Langsung ke konten utama

Penemu Akselerasi Ekspansi Alam Semesta Diganjar Penghargaan Nobel

penemu-akselerasi-ekspansi-alam-semesta-diganjar-penghargaan-nobel-informasi-astronomi
Astrofisikawan Adam Riess.
Kredit: NASA, ESA, JHU, dan STScIcaption

Astronom Adam Riess dari Space Telescope Science Institute (STScI), seorang profesor fisika dan astronomi dari Universitas Johns Hopkins di Baltimore Maryland, dianugerahi Penghargaan Nobel Fisika tahun 2011 oleh Royal Swedish Academy of Sciences. Riess menerima penghargaan, setelah Akademi mengakui jasa kepemimpinannya atas penemuan yang dihasilkan tim High-z pada tahun 1998 terkait akselerasi laju ekspansi alam semesta, sebuah fenomena yang secara luas dikaitkan dengan “energi gelap” misterius yang memenuhi kosmos.

Riess berbagi penghargaan tahun ini bersama dua ilmuwan lainnya, Brian Schmidt dan Saul Perlmutter. Brian Schmidt dari Universitas Nasional Australia adalah rekan satu tim Riess di High-z. Sedangkan Saul Perlmutter adalah seorang astrofisikawan dari Universitas California di Berkeley dan Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley, penanggung jawab tim Supernova Cosmology Project yang mempublikasikan hasil serupa tak lama berselang.

Kedua tim, High-z dan Supernova Cosmology Project, juga berbagi Penghargaan Kosmologi 2007 dari Yayasan Peter Gruber berupa sebuah medali emas dan uang senilai U.S. $ 500.000 untuk penemuan energi gelap. Science Magazine menyebut penemuan energi gelap sebagai “The Breakthrough Discovery of the Year” pada tahun 1998. Selain itu, para peneliti juga berbagi Penghargaan Shaw 2006 bidang astronomi atas penemuan tersebut.

Dianggap sebagai penghargaan paling bergengsi di dunia, Penghargaan Nobel diberikan sebagai apresiasi atas pencapaian dalam bidang fisika, kimia, fisiologi atau kedokteran, sastra dan perdamaian sejak tahun 1901 oleh Nobel Foundation di Stockholm Swedia. Riess menerima penghargaan medali, diploma dan uang tunai sebesar U.S. $ 1,49 juta untuk dibagikan kepada dua ilmuwan lainnya.

Riess menambah daftar peraih Penghargaan Nobel dari STScI. Direktur pertama STScI Riccardo Giacconi memenangkan Penghargaan Nobel Fisika pada tahun 2002 atas kontribusinya terhadap astronomi sinar-X.

“Keterlibatan saya dalam penemuan akselerasi laju ekspansi kosmos dan implikasinya terhadap eksistensi energi gelap adalah petualangan yang sangat menarik. Saya juga beruntung karena bekerja dengan para kolega yang luar biasa dan fasilitas canggih. Saya sangat bersyukur upaya kami diakui,” Riess mengungkapkan kegembiraan dan rasa terima kasihnya kepada Nobel Foundation.

Pendidikan dan Karier

Sebagai anak bungsu dari ibu psikolog dan ayah insinyur yang banting setir menjadi wiraswasta, Riess tumbuh di Warren, N.J. Riess kecil adalah anak yang selalu ingin tahu. Saat berusia 13 tahun, Riess sudah mengajar kelas pemrograman komputer bagi orang dewasa. Meskipun sangat bangga dengan kecerdasan dan prestasi Riess, kedua orangtuanya mengajarkannya untuk tetap rendah hati dan mengharuskannya bekerja paruh waktu di toko makanan milik ayahnya, mencuci piring dan membersihkan meja.

Riess adalah alumni Massachusetts Institute of Technology jurusan fisika tahun 1992. Ia meraih gelar doktor di bidang astrofisika dari Universitas Harvard pada tahun 1996. Dari tahun 1996-1999, periode waktu ketika energi gelap ditemukan, Riess adalah Miller Fellow di University of California, Berkeley. Sejak itu, Riess telah memimpin upaya intens operasional Teleskop Antariksa Hubble NASA untuk meningkatkan presisi penemuan energi gelap, yang dianggap krusial tidak hanya untuk memahami susunan, tetapi juga untuk memahami sejarah dan masa depan kosmos, termasuk mengungkap banyak pertanyaan penting dalam fisika teoretis.

