Langsung ke konten utama

Bagaimana Peluang Kita untuk Menemukan Kehidupan di Tata Surya?

bagaimana-peluang-kita-untuk-menemukan-kehidupan-di-tata-surya-informasi-astronomi
Beberapa di antaranya ditampilkan dalam ilustrasi, planet dan bulan yang menjadi anggota Tata Surya kita ternyata begitu beragam. Para ilmuwan menduga beberapa anggota Tata Surya kita berpotensi layak huni.
Ilustrasi: NASA/JPL-Caltech/Lizbeth B. De La Torre
 
Mulai dari planet Merkurius dan Venus yang panas membara hingga wilayah terluar di Awan Oort yang dingin membeku, Tata Surya kita mengungkap keragaman dunia yang begitu menakjubkan.
 
Dari seluruh anggota Tata Surya selain planet kita, para ilmuwan menduga beberapa di antaranya memiliki prospek cerah sebagai rumah yang menampung kehidupan, seperti di bawah permukaan Mars dan lautan-lautan tersembunyi di bulan-bulan planet raksasa.
 
“Tidak ada tempat lain di Tata Surya dengan banyak kehidupan di atasnya,” kata astrobiologis senior Mary Voytek di Markas Besar NASA, D.C. “Jika tidak, kami mungkin akan mendeteksinya.”
 
Namun, NASA tak pernah berhenti mencari tanda-tanda kehidupan di Tata Surya, dan penelitian yang telah berlangsung selama beberapa dekade, mulai mempersempit kemungkinan. Wilayah terdalam Tata Surya yang panas dianggap tidak mungkin menampung kehidupan (meskipun awan-awan altitude tinggi di Venus tidak bisa disisihkan begitu saja).
 
Hal serupa juga berlaku untuk para raksasa gas. Dengan tekanan atmosfer yang begitu kuat dan mungkin tidak memiliki permukaan padat, atau jika ada, mereka bukanlah tempat yang sesuai bagi makhluk hidup.
 
Wilayah terluar, yang dihuni oleh planet-planet katai dan komet-komet beku, juga dianggap tidak ideal, meskipun tidak dapat dikesampingkan secara keseluruhan. Demikian pula dengan planet katai Ceres di sabuk asteroid, yang dianggap sebagai “dunia berair” dulu atau saat ini.
 
Sementara itu, Mars yang sekarang adalah planet gersang dingin yang hampir tidak berudara, diduga dulu pernah beriklim sedang dan mengalir dengan air.
 
Dan masih ada banyak harapan di antara para raksasa gas, bukan planet-planet itu sendiri, tetapi pada daftar bulan yang mengorbit mereka. Meskipun permukaannya beku, Europa (bulan Jupiter) dan Enceladus (bulan Saturnus) menyembunyikan samudera di bawah es. Demikian pula dengan beberapa bulan yang mengorbit planet raksasa lainnya, yang diduga menyembunyikan samudera di bawah permukaan.
 
Yuk, kita mulai perjalanan wisata Tata Surya kita dari planet terpanas terlebih dahulu!
 
Venus, Target Sains yang Menggiurkan
 
Kerap disebut “Saudari Bumi”, Venus dengan ukuran dan struktur yang mirip dengan planet kita, justru berbeda secara krusial, yaitu permukaan panas yang bisa melelehkan timah, atmosfer tebal yang menghancurkan dan geologis yang sangat vulkanik. Para ilmuwan menduga sejarah awal Venus mungkin mirip dengan Bumi, bahkan mungkin dengan lautan yang membentang di seluruh planet. Tetapi keduanya mengambil jalan yang sangat berbeda. Efek rumah kaca yang tak terkendali kemungkinan merebus lautan dan mengubah Venus menjadi neraka abadi: dunia terpanas di Tata Surya.
 
Namun, Venus juga memberikan daya tarik yang menggiurkan bagi para astrobiologis (para ilmuwan yang mempelajari asal usul kehidupan di alam semesta). Venus sebenarnya memiliki bahan-bahan dan lingkungan keplanetan yang dibutuhkan kehidupan. Venus dianggap sebagai Bumi yang negatif. Dengan mempelajari apa yang salah dalam sejarah Venus, kita mungkin mengetahui segala hal yang diperlukan demi kelangsungan hidup kita di Bumi.
 
