Perilaku gelombang
cahaya di seluruh spektrum elektromagnetik selalu sama.
Ketika bertemu dengan sebuah objek, cahaya ditransmisikan, dipantulkan,
diserap, dibiaskan, terpolarisasi, terurai atau dihamburkan, tergantung komposisi objek dan panjang gelombang cahaya.
Instrumen
khusus di pesawat antariksa NASA dan pesawat terbang mengumpulkan data tentang sifat gelombang elektromagnetik ketika berinteraksi dengan materi.
Data ini dapat mengungkap komposisi fisik dan kimia dari sebuah materi.
Refleksi
Refleksi terjadi ketika cahaya dipantulkan oleh suatu objek. Permukaan
yang sangat halus seperti cermin memantulkan hampir seluruh cahaya.
Warna
suatu objek sebenarnya tergantung pada panjang gelombang cahaya yang
dipantulkan dan diserap. Dalam hal ini, warna mengacu pada setiap panjang gelombang
cahaya dalam spektrum cahaya kasat mata.
Komposisi fisik dan kimia sebuah materi menentukan panjang gelombang (atau
warna) apa yang dipantulkan.
Kredit: NASA/Goddard |
Sifat reflektif cahaya ini dimanfaatkan oleh instrumen laser Lunar Reconnaissance Orbiter NASA untuk
memetakan permukaan Bulan. Instrumen mengukur selisih waktu yang dibutuhkan oleh pulsa laser untuk menyentuh permukaan dan kembali. Semakin lama respons pulsa laser, semakin jauh permukaan dan semakin rendah elevasi (ketinggian).
Respons yang lebih singkat berarti elevasi permukaan lebih tinggi. Dalam gambar
belahan selatan Bulan ini, elevasi rendah ditampilkan dalam warna ungu dan
biru, sedangkan elevasi tinggi ditampilkan dalam warna merah dan coklat.
Penyerapan
Penyerapan
terjadi ketika foton cahaya melakukan kontak dengan atom dan molekul sehingga
menyebabkan foton bergetar. Semakin banyak molekul sebuah benda yang bergetar, objek akan semakin panas. Panas kemudian dipancarkan dari
objek sebagai energi termal/panas.
Beberapa
objek, seperti objek berwarna lebih gelap, menyerap lebih banyak energi cahaya
daripada warna lainnya. Misalnya jalan raya aspal hitam menyerap
sebagian besar energi ultraviolet dan hanya memantulkan sedikit cahaya,
sementara jalan raya dari beton yang berwarna terang memantulkan lebih banyak
energi daripada yang diserap. Jadi jalan raya aspal hitam akan lebih panas saat musim kemarau daripada trotoar. Foton terpental di sekitarnya selama proses
penyerapan dan kehilangan sedikit energi ke molekul-molekul di sepanjang jalan.
Energi termal ini kemudian memancar dalam wujud energi gelombang
inframerah yang lebih panjang.
Kredit: Marit Jentoft-Nilsen, berdasarkan data Landsat-7 |
Radiasi
termal dari aspal dan atap di sebuah kota yang menyerap energi, dapat menaikkan
suhu permukaan hingga 10° Celsius. Citra dari satelit Landsat 7 ini menampilkan kota Atlanta sebagai sebuah "pulau" terpanas dibandingkan daerah
di sekitarnya. Terkadang pemanasan udara di bagian atas kota dapat
memengaruhi cuaca, yang disebut efek “pulau panas perkotaan”.
Difraksi (Penguraian)
Difraksi
adalah pembengkokan dan penyebaran gelombang di sekitar objek yang dilewati
cahaya. Difraksi paling jelas diamati saat gelombang cahaya mengenai sebuah objek
dengan ukuran yang sebanding dengan panjang gelombangnya sendiri. Sebuah
instrumen yang disebut spektrometer memanfaatkan difraksi untuk memisahkan
cahaya ke berbagai panjang gelombang yang disebut spektrum. Dalam kasus cahaya kasat mata, pemisahan panjang gelombang melalui difraksi menghasilkan pelangi.
Spektrometer
menggunakan difraksi cahaya (dan interferensi lanjutan lainnya) dari celah atau
kisi-kisi untuk memisahkan panjang gelombang. Puncak energi yang lemah pada
panjang gelombang tertentu kemudian dapat dideteksi dan dicatat. Grafik dari
data ini disebut ciri khas spektral, yang membantu para astronom untuk mengidentifikasi kondisi fisik dan komposisi materi dari bintang
dan ruang antarbintang.
Kredit: ESA/NASA/JPL-Caltech |
Grafik
di atas diperoleh dari data spektrometer inframerah SPIRE Teleskop Antariksa Herschel ESA (Badan Antariksa Eropa), yang mengungkap garis-garis
emisi kuat karbon monoksida (CO), atom karbon, dan nitrogen
terionisasi di galaksi Messier 82.
Penghamburan
Penghamburan
terjadi ketika cahaya memantul dari suatu objek ke berbagai arah. Jumlah penghamburan tergantung pada panjang gelombang cahaya, ukuran dan struktur objek.
Langit
tampak biru karena sifat penghamburan cahaya. Cahaya pada panjang gelombang
yang lebih pendek, biru dan ungu, dihamburkan oleh nitrogen dan oksigen ketika
melewati atmosfer. Panjang gelombang cahaya yang lebih panjang, merah dan
kuning, diteruskan melalui atmosfer. Penghamburan cahaya pada panjang gelombang
yang lebih pendek menerangi langit dengan cahaya kasat mata dari ujung spektrum
biru dan ungu. Meskipun ungu dihamburkan lebih banyak daripada biru, langit
terlihat berwarna biru karena mata kita lebih sensitif terhadap cahaya biru.
Kredit: NASA/GSFC/LaRC/JPL,Tim MISR |
Aerosol
di atmosfer juga dapat menghamburkan cahaya. Satelit CALIPSO (Cloud-Aerosol
Lidar and Infrared Pathfinder Satellite Observation) NASA dapat mengamati
penghamburan pulsa laser untuk “melihat” distribusi aerosol dari sumber seperti
badai debu dan kebakaran hutan. Gambar di bawah ini menunjukkan awan abu
vulkanik yang melayang di langit Eropa dari letusan Gunung Eyjafjallajökull di
Islandia pada tahun 2010.
Pembiasan
Pembiasan
adalah perubahan arah gelombang cahaya ketika merambat dari satu medium ke
medium lainnya. Cahaya lebih lambat di udara daripada di ruang hampa, bahkan lebih lambat di dalam air. Saat cahaya merambat ke medium yang
berbeda, perubahan kecepatan akan membelokkan cahaya.
Ketika spektrum penuh dari cahaya kasat mata merambat ke medium kaca prisma, panjang gelombang dipisahkan menjadi warna-warni pelangi. |
Ditulis
oleh: Staf science.nasa.gov
Sumber:
Wave Behaviors
Rangkaian
Artikel Spektrum Elektromagnetik
3.
Sifat Gelombang
11.
Sinar-X
12.
Sinar Gamma
Komentar
Posting Komentar