Sebelumnya, capaian prestasi Riess juga telah diganjar sejumlah penghargaan bergengsi. Pada tahun 2008, ia memenangkan penghargaan “Fellowship Grant” yang juga dikenal sebagai “genius grant” senilai U.S. $ 1 juta dari John T. and Catherine D. MacArthur Foundation. Pada tahun yang sama, ia termasuk di antara 212 orang yang terpilih untuk kelas ke-228 Akademi Seni dan Sains Amerika. Pada tahun 2007, ia menerima Penghargaan Kosmologi dari The Peter Gruber Foundation berupa medali emas dan uang senilai U.S. $ 500.000. Pada tahun 2006, ia memenangkan Penghargaan Shaw senilai U.S. $ 1 juta, yang oleh beberapa orang dianggap sebagai “Nobel dari Timur”. Pada tahun 2009, Riess terpilih menjadi anggota National Academy of Sciences.

penemu-akselerasi-ekspansi-alam-semesta-diganjar-penghargaan-nobel-informasi-astronomi
Penemuan ekspansi alam semesta.
Kredit: NASA, ESA, Hubble Heritage Team (STScI/AURA), R. Gendler

Penelitian

Riess memimpin studi yang digelar oleh High-z Supernova Search Team untuk melakukan pengukuran dengan tingkat presisi dan akurasi tertinggi terhadap bidang langit yang membentang hingga 7 miliar tahun cahaya. Pada tahun 1998, tim menghasilkan penemuan luar biasa yang mengubah astrofisika untuk selamanya, yaitu akselerasi laju ekspansi alam semesta yang didorong oleh energi gelap.

“Kami awalnya menggunakan supernova untuk mengukur seberapa cepat alam semesta meluas di masa lalu dan membandingkannya dengan seberapa cepat alam semesta meluas saat ini,” kenang Riess. “Kami berpikir akan menemukan gaya gravitasi yang memperlambat laju ekspansi dari waktu ke waktu. Tapi bukan itu yang kami temukan.”

Sebaliknya, tim terkejut mengetahui laju ekspansi alam semesta benar-benar meningkat.

“Jika melempar bola ke udara dan bola malah terus naik ke atas, bukannya jatuh ke tanah, Anda pasti akan terkejut. Yah, seperti itulah yang kami rasakan ketika memperoleh hasil itu,” kata Riess.

Observasi mengejutkan ini mengirim tim kembali ke gagasan yang pertama kali diajukan oleh Albert Einstein, tetapi kemudian ditolak karena dianggap sebagai “kesalahan terbesar”, bahwa ruang mungkin menghasilkan semacam energi “anti gravitasi” yang justru mempercepat ekspansi alam semesta.

“Tiba-tiba gagasan itu masuk akal,” jelasnya. Riess memperkirakan energi gelap menyusun sekitar 70% komposisi alam semesta. Namun, identitas tulen dan sifat energi gelap adalah salah satu pertanyaan astrofisika yang harus segera terjawab.

“Salah satu hal yang paling menarik adalah energi gelap mungkin berada di antara dua teori fisika terbaik, yaitu mekanika kuantum yang menjelaskan fisika skala kecil dan teori relativitas umum Einstein yang menjelaskan fisika skala besar, termasuk gravitasi,” katanya.

“Saat ini, para fisikawan harus memilih satu di antara kedua teori itu untuk menghitung sesuatu. Energi gelap menyediakan kita cara agar kedua teori dapat dioperasikan bersama. Entah bagaimana, alam bisa menyatukan keduanya dan memberi kita beberapa petunjuk penting. Sekarang tergantung kita untuk mencari tahu apa yang [petunjuk itu] katakan.”

Penelitian dan Minat Saat Ini

Banyak ilmuwan yang menganggap energi gelap sebagai tantangan terbesar dalam bidang kosmologi dan fisika. Riess bersama tim terus berusaha mengukur dua sifat fundamental dari energi gelap: seberapa stabil energi gelap dan bagaimana energi gelap berubah seiring evolusi kosmos.

Riess melanjutkan pengamatan terhadap supernova jauh menggunakan Hubble untuk mengkarakterisasi energi gelap. Dia juga terlibat dalam upaya pencarian ledakan bintang menggunakan Panoramic Survey Telescope and Rapid Response System, jajaran teleskop berbasis darat di Institut Astronomi Universitas Hawaii. Survei langit diharapkan dapat menemukan ribuan supernova baru.

Dalam metode lain, Riess memimpin tim SH0ES (Supernova, H0, for the Equation of State) untuk menganalisis bintang-bintang denyut, yang disebut variabel Cepheid, dan memanfaatkan Hubble untuk menyempurnakan pengukuran laju ekspansi alam semesta. Hasil studi terbaru diharapkan membantu para ilmuwan untuk menentukan sifat-sifat energi gelap.

Staf STScI lain yang terlibat dalam penelitian energi gelap adalah co-investigator Ron Gilliland, Andrew Fruchter, Nino Panagia dan Susana Deustua, anggota tim Perlmutter.

Ditulis oleh: Staf hubblesite.org


#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang