Sinar-X dan Energi
Energi
sinar-X jauh lebih tinggi, namun panjang gelombangnya jauh lebih pendek
daripada cahaya ultraviolet. Para ilmuwan biasanya merujuk sinar-X dalam
hal energi daripada panjang gelombangnya. Hal ini karena memang panjang
gelombang sinar-X sangat pendek, antara 0,03 hingga 3 nanometer, sangat
kecil bahkan ukuran beberapa sinar-X tidak mencapai satu atom tunggal pada
beberapa unsur.
Penemuan Sinar-X
Sinar-X
pertama kali diamati dan didokumentasikan pada tahun 1895 oleh ilmuwan Jerman
Wilhelm Conrad Roentgen. Dia melakukan eksperimen untuk terus menerus
memancarkan sinar-X ke lengan manusia yang ternyata menciptakan gambar detail
tulang-tulang di dalam lengan.
Ketika
melakukan rontgen, lembaran film sensitif sinar-X akan diletakkan di belakang
tubuh yang ditembus oleh sinar-X. Karena tulang lebih padat dan menyerap lebih
banyak sinar-X daripada kulit, maka bayangan tulanglah yang tercetak pada
lembaran film sinar-X, sedangkan kulit terlihat transparan.
Gambar sinar-X gigi. Bisakah Anda melihat isinya? |
Foto sinar-X dari seorang bayi berusia satu tahun yang menelan jarum jahit. Bisakah Anda menemukannya? |
Puncak
radiasi Matahari terletak pada rentang cahaya kasat mata, tetapi korona Matahari
sebenarnya jauh lebih panas dan justru memancarkan sebagian besar sinar-X. Untuk
mempelajari korona, para ilmuwan menggunakan data yang dikumpulkan oleh instrumen detektor sinar-X di satelit yang mengorbit Bumi. Pesawat antariksa Hinode
Jepang menghasilkan gambar sinar-X Matahari yang memungkinkan para ilmuwan
untuk mengamati dan merekam aliran energi di dalam korona.
Kredit: Hinode JAXA/NASA/PPARC |
Suhu dan Komposisi
Suhu
fisik suatu benda menentukan panjang gelombang radiasi yang dipancarkan.
Semakin panas objek, semakin pendek panjang gelombang emisi ketika mencapai
puncak. Sinar-X bersumber dari benda-benda atronomi yang suhunya mencapai jutaan derajat
Celcius, seperti pulsar, sisa-sisa supernova dan piringan akresi lubang hitam.
Dari
luar angkasa, teleskop sinar-X mengumpulkan foton dari sebuah wilayah tertentu
di langit. Foton diarahkan ke detektor dan diserap, sedangkan energi, waktu,
dan arah masing-masing foton direkam. Pengukuran semacam itu dapat memberikan
petunjuk tentang komposisi, suhu dan kepadatan lingkungan wilayah langit jauh.
Karena
sifat sinar-X yang menembus dan berenergi tinggi, sinar-X tidak bisa
terpantul jika mengenai cermin dari depan (sama seperti peluru yang menembus
dinding). Teleskop sinar-X memfokuskan sumber sinar-X ke detektor menggunakan
cermin pengarah (seperti halnya peluru yang memantul ketika mengenai dinding).
Spirit,
rover besutan NASA yang menjelajahi permukaan Mars juga menggunakan sinar-X untuk mendeteksi
tanda-tanda spektral dari seng dan nikel di bebatuan Mars. Instrumen Alpha Proton X-Ray Spectrometer (APXS)
Spirit menggabungkan dua teknik sekaligus, yang pertama untuk menentukan
struktur sedangkan yang kedua untuk menentukan komposisi. Kedua teknik ini
ideal diterapkan untuk unsur-unsur berat seperti logam.
Supernova
Karena
atmosfer Bumi memblokir radiasi sinar-X, teleskop detektor sinar-X harus
ditempatkan di atas lapisan atmosfer yang menyerap sinar-X. Sisa-sisa supernova Cassiopeia A dicitrakan oleh tiga Observatorium Besar NASA, dan data dari
ketiga observatorium digunakan untuk menghasilkan gambar di bawah ini.
Data inframerah dari Teleskop Antariksa Spitzer berwarna merah, data optik dari Teleskop Antariksa Hubble berwarna kuning, dan data sinar-X dari Observatorium Sinar-X Chandra berwarna hijau dan biru.
Data
sinar-X mampu mengungkap gas panas dengan suhu sepuluh juta derajat
Celcius yang dihasilkan ketika material yang terlontar dari supernova menerjang gas dan debu di sekitarnya dengan kecepatan sekitar sepuluh juta mil per jam.
Dengan membandingkan gambar inframerah dan sinar-X, para astronom mempelajari bagaimana butiran debu yang relatif dingin bisa eksis berdampingan
bersama gas penghasil sinar-X yang sangat panas.
Kredit: Sinar-X: NASA/CXC/SAO; Optik: NASA/STScI; Inframerah: NASA/JPL-Caltech/Steward/O.Krause dkk. |
Aurora Bumi dalam Sinar-X
Badai
surya mengeluarkan awan partikel energik yang mengarah
ke Bumi. Partikel berenergi tinggi ini kemudian disapu oleh magnetosfer Bumi
dan menciptakan badai geomagnetik yang terkadang menghasilkan aurora. Partikel
energik bermuatan dari Matahari yang menyebabkan aurora juga menyalurkan energi
kepada elektron di magnetosfer Bumi.
Elektron
ini berseluncur di sepanjang medan magnet Bumi dan akhirnya menghantam ionosfer
Bumi dan menghasilkan emisi sinar-X. Sinar-X ini tidak berbahaya bagi kita
karena diserap oleh lapisan terbawah atmosfer Bumi. Berikut ini adalah
gambar aurora sinar-X yang diambil oleh instrumen Polar Ionospheric X-ray
Imaging Experiment (PIXIE) di satelit Polar.
Kredit: POLAR, PIXIE, NASA |
Ditulis
oleh: Staf science.nasa.gov
Sumber: X-Rays
Rangkaian
Artikel Spektrum Elektromagnetik
11.
Sinar-X
12.
Sinar Gamma
Komentar
Posting Komentar