Langsung ke konten utama

Apa Itu Bintang?

Kredit: NASA

Bintang adalah objek astronomi yang paling dikenal secara luas dan mewakili komponen dasar penyusun sebuah galaksi. Usia, distribusi, dan komposisi bintang di sebuah galaksi bisa mengungkap riwayat, dinamika dan evolusi galaksi induk. Selain itu, bintang juga bertanggung jawab penuh atas produksi dan distribusi unsur-unsur berat seperti karbon, nitrogen, dan oksigen. Karakteristik bintang sangat mempengaruhi karakteristik sistem planet. Konsekuensinya, studi tentang kelahiran, kehidupan dan kematian bintang adalah pusat sains astronomi.

Penciptaan Bintang

Bintang dilahirkan di dalam awan debu kosmik yang tersebar di sebagian besar galaksi. Contoh awan debu kosmik yang paling familiar adalah Nebula Orion. Turbulensi yang terjadi di dalam nebula memunculkan simpul dengan massa yang cukup untuk meruntuhkan gas dan debu di bawah gaya gravitasinya sendiri. Saat runtuh, material di pusat nebula mulai memanas.

Disebut protobintang, inti nebula yang sangat panas suatu saat runtuh dan menjadi bintang. Simulasi 3D komputer tentang penciptaan bintang memprediksi awan gas dan debu yang berputar dan runtuh, dapat pecah menjadi dua atau tiga gumpalan. Model komputer ini menjelaskan mengapa mayoritas bintang di galaksi Bima Sakti kita berpasangan atau berada dalam kelompok yang terdiri dari beberapa bintang.

Pengamatan gema cahaya Eta Carinae memberikan wawasan baru tentang perilaku bintang masif di ambang ledakan dahsyat supernova.
Kredit: NOAO, AURA, NSF, dan N. Smith (Universitas Arizona)

Ketika awan runtuh, inti padat nan panas terbentuk dan mulai mengakumulasi debu dan gas. Tidak semua material ini menjadi bintang, sisa debu dan gas dapat menjadi planet, asteroid, komet atau tetap menjadi debu.

Dalam beberapa kasus, awan bisa saja tidak runtuh dan tetap berputar dengan kecepatan stabil. Pada bulan Januari 2004, astronom amatir James McNeil menemukan nebula kecil yang muncul di dekat nebula Messier 78 yang terletak di rasi Orion. Ketika para pengamat di seluruh dunia mengarahkan instrumen astronomi ke Nebula McNeil ini, mereka menemukan sesuatu yang menarik, kecerahan nebula yang tampak bervariasi.

Observasi tindak lanjut menggunakan Observatorium Antariksa Sinar-X Chandra NASA mengungkap interaksi antara medan magnet bintang muda dengan gas di sekitarnya yang menyebabkan peningkatan kecerahan secara episodik.

Bintang Deret Utama

Bintang seukuran Matahari kita membutuhkan waktu sekitar 50 juta tahun sejak nebula runtuh untuk menjadi stabil. Matahari kita akan tetap dalam fase stabil ini (berada pada deret utama sebagaimana ditunjukkan dalam Diagram Hertzsprung-Russell) selama kurang lebih 10 miliar tahun.

Bintang digerakkan oleh reaksi berantai fusi nuklir hidrogen untuk melebur helium di dalam interiornya. Aliran energi dari pusat bintang memberikan tekanan untuk menghasilkan energi yang membuat bintang bersinar dan menjaga bintang agar tidak runtuh karena bobotnya sendiri.

Sebagaimana ditunjukkan dalam Diagram Hertzsprung-Russell, variasi bintang deret utama membentang dalam hal luminositas dan warna, dan dapat diklasifikasikan menurut karakteristik tersebut. Bintang berukuran kecil, yang dikenal sebagai katai merah, hanya mengandung setidaknya 10% massa dan memancarkan energi sebesar 0,01% Matahari pada kisaran suhu antara 3000-4000 derajat Kelvin. Terlepas dari ukurannya yang kecil, katai merah diketahui mendominasi populasi bintang di alam semesta dan memiliki rentang hidup panjang hingga puluhan miliar tahun.

