebih besar dari Matahari, maka ia membakar material yang ada padanya hanya dalam waktu 100 juta tahun dan runtuh menjadi katai putih super padat. Bintang yang lebih masif akan mengakhiri kehidupannya setelah memicu ledakan dahsyat supernova, memuntahkan unsur-unsur berat yang ditempa di inti bintang ke seluruh galaksi. Inti yang tersisa setelah ledakan berevolusi menjadi bintang neutron atau lubang hitam.

Masa kehidupan yang sangat panjang berarti katai merah yang terbentuk tak lama setelah Big Bang, hingga kini masih tetap eksis. Bagaimanapun juga, bintang dengan massa rendah ini akan membakar habis seluruh kandungan hidrogennya, sehingga menjadi lebih redup, dingin, dan akhirnya padam.

Ditulis oleh: Nola Taylor Redd, kontributor www.space.com


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inti Galaksi Aktif

Ilustrasi wilayah pusat galaksi aktif. (Kredit: NASA/Pusat Penerbangan Antariksa Goddard) Galaksi aktif memiliki sebuah inti emisi berukuran kecil yang tertanam di pusat galaksi. Inti galaksi semacam ini biasanya lebih terang daripada kecerahan galaksi. Untuk galaksi normal, seperti galaksi Bima Sakti, kita menganggap total energi yang mereka pancarkan sebagai jumlah emisi dari setiap bintang yang ada di dalamnya, tetapi tidak dengan galaksi aktif. Galaksi aktif menghasilkan lebih banyak emisi energi daripada yang seharusnya. Emisi galaksi aktif dideteksi dalam spektrum inframerah, radio, ultraviolet, dan sinar-X. Emisi energi yang dipancarkan oleh inti galaksi aktif atau active galaxy nuclei (AGN) sama sekali tidak normal. Lantas bagaimana AGN menghasilkan output yang sangat energik? Sebagian besar galaksi normal memiliki sebuah lubang hitam supermasif di wilayah pusat. Lubang hitam di pusat galaksi aktif cenderung mengakresi material dari wilayah pusat galaksi yang b

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Messier 78, Nebula Refleksi yang Mengelabui Para Pemburu Komet

Kredit: NASA, ESA, J. Muzerolle (Space Telescope Science Institute) dan S. Megeath (Universitas Toledo) Gambar penuh warna ini menampilkan sebagian kecil dari struktur objek Messier 78, sebuah nebula refleksi yang terletak di rasi Orion. Nebula refleksi diciptakan oleh awan debu kosmik yang menghamburkan atau memantulkan cahaya bintang yang berada di dekatnya. Messier 78 terletak sekitar 1.600 tahun cahaya dari Bumi dengan magnitudo semu 8. Ditemukan pada tahun 1780 oleh Pierre Méchain, salah satu kolega Charles Messier, Messier 78 dan paling ideal diamati pada bulan Januari menggunakan teropong dan teleskop kecil. Dibutuhkan setidaknya teleskop berdiameter 8 inci untuk mengungkap nebula refleksi secara mendetail. Messier 78 memiliki fitur khas mirip komet, yaitu salah satu sisi nebula yang memanjang layaknya ekor komet. Fitur ini telah mengelabui banyak pemburu komet saat itu, yang mendorong mereka untuk meyakini telah membuat penemuan baru. Observasi dalam spektrum inf