Kredit: ESA/Hubble & NASA |
Terletak di rasi bintang
Scorpius, Messier 4 (NGC 6121) adalah ikatan bintang yang menyusun strukur gugus bintang globular. Hanya terpisah 5.500 tahun
cahaya dari Bumi, Messier 4 adalah gugus globular terdekat dari Bumi. Dengan magnitudo semu 5,9 dan karena kedekatannya dengan Antares, salah satu bintang
paling terang di langit malam, Messier 4 relatif mudah ditemukan meskipun hanya
menggunakan teleskop sederhana.
Messier 4 paling ideal diamati pada bulan
Juli.
Messier 4 ditemukan oleh astronom Swis Jean-Philippe Loys de Chéseaux pada tahun 1746. Sebagai rumah bagi
lebih dari 100.000 bintang, Messier 4 diduga mengandung sekitar 40.000 bintang tipe katai putih, yakni inti dari bintang purba
yang telah mati dan lapisan-lapisan terluarnya telah dihembuskan ke ruang angkasa.
Seiring waktu, katai
putih lebih dingin, lebih redup dan lebih sulit dideteksi. Usia gugus bintang globular
dapat disimpulkan dari usia bintang katai putih yang paling redup. Mengingat bintang-bintang penghuni gugus adalah yang tertua di jagat raya, berusia
hingga 13 miliar tahun, para astronom dapat menggunakannya untuk memperkirakan
usia alam semesta itu sendiri.
Kecerahan katai putih di Messier 4 kurang
dari sepersejuta kecerahan bintang paling redup yang dapat diamati dengan mata
telanjang. Bahkan katai putih paling terang yang berhasil terdeteksi
tidak lebih bercahaya dari bola lampu 100 watt di Bulan yang diamati dari Bumi. Katai putih paling redup sebanding dengan lampu 2,5 watt pada jarak yang sama.
Bola-bola plasma purba yang menyusun Messier 4
diabadikan oleh Hubble dalam spektrum cahaya kasat mata dan inframerah, yang menawarkan pemandangan ke pusat gugus yang melampaui dua kali usia tata surya kita.
Video Messier 4 ini dimulai dari pemandangan wilayah langit di dekat Scorpius, kemudian diperbesar ke gambar terperinci Hubble. Beberapa bintang katai putih redup yang diamati
Hubble dilingkari dengan warna biru untuk membedakan mereka dari raksasa merah
yang mendominasi bidang pandang.
Kredit: NASA dan B. Preston (STScI dan Max-Q
Digital)
Bagan bintang Messier 4 ini mewakili pemandangan dari garis lintang utara-tengah untuk bulan dan waktu tertentu. Kredit: Image courtesy of Stellarium |
Bola plasma purba
Kredit: ESA/Hubble dan NASA |
Gambar berkilau yang diambil oleh Teleskop Antariksa Hubble
NASA/ESA ini menampilkan pusat gugus bintang globular Messier 4. Resolusi
Hubble telah memecah gugus menjadi banyak bola plasma yang bercahaya.
Relatif dekat dengan kita, Messier 4 adalah objek astronomi utama
untuk dipelajari. Para pengamat amatir kerap melacak Messier 4 di langit malam
dan mengarahkan teropong atau teleskop sederhana di dekat bintang oranye-merah
Antares di rasi Scorpius.
Pada bulan Juli 2003, Hubble membantu menemukan PSR B1620-26b, sebuah planet 2,5 kali
lebih masif daripada Jupiter di Messier 4. Diperkirakan telah berusia sekitar
13 miliar tahun --hampir tiga kali lebih tua dari tata surya kita--, planet ini
dianggap aneh karena mengorbit sistem biner yang terdiri dari bintang katai
putih dan pulsar (sejenis bintang neutron).
Messier 4 digunakan untuk mengkonfirmasi usia alam semesta
Gambar Hubble: NASA and H. Richer (University of
British Columbia); Gambar berbasis darat: NOAO/AURA/NSF |
Mendorong batas kemampuan penglihatannya, Teleskop Antariksa
Hubble NASA telah menemukan bintang-bintang tua yang telah menghabiskan bahan
bakarnya untuk aktivitas fusi nuklir di galaksi Bima Sakti kita. Dianggap
sebagai “jam kosmik”, bintang redup yang sudah sangat lanjut usia ini
memberikan panduan independen tentang usia alam semesta tanpa harus bergantung
pada pengukuran ekspansi kosmos.