“Venus memberi kita sampel evolusi alternatif planet,” ungkap astrobiologis Vikki Meadows yang mengepalai Virtual Planetary Laboratory di Nexus for Exoplanet System Science NASA.
 
Jalur divergen untuk planet ini mencakup “hilangnya habitabilitas, hilangnya air di permukaan, awan asam sulfat dan atmosfer karbon dioksida yang tebal,” jelas Meadows. “Ini sekaligus sebuah peringatan, bagaimana planet terestrial (berbatu) akhirnya mati.”
 
Venus juga mempunyai implikasi untuk studi eksoplanet, atau planet yang mengorbit bintang selain Matahari. Banyak planet yang mengorbit bintang induk dari jarak dekat yang karakteristiknya seperti Venus. Jadi, Venus adalah laboratorium terdekat yang menunjukkan tahap evolusi yang dilalui banyak eksoplanet.
 
Garis-garis gelap permanen di awan-awan Venus yang suhu dan tekanannya lebih moderat, juga memicu spekulasi sains yang menarik. Mungkinkah itu adalah bentuk kehidupan mikroba yang dihembus angin? Sebuah studi terbaru menggagas keberadaan satu tanda kehidupan potensial, yaitu gas yang disebut fosfin di atmosfer Venus, karena fosfin diproduksi oleh bakteri di Bumi. Namun, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap kebenarannya.
 
Bumi Sebagai Analog dalam Mencari Kehidupan
 
Seiring upaya kita untuk mencari kehidupan di alam semesta, kita hanya mempunyai satu sampel, planet kita sendiri. Pada tahun 1990, ketika wahana antariksa Galilieo melesat melewati Bumi untuk memperoleh tambahan daya dari gaya gravitasi yang membawanya ke wilayah terluar Tata Surya, Galileo mengarahkan instrumen sainsnya ke planet asal. Para ilmuwan ingin mengetahui apakah Galileo bisa mendeteksi tanda-tanda kehidupan di Bumi?
 
Ternyata bisa. Oksigen. Metana. Red edge atau lonjakan pada spektrum inframerah yang merupakan tanda vegetasi reflektif di permukaan. Galileo bahkan mendeteksi apa yang saat ini disebut sebagai “technosignature” atau tanda-tanda kehidupan yang berakal budi. Dalam kasus ini adalah gelombang radio kuat produk kecerdasan yang tidak mungkin dihasilkan secara alami.
 
“Kita juga harus memikirkan seperti apa planet kita terlihat oleh peradaban ekstrateresterial,” tutur astronom dan astrobiologis Giada Arney dari Pusat Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA di Greenbelt, Maryland.
 
Arney yang sebagian besar pekerjaannya melibatkan pemikiran tentang Bumi sebagai sebuah eksoplanet, menjelaskan bahwa saat mencari tanda-tanda kehidupan di sekitar bintang lain, kita harus ingat bahwa planet kita sendiri akan terlihat sangat berbeda pada masa lalu.
 
Pada era Archean, miliaran tahun yang lalu Bumi bahkan tak terlihat sebagai “titik biru pucat”. Sebelum atmosfer melimpah dengan oksigen, Bumi mungkin terlihat sebagai “titik oranye pucat,” tambah Arney. Kabut oranye diciptakan oleh proses kimiawi atmosfer yang kompleks, melibatkan metana yang dihasilkan oleh mikroba. Kabut serupa ditemukan hari ini di atmosfer Titan (bulan Saturnus), meskipun dalam kasus ini tidak dihasilkan oleh kehidupan.
 
Untuk menemukan analog planet kita sendiri di antara bintang-bintang, kita harus mempertimbangkan “bukan sekadar Bumi modern, tetapi Bumi pada sepanjang sejarahnya,” simpul Arney. “Tipe planet yang bisa (dianggap) mirip Bumi mungkin sangat berbeda dari Bumi modern.”