Di sisi lain, bintang masif, yang dikenal sebagai hypergiant, ukurannya 100 kali lipat atau lebih daripada Matahari dan memiliki suhu permukaan sekitar 30.000 Kelvin. Hypergiant memancarkan energi ratusan ribu kali lebih besar daripada energi yang dihasilkan Matahari, tetapi masa hidupnya sangat singkat, hanya beberapa juta tahun. Meskipun bintang ekstrem seperti ini diyakini tercipta paling banyak di alam semesta awal, saat ini jumlah mereka sangat langka. Di seluruh Bima Sakti hanya ditemukan segelintir hypergiant.

Takdir Bintang

Secara umum, semakin besar ukuran bintang, semakin pendek umurnya. Saat sebuah bintang telah melebur semua atom hidrogen di inti bintang, reaksi nuklir berhenti. Tak mampu lagi memproduksi energi yang menopang dirinya sendiri, inti bintang mulai runtuh karena gaya gravitasinya dan menjadi jauh lebih panas. Di luar inti bintang, atom hidrogen masih tersedia, sehingga reaksi fusi nuklir hidrogen berlangsung di lapisan yang mengelilingi inti. Karena inti semakin panas, bintang akan mendorong lapisan-lapisan terluar, yang menyebabkan bintang mengembang dan mendingin, berevolusi menjadi raksasa merah.

Jika bintang tersebut cukup masif, inti yang telah runtuh dapat menjadi cukup panas untuk kembali melakukan fusi nuklir, tetapi bukan fusi hidrogen, melainkan helium yang menghasilkan berbagai unsur-unsur berat hingga besi. Namun, reaksi semacam itu hanya menangguhkan takdir pamungkas bintang. Secara perlahan, inti bintang semakin tidak stabil, kadang-kadang panas membara, di lain waktu padam. Variasi ini menyebabkan bintang berdenyut dan memaksa bintang melepaskan lapisan terluarnya, mengunci dirinya sendiri dalam cangkang gas dan debu. Pilihan takdir pamungkas yang menanti bintang setelah itu, sangat tergantung pada ukuran inti.

Bintang Normal Berevolusi Menjadi Katai Putih

Kredit: spaceanswers.com

Untuk bintang normal seperti Matahari, proses pelepasan lapisan terluar akan terus berlanjut hingga inti bintang terekspos. Meskipun dianggap telah mati, namun “jenazah” bintang tetap merupakan benda langit ganas yang disebut “katai putih”. Ukurannya hanya sebesar planet Bumi, namun masih mengandung massa setara bintang. Hal ini pernah membingungkan para astronom, mengapa mereka tidak lagi runtuh? Kekuatan apa yang mendukung massa pada inti bintang?

Akhirnya mekanika kuantum menyediakan penjelasan.

Tekanan dari elektron yang bergerak cepat menjaga inti bintang untuk tidak ambruk. Semakin besar inti, semakin padat katai putih terbentuk. Jadi, semakin kecil diameter katai putih, semakin besar pula massanya! Bintang paradoks ini jumlahnya relatif banyak, karena memang merupakan tahap evolusi yang akan dijalani oleh semua bintang normal. Bahkan Matahari kita akan menjadi bintang katai putih miliaran tahun dari sekarang. Karena ukurannya kecil dan tidak lagi memiliki sumber produksi energi, katai putih sangat redup, semakin memudar dan perlahan-lahan mendingin.

Takdir ini menunggu seluruh bintang dengan massa sekitar 1,4 kali massa Matahari. Di atas massa itu, tekanan elektron tidak dapat mempertahankan inti agar tidak ambruk lebih parah lagi. Bintang di atas massa 1,4 massa Matahari, mengalami nasib yang berbeda.

Ledakan Nova Katai Putih

Apabila terbentuk dalam sistem biner, katai putih bisa mengalami tahap kehancuran yang lebih parah karena memicu ledakan nova. Arti nova dalam bahasa latin adalah “baru”. Dulu, nova pernah dianggap sebagai bintang baru, tapi hari ini kita memahami identitas sejatinya, sebagai bintang yang sangat tua, atau katai putih.

Jika berada cukup dekat dengan bintang pengiring, gravitasi katai putih dapat menyeret material, sebagian besar hidrogen, dari lapisan terluar bintang pengiring ke katai putih untuk membangun lapisan di permukaan. Ketika hidrogen menumpuk sangat banyak di permukaan, terjadilah ledakan fusi nuklir yang menyebabkan skala kecerahan katai putih meningkat drastis, sembari melepaskan sisa-sisa material. Dalam beberapa hari kemudian, skala kecerahan mereda dan siklus dimulai lagi.