Bintang katai putih purba yang
diamati Hubble, berusia antara 12-13 miliar tahun. Karena observasi Hubble
sebelumnya telah mengungkap bintang-bintang generasi pertama yang terbentuk
kurang dari 1 miliar tahun setelah Big Bang --yang melahirkan kosmos--
menemukan bintang-bintang tertua memungkinkan para astronom untuk menghitung
usia sejati alam semesta.
Berdasarkan ekspansi ruang, para astronom menetapkan usia alam
semesta dalam kisaran angka 13-14 miliar tahun. Tanggal kelahiran alam semesta
adalah nilai yang paling fundamental, sehingga para astronom sejak dulu mencari
teknik penentuan usia jagad raya lainnya sebagai konfirmasi ulang.
“Observasi ‘jalan pintas’ ini telah mencapai tahap pertanyaan usia
dan menawarkan cara yang sepenuhnya independen untuk menjabarkan nilai
fundamental tersebut,” ungkap Harvey Richer dari University of British
Columbia di Kanada.
Bersama para kolega, Richer menggunakan Hubble untuk memburu
bintang-bintang purba yang bersembunyi di dalam gugus bintang globular yang
terletak sekitar 5.600 tahun cahaya dari Bumi di rasi Scorpius.
Makalah ilmiah yang melaporkan hasil penelitian telah
dipublikasikan di Astrophysical Journal Letters.
Secara konseptual, teknik baru untuk menentukan usia kosmos sama
seperti memperkirakan berapa lama api unggun terbakar dengan mengukur suhu bara
api. Bagi Hubble, “bara” adalah bintang katai putih, sisa-sisa (inti) bintang
yang terbentuk paling awal di galaksi kita.
Bola “abu” panas dan padat yang ditinggalkan oleh ‘tungku nuklir’
bintang yang telah lama mati atau katai putih, mendingin dengan tingkat yang
dapat diprediksi. Semakin tua, katai putih akan semakin dingin, menjadikannya
“jam kosmik” yang telah berdetak hampir selama eksistensi alam semesta.
Pendekatan ini diakui lebih andal daripada penentuan tanggal lahir
kosmos menggunakan bintang-bintang yang masih terbakar oleh fusi nuklir dan
bergantung pada model dan perhitungan rumit tentang bagaimana sebuah bintang
membakar bahan bakar fusi nuklir beserta usianya. Bintang katai putih lebih
mudah dimanfaatkan untuk model penentuan usia, triknya terletak pada penemuan
“jam kosmik” paling redup karena mengindikasikan usia yang paling tua.
Saat mendingin, bintang katai putih semakin redup, sehingga Hubble
harus mengambil banyak gambar gugus globular purba Messier 4. Total durasi
waktu yang dibutuhkan hampir mencapai 8 hari dari 67 hari pengamatan untuk
mengungkap katai putih yang paling redup. Akhirnya katai putih paling dingin
--dan paling tua-- terlihat.
Dengan magnitudo 30, mereka begitu redup untuk bisa dicitrakan
menggunakan kamera original Hubble. Skala kecerahan mereka sekitar satu miliar
lebih redup daripada bintang paling redup yang bisa diamati dengan mata
telanjang.
Gugus bintang globular adalah penghuni pertama Bima Sakti, yang
membangun pusat galaksi miliaran tahun sebelum kemunculan cakram pinwheel Bima
Sakti (sebagaimana dikonfirmasi lebih lanjut oleh pengamatan Richer). Saat ini
ada 150 gugus bintang globular yang menetap di Bima Sakti. Gugus bintang
globular Messier 4 dipilih karena paling dekat dengan Bumi, sehingga katai
putih di sana lebih mudah diatasi oleh Hubble.
Pada tahun 1928, Edwin Hubble adalah astronom pertama yang
memahami alam semesta mengembang secara seragam. Berarti alam semesta memiliki
batas usia yang dapat diperkirakan secara matematis dengan membalik ekspansinya.
Estimasi pertama usia kosmos oleh Edwin Hubble jatuh ke angka 2
miliar tahun. Ketidakpastian tentang laju ekspansi memicu perdebatan sengit
pada akhir tahun 1970-an, dengan perkiraan berkisar antara 8-18 miliar tahun.
Perkiraan usia bintang “deret utama” normal
tertua tidak konsisten dengan perkiraan terendah usia kosmos, mengingat bintang
tidak bisa lebih tua dari alam semesta itu sendiri.
Pada tahun 1997, para astronom memanfaatkan Teleskop Antariksa
Hubble untuk memecahkan kebuntuan dengan mengumumkan usia akurat kosmos yang
dihitung dari pengukuran laju ekspansi. Penentuan usia tersebut segera
memperumit keadaan setelah tim astronom lain menemukan akselerasi laju ekspansi
karena gaya tolak misterius yang disebut “energi gelap”.
Ketika faktor energi gelap dimasukkan ke penentuan sejarah
ekspansi kosmos, para astronom tiba pada usia 13-14 miliar tahun. Usia yang
saat ini diverifikasi secara independen oleh usia “jam kosmik” bintang katai
putih yang diukur Hubble.
Gugus bintang globular (bola)
Gugus
bintang globular adalah salah satu ikatan benda langit tertua di galaksi kita.
Keindahan mereka bisa diamati dengan mudah menggunakan teleskop amatir yang
mampu mengatasi kilau kerumunan bintang yang tergantung di langit malam
layaknya ornamen Natal. Sekitar 150 gugus bintang globular telah ditemukan
menetap di galaksi Bima Sakti kita. Setiap gugus bisa mengandung ratusan ribu
hingga satu juta bintang yang menempati volume ruang relatif sempit sekitar
10-30 tahun cahaya.
Pada tahun
1918, Harlow Shapley menyadari eksistensi dan struktur gugus bintang globular.
Dengan mempelajari distribusi gugus dan mengukur jarak mereka, Shapley dapat
menyimpulkan lokasi pusat Bima Sakti dan jarak Matahari dari pusat galaksi.
Pada tahun 1930-an, astronom Edwin Hubble menemukan gugus bintang globular di
galaksi tetangga Andromeda. Sejak saat, itu gugus bintang globular telah
ditemukan mengelilingi galaksi-galaksi lain.
Gugus
bintang globular menempati wilayah “galactic halo” yang mengelilingi
cakram galaksi kita. Gugus mengorbit pusat galaksi dan membutuhkan waktu jutaan
tahun untuk menyelesaikan lintasan orbit yang sangat elips dengan orientasi
acak. Sebagian besar gugus bintang globular mengembara sejauh 90.000-120.000
tahun cahaya dari pusat galaksi, beberapa di antaranya bahkan terpisah hingga
300.000 tahun cahaya dari pusat galaksi.
Pergerakan
mereka dipengaruhi oleh gaya gravitasi dari seluruh struktur galaksi,
memungkinkan para astronom untuk menghitung total massa Bima Sakti. Beberapa
perhitungan terbaru menghasilkan angka 500 miliar massa Matahari untuk total
massa Bima Sakti. Hasil perhitungan terlalu tinggi jika massa Bima Sakti hanya
berasal dari bintang, nebula dan materi yang kasat mata, mengindikasikan ada
sejumlah besar materi gelap tak kasat mata yang misterius di Bima Sakti.
Dibandingkan
dengan Matahari dan bintang-bintang lain di cakram galaksi, gugus bintang
globular tampaknya kekurangan unsur-unsur berat, sekaligus menunjukkan status
mereka sebagai benda langit purba yang hanya terbuat dari gas murni yang
terkondensasi untuk membentuk struktur galaksi sejak awal. Meskipun komposisi
kimiawi setiap gugus berbeda, namun kemiripan komposisi setiap bintang di dalam
gugus mengindikasikan mereka dilahirkan dari satu awan molekuler.
Fakta ini
memberikan peluang unik untuk mempelajari evolusi bintang, meskipun setiap
bintang memulai kehidupan dengan massa yang bervariasi. Dengan mengamati
luminositas dan suhu bintang di dalam gugus, para astronom belajar banyak
tentang siklus kehidupan bintang.
Sebagian
besar gugus bintang globular hanya mengandung bintang bermassa rendah dalam
sistem yang begitu rapat, sehingga kepadatan populasi bintang di dekat pusat
gugus sekitar dua bintang per satu kubik tahun cahaya. Sebagai perbandingan,
kepadatan populasi bintang di lingkungan kosmik Matahari hanya sekitar satu bintang
per 300 kubik tahun cahaya. Jika melihat ke langit dari sebuah planet hipotetis
di tengah gugus bintang globular, kita akan dikelilingi oleh senja abadi yang
bersumber dari cahaya ribuan bintang di dekatnya.
Ditulis
oleh: Staf www.nasa.gov, editor: Rob Garner
Sumber: Messier 4, Ancient orbs, dan Hubble Uncovers Oldest "Clocks" in Space to Read Age of Universe
- Objek Messier berikutnya: Hembusan Kehidupan Baru bagi Gugus Lanjut Usia Messier 5
- Kembali ke Katalog Messier
Komentar
Posting Komentar