Mars, di Beberapa Titik Mungkin Berpotensi Layak Huni
 
Dalam arti tertentu, Planet Merah Mars juga menggemakan sejarah Venus, meskipun skala suhu terletak di sisi yang lain. Investigasi oleh wahana pengorbit dan pendarat di permukaan, telah mengkonfirmasi Mars sebagai dunia yang dulu basah dengan sungai, danau dan bahkan mungkin lautan. Seperti Bumi, Mars mungkin dulu pernah layak huni.
 
“Satu hal yang menarik tentang Mars adalah pada suatu waktu, sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu, iklim di Mars lebih mirip dengan Bumi dan menampung air cair di permukaannya,” Voytek menambahkan.
 
Kemudian angin surya dan radiasi melucuti sebagian besar atmosfer Mars. Setidaknya inti planet berhenti menghasilkan medan magnet pelindung. Permukaannya menjadi sangat dingin dan kering, bahkan saat dibombardir oleh angin surya dan radiasi.

bagaimana-peluang-kita-untuk-menemukan-kehidupan-di-tata-surya-informasi-astronomi
Kredit: NASA/JPL-Caltech/Lizbeth B. De La Torre
 
Lantas, apakah ada kehidupan di Mars, mungkin di bawah permukaan atau di tudung kutub yang beku? Mungkinkah para penjelajah manusia atau robotik masa depan menemukan bukti punahnya kehidupan pada awal sejarah Mars?
 
Menurut Voytek, angin surya dan radiasi bertanggung jawab atas kurangnya air dan lempeng tektonik, proses geologis di Bumi yang menggerakkan benua selama ribuan tahun dan mendaur ulang nutrisi yang terkubur untuk kembali ke permukaan.
 
“Banyak yang menganggap Mars telah mati saat ini, tidak ada kehidupan karena tidak ada daur ulang,” jelasnya.
 
Selain itu, terjangan angin surya dan radiasi juga mengarah ke deteksi metana di atmosfer Mars. Jika tidak bertahan lama di atmosfer Bumi, metana disuplai kembali oleh aktivitas metabolisme biologis. Metana juga dapat diproduksi dari reaksi air dan batu, tetapi tidak menutup kemungkinan dihasilkan oleh kehidupan mikroba di bawah permukaan.
 
“Meskipun kondisi permukaan tidak mendukung, kita mungkin bisa menemukan bukti kehidupan masa lalu, atau bahkan mungkin kehidupan yang masih bertahan saat ini,” harap Morgan Cable, seorang peneliti dari Astrobiology and Ocean Worlds Group di Laboratorium Propulsi Jet NASA.
 
Perseverance, rover Mars yang baru saja diluncurkan, dirancang untuk mengumpulkan sampel tanah yang disebut regolith, dan akan mengirimnya kembali ke Bumi untuk dianalisis. Dan wahana pendarat Rosalind Franklin besutan ESA (Badan Antariksa Eropa) yang akan diluncurkan pada tahun 2022, mengemban misi untuk mengebor hingga ke bawah permukaan Mars demi mencari tanda-tanda kehidupan.
 
Bulan-Bulan Raksasa Gas
 
Planet-planet raksasa Tata Surya, Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus, mempunyai sistem bulan yang dianggap sebagai Tata Surya mini. Beberapa satelit alami ini berpotensi menjadi dunia yang layak huni. Bahkan Titan, salah satu bulan Saturnus, memiliki atmosfer yang tebal, hujan, sungai dan danau, meskipun terdiri dari metana dan etana, bukannya air (H2O).
 
Pertama-tama kita meluncur ke Europa, bulan Jupiter yang diselimuti cangkang es. Namun, di bawah permukaan beku Europa, wahana antariksa telah mengantongi bukti kuat keberadaan lautan luas air cair. Sementara dua bulan Jupiter lainnya, Ganymede dan Callisto, mungkin juga menyembunyikan lautan di bawah permukaan yang terjepit di antara lapisan es.
 
“Menurut kami, Europa memiliki kontak yang ideal antara lautan air cair dan interior berbatu,” jelas Cable. “Hal itu penting karena energi yang dihasilkan melalui proses kimiawi dapat dimanfaatkan oleh kehidupan.”
 
Sampel lain yang lebih mudah diakses juga dapat ditemukan di antara bulan-bulan Saturnus, planet setelah Jupiter. Meskipun kecil, Enceladus juga menyembunyikan lautan air cair di bawah cangkang es. Namun Enceladus adalah dunia yang sangat aktif.
 