Kadang-kadang, katai putih yang cukup masif (mendekati ambang batas 1,4 Matahari) dapat mengakumulasi massa sangat banyak, sehingga ambruk dan memicu ledakan supernova.

Supernova Menyisakan Bintang Neutron atau Lubang Hitam

Bintang deret utama yang melampaui delapan kali lipat massa Matahari, ditakdirkan untuk mati dalam ledakan dahsyat supernova. Supernova tak sekadar versi besar dari nova. Pada ledakan nova, hanya permukaan bintang yang meledak, sedangkan supernova, seluruh inti bintang runtuh dan meledak. Serangkaian reaksi nuklir kompleks bintang masif, mengarah ke produksi unsur besi di inti bintang. Setelah mencapai tahap produksi unsur besi, bintang telah memeras semua energi yang dapat dihasilkannya dari reaksi fusi nuklir. Bintang tidak lagi memiliki cara lain untuk menopang bobotnya sendiri, dan akhirnya inti bintang runtuh.

Hanya dalam hitungan detik, radius inti menyusut dari sekitar 5.000 mil menjadi hanya puluhan mil, sementara suhu meningkat mencapai 100 miliar derajat atau lebih. Semula, inti dan lapisan terluar bintang runtuh serentak, tetapi lapisan terluar memantul karena pelepasan energi luar biasa dan terlempar keluar dengan ganas. Supernova melepaskan energi dalam jumlah yang hampir tak bisa dibayangkan. Selama periode berhari-hari hingga berminggu-minggu, kilau ledakan supernova mungkin melampaui kecerahan seluruh galaksi induk. Ledakan supernova rata-rata terjadi sekitar seratus tahun sekali di sebuah galaksi. Sekitar 25 hingga 50 supernova ditemukan setiap tahun terjadi di galaksi lain, tetapi terlalu jauh untuk dilihat tanpa bantuan teleskop.

Bintang Neutron

Kredit: NASA/Dana Berry

Jika inti bintang yang runtuh di pusat supernova mengandung massa antara 1,4 hingga 3 kali lipat massa Matahari, fase keruntuhan inti bintang terus berlanjut sampai elektron dan proton membentuk ikatan neutron, untuk kemudian menghasilkan bintang neutron. Bintang neutron sangat padat, setara dengan kerapatan inti atom. Karena mengandung begitu banyak massa yang dikemas dalam volume ruang yang sangat kecil, gravitasi di permukaan bintang neutron sangat luar biasa.

Seperti bintang katai putih yang telah dijelaskan di atas, jika terbentuk dalam sistem bintang biner, bintang neutron dapat menarik dan melucuti molekul gas dari bintang pengiring. Instrumen Rossi X-Ray Timing Explorer telah menemukan emisi gas sinar-X yang berputar mengitari bintang neutron dari jarak hanya beberapa mil.

Lubang hitam

Kredit: Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA/Jeremy Schnittman

Jika melampaui tiga kali lipat massa Matahari, inti bintang yang runtuh akan menjadi lubang hitam, benda langit paling padat di alam semesta dengan gaya gravitasi tak terhingga, tak ada yang bisa meloloskan diri darinya, bahkan termasuk cahaya sekalipun. Karena semua instrumen astronomi didesain untuk mendeteksi foton, lubang hitam hanya dapat dideteksi secara tidak langsung.

Para astronom dapat melakukan observasi mengingat kuatnya gravitasi lubang hitam, sehingga materi yang berada terlalu dekat dengannya, seringkali lapisan terluar bintang pengiring dalam sistem biner, diseret secara paksa ke arahnya. Saat mengarah ke lubang hitam, material membentuk piringan akresi sangat panas yang memancarkan sinar-X dan sinar gamma dalam jumlah yang sangat besar. Interaksi semacam ini mengungkap eksistensi lubang hitam yang bersembunyi.

Generasi Baru Bintang

Puing-puing dan debu yang ditinggalkan oleh nova dan supernova, pada akhirnya akan menyatu dengan gas dan debu antarbintang di sekitarnya, memperkaya variasi senyawa kimia dan unsur-unsur berat yang dihasilkan selama proses mengerikan kematian bintang. Semua material tersebut didaur ulang oleh alam dan menyediakan building block bagi bintang generasi baru beserta sistem planet yang menyertainya.

Ditulis oleh: Staf science.nasa.gov

Sumber: Stars

#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang