Ilustrasi lintasan orbit planet-planet tata surya dan komet periode panjang
Hale-Bopp.
Salah satu cara untuk mempermudah visualisasi relatif jarak objek di tata
surya kita adalah dengan menggunakan skala 1:1 miliar. Dalam skala ini, Bumi
hanya berdiameter sekitar 1,3 cm (seukuran buah anggur). Bulan mengorbit dari
jarak sekitar 30 cm. Sementara Matahari berdiameter 1,5 meter dan terletak 150
meter dari Bumi. Jupiter berdiameter 15 cm (seukuran jeruk bali) dan terletak
750 meter dari Matahari. Diameter Saturnus setara dengan ukuran buah jeruk dan
terletak 1,5 kilometer dari Matahari. Adapun Uranus dan Neptunus seukuran buah
lemon, terletak 3 kilometer dan 4,5 kilometer dari Matahari. Bintang terdekat
terletak sekitar 40.000 km.
Skala Jarak Tata Surya
Satuan jarak yang kerap digunakan untuk tata surya kita adalah Astronomical
Unit (AU). 1 AU adalah jarak rata-rata Bumi-Matahari atau sekitar 150
juta kilometer. Dari jarak ini, dibutuhkan waktu sekitar 8 menit agar cahaya
Matahari mencapai Bumi.
Terletak sekitar 400.000 km, Bulan adalah anggota tata surya terdekat dari
Bumi. Dari jarak ini hanya dibutuhkan waktu sekitar 2 detik bagi sinyal radio
untuk merambat bolak-balik dari Bumi ke Bulan.
Setelah didegradasi statusnya sebagai planet utama, saat ini Pluto bukanlah
planet terjauh dari Bumi. Pluto diklasifikasikan ulang sebagai planet katai.
Berarti Neptunus adalah planet terluar tata surya yang mengorbit Matahari dari
jarak 30 AU.
Meskipun begitu, Pluto masih dianggap sebagai anggota tata surya yang cukup
menarik. Orbit yang begitu eksentrik, menempatkan Pluto pada jarak 30-49 AU
(4.400.000.000-7.400.000.000 km) dari Matahari, sehingga Pluto terkadang lebih
dekat ke Matahari daripada Neptunus. Orbit Pluto juga cenderung terinklinasi
dibandingkan bidang orbit planet-planet utama.
Wilayah Terluar Tata Surya
Tak sedikit anggota tata surya yang bahkan terletak lebih jauh daripada
orbit Neptunus. Sabuk Kuiper adalah wilayah berbentuk cakram yang melampaui
orbit Neptunus, sekitar 30-100 AU (4.400.000.000-14.900.000.000 km) dari
Matahari. Wilayah asal komet periode pendek (komet dengan periode orbit kurang
dari 200 tahun) ini terdiri dari batuan es antariksa sisa-sisa pembentukan tata
surya berukuran relatif kecil, termasuk planet katai Pluto.
Selain Pluto, Sabuk Kuiper juga menampung planet katai Eris yang ditemukan
pada tahun 2003. Bersama satelit alami Dysnomia, Eris terletak sekitar 97 AU
dari Matahari, sekitar tiga kali lebih jauh daripada Pluto.
Pada tahun 1977, pesawat antariksa Voyager 1 dan 2 diluncurkan oleh NASA.
Setelah menyelesaikan misi penjelajahan di planet-planet terluar, kedua Voyager
melanjutkan perjalanan untuk menjelajahi ruang antarbintang. Pada tahun 2007,
Voyager 1 telah mendekati heliopause, wilayah di mana pengaruh gravitasi
Matahari berakhir. Prestasi ini menjadikan Voyager 1 sebagai pemecah rekor
terjauh objek buatan manusia yang pernah meninggalkan Bumi, bahkan Voyager 1
terus melaju dengan kecepatan 17,3 kilometer per detik.
Pada tahun 1950, astronom Jan Oort menggagas reservoir sebagai
wilayah asal komet periode panjang yang terletak sekitar 5.000-50.000 AU dari
Matahari, yang kini disebut Awan Oort hipotesis. Sabuk Kuiper digambarkan
sebagai wilayah asteroid berbentuk cakram datar, namun Awan Oort lebih
menyerupai “gelembung” sangat tebal yang mengelilingi seluruh tata surya, bahkan
mencapai sekitar separuh perjalanan dari Matahari ke bintang terdekat
berikutnya. Awan Oort mungkin menampung sekitar satu triliun (1012)
komet. Sayangnya, karena setiap komet berukuran relatif kecil dan terletak pada
jarak yang begitu jauh, kita belum memiliki bukti langsung untuk eksistensinya,
namun Awan Oort adalah teori terbaik untuk menjelaskan asal komet-komet periode
panjang.
50.000 AU mungkin terdengar sebagai jarak yang sangat jauh dari Matahari,
tetapi sebenarnya bintang terdekat dari Matahari terletak lebih dari 271.000
AU.
Kredit: NASA
Bagaimana Cara Para Astronom Menghitung Jarak Sejauh Itu?
Lahir pada tahun 1571, Johannes Kepler adalah ilmuwan pertama yang
mendeskripsikan pergerakan planet-planet di langit. Kepler menyadari
planet-planet tata surya mengitari Matahari dengan lintasan orbit elips,
bukannya lingkaran sempurna. Selain itu, Kepler juga menyadari pergerakan
planet-planet mengitari Matahari dapat dijelaskan secara fisika dan matematis.
Semakin dekat jarak dari Matahari, semakin cepat sebuah planet mengorbit.
Sebaliknya, planet yang terletak lebih jauh dari Matahari mengorbit dengan
lebih lambat. Kepler lalu menghubungkan jarak rata-rata sebuah planet dari
Matahari dengan waktu yang dibutuhkan sebuah planet untuk satu kali mengorbit
Matahari.
Meskipun saat itu belum bisa menghasilkan perhitungan jarak dalam satuan
kilometer, Kepler mampu mengurutkan planet berdasarkan jarak proporsionalnya. Misalnya,
Mars terletak sekitar 1,5 kali lebih jauh dari Matahari daripada Bumi.
Paralaks
Acungkan jari sekitar 30 cm di depan mata, lalu tutup salah satu matamu secara
bergantian untuk melihatnya. Jari kita tampak “bergeser” karena sepasang mata
kita memang terpisah sekitar beberapa cm, sehingga latar belakang pemandangan
yang kita amati juga turut berubah. Pergeseran inilah yang disebut paralaks.
Pada akhir abad ke-17, Giovanni Cassini menggunakan teknik paralaks untuk
mengukur jarak Mars dari Bumi. Semakin besar paralaks, semakin mudah pengukuran
dilakukan, meskipun dibutuhkan baseline sudut pandang yang
lebih besar, seperti jarak antara sepasang mata kita. Oleh karena itu Cassini
mengukur posisi Mars dari dua lokasi yang berjauhan. Cassini melakukan
pengukuran posisi Mars dari Paris, sementara rekan ilmuwan lain melakukan
pengukuran serupa dari Guyana Prancis di Amerika Selatan. Cara ini memberikan
Cassini baseline hingga beberapa ribu kilometer. Menggunakan
geometeri, Cassini dapat menghitung jarak Mars dari Bumi dengan selisih akurasi
hanya 7% dari pengukuran modern saat ini.
Radar
Salah satu metode paling akurat untuk mengukur jarak ke planet-planet lain
adalah dengan memantulkan radar, atau mengirim pesawat antariksa ke sana untuk
mengirim sinyal radio kembali ke Bumi. Pada dasarnya, radar adalah radiasi
elektromagnetik gelombang mikro. Karena semua wujud radiasi elektromagnetik
adalah cahaya, berarti radar juga merambat dengan kecepatan cahaya, sekitar
300.000 kilometer per detik.
Secara sederhana, rumus jarak sama dengan waktu tempuh dikali kecepatan. Jika
kita memantulkan radar ke sebuah planet dan mengukur waktu yang dibutuhkan
radar untuk mencapainya dan kembali ke Bumi, kita dapat memanfaatkan informasi
ini untuk menghitung jarak sebuah planet dari Bumi. Jika kita memantulkan radar
dari sebuah planet dan mengukur waktu yang dibutuhkan sinyal untuk merambat ke
sana dan kembali ke Bumi, kita dapat menggunakan informasi ini untuk menghitung
jarak planet.
Mengukur Jarak Objek Terjauh Tata Surya
Ada metode modern lain yang bisa diterapkan untuk menghitung jarak sebuah objek
di wilayah terluar tata surya, seperti Sabuk Kuiper. Namun, teknik semacam ini
kerap didasarkan pada cara yang diterapkan Kepler. Setelah beberapa observasi
posisi benda langit dicatat untuk menentukan orbit, maka posisi benda langit di
setiap titik dapat dihitung. Bahkan kini PC rumahan pun dianggap cukup mumpuni.
Tak sekadar mampu menemukan komet dan asteroid baru, beberapa astronom amatir
bahkan dapat menentukan orbit mereka.
Mengapa Perhitungan Ini Dianggap Penting oleh Para Astronom?
Mengetahui jarak sebuah objek di tata surya kita dapat menyediakan informasi
tentang ukuran dan seberapa jauh ia terpisah dari Matahari. Jarak dari Matahari
sangat menentukan seberapa banyak cahaya yang diterima oleh sebuah planet.
Misalnya Mars yang terletak 1,6 AU dari Matahari. Cahaya Matahari di Mars
sekitar 2,5 kali lebih lemah daripada di Bumi. Itulah alasan mengapa Mars
sangat dingin dan tidak menampung air cair di permukaan.
Sementara Venus yang terletak 0,7 AU dari Matahari, terpapar cahaya Matahari
dua kali lebih kuat daripada Bumi. Dikombinasikan dengan efek rumah kaca dan
atmosfernya yang tebal, Venus menjadi planet terpanas di tata surya dan tidak
layak huni.
Wawasan ini kemudian mengarah ke gagasan zona layak huni. Untuk sebuah bintang
dengan skala kecerahan tertentu, para astronom dapat menentukan kisaran jarak
orbit bagi sebuah planet agar bisa menampung air cair di permukaan. Kehidupan
kompleks tidak bisa berkembang di planet yang mengorbit bintang induk di luar
zona layak huni.
Durasi dan Jarak Tempuh
Diluncurkan pada 1997, pesawat antariksa Cassini NASA menempuh perjalanan ke
Saturnus dengan kecepatan 5,2 kilometer per detik. Cassini membutuhkan waktu
6,7 tahun untuk mencapai Saturnus. Jika meninggalkan Saturnus dan melanjutkan
perjalanan ke Pluto dengan kecepatan yang sama, Cassini akan tiba di Pluto
sekitar 27 tahun kemudian.
Rangkaian artikel skala jarak astronomi:
Ditulis oleh: Staf imagine.gsfc.nasa.gov
Sumber: The
Solar System
#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa
Komentar
Posting Komentar