“Untungnya, Enceladus mengirimkan sampel gratis dari lautannya ke luar angkasa,” tambah Cable. “Enceladus adalah satu-satunya tempat di Tata Surya dengan akses terjamin ke lautan bawah permukaan tanpa harus kita gali atau bor.”
 
Pesawat antariksa Cassini NASA mendeteksi bukti aktivitas ventilasi hidrotermal di dasar lautan Enceladus, sementara semburan air laut mampu menembus retakan di permukaan yang dikenal sebagai tiger stripes (Europa mungkin memiliki kepulan serupa). Bahkan semburan material dari Enceladus turut berkontribusi atas terciptanya salah satu cincin Saturnus.
 
Saat Cassini dibuat, sifat-sifat dari dunia laut yang jauh itu belum diketahui. Cassini terbang melalui kepulan, dan meskipun tidak dilengkapi dengan instrumen untuk menganalisis sampel air laut, Cassini berhasil mengumpulkan petunjuk-petunjuk yang penting, termasuk molekul organik kompleks, garam yang mirip dengan di lautan Bumi, “nanograin” silikat dan bukti-bukti lain yang mengungkap aktivitas hidrotermal.
 
Hidrogen dan metana yang terdeteksi di kepulan, mengindikasikan energi yang dianggap cukup sebagai persediaan bahan bakar kehidupan.
 
“Jika ada banyak energi, mengapa tidak ada makhluk hidup yang memakannya?” tanya Cable. Sejauh ini, tidak ada yang tahu jawabannya.
 
“Semoga misi masa depan ke Enceladus dilengkapi dengan instrumen-instrumen sensitif untuk mengujinya,” katanya.
 
Kemudian ada kandidat terkuat, Titan.
 
Meskipun ukurannya lebih kecil dan gravitasinya lebih lemah dari Bumi, Titan cenderung mirip dengan rumah kita. Seperti Bumi, nitrogen adalah gas yang mendominasi atmosfer Titan. Bahkan Titan adalah satu-satunya anggota Tata Surya selain Bumi yang memiliki hujan, danau, sungai dan seluruh siklus hidrologi. Sayangnya, danau dan sungai terbuat dari hidrokarbon, metana, dan etana. Titan sangat dingin dan pada dasarnya air adalah batu di permukaannya.
 
Titan juga menyembunyikan lautan air jauh di bawah permukaan, dan tidak diketahui apakah lautan juga melakukan kontak dengan apa pun dari permukaan. Jika benar, maka kontak antara lautan dengan bahan kimiawi kompleks di permukaan dapat menyediakan bahan bakar untuk kehidupan.
 
Jika tidak, tetap ada kemungkinan lain. Ramuan kimiawi di permukaan juga dapat menyediakan bahan bakar bagi bentuk kehidupan yang tidak kita kenal: organisme biologis eksotis berdasarkan komponen dan reaksi kimiawi yang sama sekali berbeda dengan kehidupan di Bumi.
 
“Titan memungkinkan kita untuk menguji hipotesis kehidupan yang benar-benar terpisah,” kata Cable. “Cairan di permukaan Titan sama sekali berbeda (dengan Bumi).”
 
Tentu saja, suhu dingin ekstrem di permukaan Titan membuat proses kimiawi berlangsung sangat lambat, dan memperkecil kemungkinan munculnya “kehidupan janggal”.
 
NASA sedang merencanakan misi “Dragonfly” sebuah drone canggih yang akan menjelajahi permukaan Titan demi memecahkan beberapa misteri yang melingkupinya.
 
“Semakin kita mempelajari halaman belakang kosmik kita sendiri, semakin banyak kejutan yang akan kita temukan,” pungkas Cable. “Dan saya merasa gembira. Kita akan semakin sering terkejut, seiring upaya kita untuk memperluas indra kita ke wilayah terluar Tata Surya dan melampauinya.”
 
Ditulis oleh: Pat Brennan, NASA's Exoplanet Exploration Program
 
Sumber: Life in Our Solar System? Meet theNeighbors
 
#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang